Bagian ketigabelas

10K 1.2K 110
                                    

Haris kembali membuka matanya, dilihatnya pada arah samping Haruto tengah menatap lurus kedepan.

Tak seperti sebelumnya, bola mata yang berwarna hitam sempurna kini kembali menjadi normal. Tatapan yang semula tersirat akan dendam kini mulai melunak.

"80?! NILAI MATEMATIKA MU HANYA 80?!"

"M-maaf ayah.. "

Hanbin terlihat begitu emosi, tangan kekar itu meremat kertas ulangan milik anaknya. Melemparkan kertas yang telah tak berbentuk tepat dihadapan Haruto yang masih diam menunduk "ANAK BODOH! LIHAT KAKAKMU, ASAHI BAHKAN MENDAPATKAN NILAI SEMPURNA. NILAI MATEMATIKA NYA SELALU 100!"

"TIDAK SEPERTI MU YANG HANYA MENDAPATKAN NILAI 80!"

Selalu, selalu saja Asahi yang menjadi kebanggaan ayahnya. Kenapa ia selalu dibandingkan dengan Asahi? Ia sungguh muak!

Nilai matematika Mashiho bahkan lebih rendah darinya, tapi sang Ayah tak pernah menghukum kakak keduanya tersebut.

Beda jika Haruto membuat kesalahan, bahkan kesalahan sebesar biji cabai pun Hanbin selalu dapat melihatnya.

Tak ada yang dapat Haruto lakukan, anak berusia 12 tahun itu hanya mampu tertunduk dengan suara isak tangis yang mulai terdengar. Badan Haruto bergetar hebat, tangannya masih senantiasa meremat ujung seragam.

Dengan sekali tarikan, Hanbin membanting tubuh kecil putranya pada ujung meja kerja. Tubuh kecil Haruto terlepar begitu saja, tergeletak dilantai dingin

Si bungsu Kim berusaha untuk duduk, meski kerah bajunya kembali di tarik

Plak!

Tangan besar Hanbin menampar keras pipi kanan Haruto, membuat si empu kembali meringis. Tamparan Hanbin begitu kuat, sampai-sampai bibir Haruto robek.

"Anak bodoh seperti mu, harus mendapat hukuman bukan?" Seringai iblis yang mampu membuat badan Haruto membeku, anak itu menggeleng cepat. Tidak! Ia tak mau jika harus kembali kedalam ruangan yang begitu menakutkan itu!

Haruto meraih kaki Hanbin, memeluk erat kaki milik ayahnya, air mata yang sedari tadi ditahan kini tumpah, Haruto menangis kencang "Tidak ayah! Haru m-minta maaf.. "

Haruto bahkan kini bersimpuh, ia mencium kedua kaki milik Hanbin, terus memohon agar sang ayah dapat mengasihani nya "Maaf ayah maaf.. H-haru akan belajar lebih giat lagi, hiks.. Haru, Ha-aru tidak-"

Dugh!

Hanbin mendecih, ia menendang wajah Haruto hingga sang anak kembali tersungkur "Pembunuh seperti mu tak pantas menyentuh manusia suci seperti ku"

Hanbin berjongkok, menarik kasar rambut Haruto "Arghhh- Ayah ampun!"

Dengan tanpa berperasaan, Hanbin menarik Haruto sekuat tenaga. Haruto teru memegang kepalanya yang ditarik begitu saja oleh sang ayah.

Hanbin, menyeretnya kembali keruangan yang begitu Haruto takuti.

Ruangan bawah tanah

Tempat yang begitu pengap, gelap dan membuat Haruto nyaris tak bisa bernafas.

"Tidak Ayah! Haru tidak mau!"

I'm (Not) Haruto || TRANSMIGRASI BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang