Bagian keempatpuluh

4.1K 454 49
                                    

"HARUTO AWAS!"

Bruk!

Haruto merasakan tubuhnya di tarik begitu kuat oleh seseorang dari belakang, mereka berdua terjatuh di tepi jalanan,

"Siapa?" Tanya Haruto dengan meraba-raba orang itu, harum parfumnya tampak asing.

"Gue Doyoung, ini gue Doyoung, lo gak bisa liat?" Tanya Doyoung menatap tak percaya pada Haruto yang terlihat menatap nya kosong,

Haruto memberikan anggukan kecil, tangannya berusaha untuk mencari tongkat nya, pemuda itu terlihat menggapai kearah jalanan namun nihil Haruto tak melihat nya sama sekali tak terlihat sama sekali objek.

"Ru, tongkat lo udah hancur" Kata Doyoung seraya menarik Haruto untuk kembali mendekat kearahnya, takut-takut jika terjadi sesuatu hal seperti tadi lagi, Doyoung menuntun Haruto untuk masuk kembali kedalam mansion saat mendengar teriakan Jisoo yang begitu menggelegar.

"HARUTO SAYANG ASTAGA KAMU GAPAPA NAK?"

Teriak Jisoo yang datang bersama Yoshi, Jisoo segera mengecek kondisi tubuh Haruto tapi untunglah tidak terjadi sesuatu hal yang buruk, Haruto masih baik-baik saja, namun Doyoung yang terluka, sebelah tangan pemuda itu mengeluarkan darah yang cukup deras berasal dari goresan luka yang memanjang dari ujung sikut ke pergelangan tangan.

"Astaga nak Doyoung tangan kamu berdarah"

"Kenapa lo gak bilang?!" Marah Haruto yang menepis tangan Doyoung, pemuda itu langsung meraba bagian tubuh sahabatnya

"Gue gak papa, ini cuma luka kecil" Kata Doyoung berusaha untuk membuat Haruto tenang, lagian ini hanya luka kecil menurutnya Jisoo saja yang berteriak terlalu heboh,

"Ya sudah ayo kita masuk, mommy obati tangan kamu"





********




"Tidak apa-apa, nanti kita beli yang baru ya?" Kata Mashiho menenangkan adiknya,

Cukup mustahil untuk Haruto keluar dari mansions tapi di ketahui oleh beberapa bodyguard yang berjaga disetiap sudut rumah, Haruto seperti menghilang dan tiba-tiba ada dijalanan pasalnya dari sekian banyak bodyguard yang berjaga tidak ada satupun yang melihat Haruto keluar.

Bahkan Jisoo tadi berkata bahwa Haruto memang ia tinggal sendiri, namun Jisoo meninggalkan Haruto di meja dapur bukan diluar mansion, Jisoo pergi ke kamar lebih dulu untuk mengambil obat yang harus Haruto minum, secepat itu Haruto keluar tanpa diketahui olehnya.

Tak berapa suasana menjadi hening kembali, suara-suara ramai yang tadi ada disekitarnya membuat seakan kembali lenyap,

"Mom? Kak? Ayah?"

"Mom?"

Haruto sungguh frustasi lama kelamaan ia bisa gila dengan semua permainan licik yang Haruto asli mainkan padanya, ia sungguh merasa jadi boneka yang bisa dengan mudah di kendalikan begitu saja.

Tawa meledek kembali terdengar, Haruto merasakan sesuatu yang lembut menyentuh kulit tangannya.

"Jadi bagaimana? Ingin mati sekarang atau mati secara perlahan?"

Telinganya begitu berdengung nyaring saat seseorang berbisik didekatnya, Haruto berusaha untuk berteriak namun ia kehilangan fungsi suaranya, tak ada satupun kata yang keluar,

Bau coklat begitu semerbak membuat Haruto menutup hidung karena tiba-tiba saja merasakan mual,

Sebuah tangan menggenggam tangannya, menarik tangan Haruto dan menyelipkan pisau daging ditangan kanan pemuda itu

I'm (Not) Haruto || TRANSMIGRASI BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang