Bagian keenam

13K 1.5K 173
                                    

Untuk kedua kalinya Haruto terbangun dengan infusan dan masker oksigen yang menempel pada tubuhnya. Mata lentik itu mengerjap pelan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Pergerakan Haruto membuat seseorang yang sedari tadi tertidur disampingnya terbangun- Mashiho menoleh cepat pada si bungsu, ia membantu Haruto untuk sedikit lebih nyaman dalam tidurnya "Ingin sesuatu?"

Haruto terdiam sejenak, kepalanya masih pening "m-minum.. " Lirih nya

Mashi dengan cekatan membawa air putih yang sudah tersedia dinakas, membantu adiknya untuk sedikit bersandar pada kepala ranjang.

Haruto membuka masker oksigen nya dengan hati-hati, ia menerima air yang kakaknya berikan, kembali memejamkan mata untuk memfokuskan pandangan. Entah kenapa pandangannya sedikit mengabur, mungkin karena nyeri yang ia rasakan.

Seakan tersadar, mashi kembali memakaikan adiknya alat bantu pernafasan namun si bungsu menolak "Gak mau"

"Apa sudah tidak sesak?"

Haruto mengangguk lemah, ia sudah tak sesak hanya saja pusing masih ia rasakan "Pusing"

Tangan mashi terangkat untuk memijat kepala adiknya pelan, mata haruto terpejam menikmati pijatan sang kakak yang cukup membantu

"Lo ternyata berbakat juga jadi tukang pijit"

Mashi menyentil dahi adiknya, membuat haruto meringis dan mendelik tajam pada sang pelaku "UDAH TAU LAGI PUSING MALAH DISENTIL!"

Mashi memutar bola matanya malas, drama sekali haruto ini.

"Woy!" Seru si bungsu dengan tampang tanpa dosa

Haruto menepuk keras paha kakaknya "Mau eskrim"

"Kau berbicara padaku?" Tanya mashi dengan alis terangkat sebelah, haruto langsung saja menegakan tubuhnya ia memandang sinis pada Mashi yang menurutnya bodoh "Ya terus? Gue bicara sama siapa? Setan? Hah?"

"Panggil aku dengan benar, Haru" Tekan Mashi, ia tak suka dengan kebiasan Haruto setelah bangun dari koma. Menurutnya anak itu jadi kurang ajar, tak sering juga ia mendengar Haruto mengumpat dan bertingkah seperti pembangkang.

Sepertinya, ia harus Ektra sabar menghadapi adiknya.

Haruto mencebik "Abang Mashi, mau eskrim dong!"

"Yang rasa strawberry sama vanila, terus pake toping buah sama Chokochip"

Mashi menggeleng, apa haruto tak sadar? Dirinya pingsan bahkan sampai 1 hari?

Dan sekarang bangun bangun malah minta eskrim? Benar benar tak waras pikirin ya.

"Tidak ada eskrim"

"Ck! Ya beli dong pinter!"

"Tidak, Haru. Infus saja belum terlepas dari tanganmu dan sekarang kau malah meminta Eskrim?"

Haruto melirik kearah lengan kanannya yang terpasang jarum infus, ia menatap nanar tangan putih mulus miliknya "Ya udah! Tinggal lepas apa susahnya"

Anak itu tanpa takut akan melepas infusannya sendiri jika sang kakak tidak menahan "APA KAU GILA?!" Sentak mashi tanpa sadar, membuat Haruto terkejut.

Haruto kini menunduk dengan bibir melengkung kebawah, wajahnya memerah menahan tangis. Dengan tangan yang saling bertautan Haruto meremat selimut miliknya, dapat Mashi dengar nafas anak itu kian memburu.

Mashi menghela nafas kasar, ia berusaha mengontrol emosi nya yang akan meledak. Perlu diingat, keluarga Kim tidak mengenal kata sabar.

Ia berusaha meraih tangan Haruto yang terkepal, namun si bungsu malah meringsut mundur "Haru.. " Panggilnya lembut.

I'm (Not) Haruto || TRANSMIGRASI BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang