Bagian keduapuluhempat

6.7K 792 78
                                    

Dinginnya angin malam tak membuat lamunan Haruto terusik, anak itu masih anteng menatap langit yang tampak kosong tak ada bintang

Menundukkan kepala dan melihat benda kecil yang ada ditangannya

Memang sudah tamak berdebu, tadi saat ia tak sengaja membuka lemari bagian kiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang sudah tamak berdebu, tadi saat ia tak sengaja membuka lemari bagian kiri. Matanya melirik satu kotak yang cukup besar, dan Haruto menemukan pesawat mainan yang terbuat dari kayu.

Puk!

Seseorang menepuk bahunya "Udara malam tak baik untukmu Haru"

Haruto masih tak merespon saat Johnny kini duduk di samping kursinya "Kamu menemukannya?"

"Menemukan?" Haruto terlihat bingung, ia mengangkat sedikit lebih tinggi pesawat mainan yang ada ditangannya "Ini?"

Johnny mengangguk "Iya, katamu pesawat itu adalah barang berharga"

"Kau tau siapa yang membuat pesawat mainan itu?"

Haruto menggeleng, Johnny terkekeh gemas melihat raut kebingungan diwajah keponakannya "Dulu saat kau berusia 7 tahun kau begitu ingin membeli pesawat mainan, paman juga tak tau kenapa kau begitu menginginkan nya. Tapi ayahmu, tak mau membelikan mainan untukmu. Saat paman ingin membelikannya kau malah menolak, katamu 'Tidak apa paman, Rulu bisa sendiri, Luru akan membuatnya' paman saat itu ragu, pasalnya untuk menyebut nama mu sendiri saja kau masih belepotan"

Johnny menjeda ucapannya, ia menarik dalam nafas dalam "Tapi ternyata dugaan paman salah, kau dapat membuat pesawat mainan dari kayu. Bahkan sampai sekarang pun pesawat itu masih kau rawat dengan baik"

"Kenapa harus pesawat? "

Jari telunjuk Johnny menunjuk pada langit gelap, ia tersenyum simpul saat mengingat kembali masa dimana Haruto berusia 7 tahun

"Paman! Cita-cita itu apa?" Haruto kecil yang ada dipangkuan Johnny kini tampak menatap pamannya dengan penuh tanya "Cita-cita itu impian, Jika Haru sudah besar Haru harus mengejar mimpi Haru agar bisa membanggakan orang tua"

"Apa Ayah tidak akan memukul Halu lagi setelah Haru punya Cita-cita?"

Johnny menatap lekat pada netra boba Haruto, mata yang begitu memancarkan ketulusan kini menatap polos dirinya "Eumm.. Sekarang Cita-cita Haru ingin menjadi apa?"

Johnny berusaha mengalihkan pembicaraan, ia tak ingin mendengar ungkapan polos keponakannya yang selalu bercerita tentang Hanbin yang sering sekali memukul Haruto

Jari telunjuknya diatas dagu, tangan mungil itu menjentik setelah tau apa yang diinginkannya "Halu tau!"

"Haru ingin menjadi pesawat!" Seruan lantang yang mampu membuat Johnny langsung saja meledakan tawanya.

"Pesawat? Kau tidak bisa menjadi pesawat, sayang"

I'm (Not) Haruto || TRANSMIGRASI BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang