Masih di dalam planet yang sama, namun waktu rotasi terasa berjalan begitu cepat. Bagaimana tidak, baru 2 minggu lalu pemuda ini menerima hasil laporan sekolah nya, namun hari ini ia harus siap kembali menjadi siswa, hanya bedanya tidak lagi kelas 11 melainkan kelas 12.
Tahun ini akan menjadi tahun terakhirnya sebagai siswa SMA. Tentu saja sudah banyak cerita yang ia dapatkan selama 2 tahun ini. Bukan hanya soal materi pelajaran, tapi juga pengalaman hidup yang ia peroleh dari cerita cinta dan persahabatan yang ia alami. Untuk kehidupan SMA nya ini cukup menyenangkan jika tidak dihitung dengan cerita cinta nya yang kandas. Selanjutnya ia hanya ingin di tahun terakhirnya ini semoga semua akan berjalan normal tanpa membuatnya otaknya berkutat memikirkan masalah-masalah lain yang pasti dapat dipastikan akan mengganggu fokusnya.
"Biru", teriakan seorang wanita terdengar dari kamar pemuda tersebut.
"Sebentar ma", balas pemuda yang ternyata bernama Biru sambil sibuk mencari kunci motornya. Ia ingat terakhir kali meletakkan kunci tersebut di saku jaket nya. Namun sudah berkali-kali ia periksa ternyata nihil.
"Ah nggak bakal sempat", Biru melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 6.55 WIB dan jelas ia akan terlambat jika harus naik bus.
Biru meraih tas diatas meja belajarnya dan segera turun ke bawah untuk menemui mama nya.
"Ma, Biru nggak sarapan ya, udah kesiangan", ucap Biru sambil matanya fokus pada layar ponselnya.
"Nggak kayak biasanya kak, ada masalah?", tanya sang mama yang memang paham sekali jika anak sulung nya ini bukan tipe orang yang terburu-buru hanya karena terlambat. Biru dididik menjadi seorang yang teratur dan disiplin, sehingga ini cukup membuat ia bertanya-tanya.
"Biru kelupaan taruh kunci motor ma", Biru mencium tangan dan tidak lupa kedua pipi sang mama seperti biasanya.
"Terus ini berangkat naik apa?"
"Udah pesan ojek online", menunjukkan sekilas layar ponselnya.
"Kamu udah kelas 12 ya kak, mama mau kejadian seperti ini terulang lagi".
"Sampai nggak sarapan, cuma karena kunci motor. Mama tanya kamu bangun jam berapa?"
"Maafin Biru kesiangan, semua nya jadi berantakan begini", ucap Biru yang hanya dibalas anggukan mengerti oleh mama nya.
"Masih lama nggak ojeknya, kamu bawa roti aja ya", ucap sang mama yang belum dijawab Biru ternyata sudah masuk menuju dapur.
Biru yang sebenarnya termasuk anak yang cukup sabar, namun ntah kenapa pagi ini ia terus-terusan dibuat kesal. Belum lagi menanggapi nasehat mama nya yang barusan. IYA capek tapi mau nggak mau harus tetap didengarkan kan.
Tidak membutuhkan waktu lama, mama keluar sambil membawa kotak bekal berisi roti dan segelas susu UHT di tangannya.
"Minum susu nya", sang mama memberikan segelas susu yang dengan cepat Biru raih untuk di habiskan saat itu juga.
"Sampai sekolah dimakan ya"
"Siap mama! driver ojek udah nunggu, Biru berangkat", Ucapnya sambil meraih kotak bekal yang diberikan mama nya.
"Hati-hati kak, belajar yang benar jangan aneh-aneh"
"hemm"
Padahal pikir Biru, ia bisa sarapan di kantin sekolah nya. Namun mama yang memang pada dasarnya sangat protektif tentu tidak akan membiarkan anaknya meninggalkan rumah tanpa sarapan terlebih dahulu. Ia bersyukur akan hal itu, meskipun terkadang ia juga merasa tertekan jika mama nya terlalu banyak menuntut hal ini dan itu. Peringkat tidak boleh di bawah 3 besar, bergaul tidak pada sembarang orang, tidak boleh memilih makanan dengan asal, dan masih banyak lagi hal konyol yang sebenarnya juga tidak jarang Biru tetap melanggarnya.
Seperti saat ini, lihat saja apa yang diharapkan mama nya untuk Biru bergaul dengan anak baik-baik ternyata tidak ditanggapinya. Ia memilih bebas untuk bergaul dengan siapa saja. Eitsss jangan menuduh mama Biru yang macam-macam dulu ya, disini yang dimaksud mama Biru adalah tidak bergaul dengan anak dengan tingkat kenakalan yang sudah tidak bisa dimaklumi lagi, balap liar, mabuk-mabukan, narkoba, pembullyan, dan seks bebas. Tentu sebagai orangtua itu cukup wajar dong dengan larangan tersebut.
"Wah ada Angin apa ini?", ledek salah satu siswa yang dilihat dari name tag nya bernama Danny kepada Biru, saat didapati nya seorang Angin Sagara Biru baru datang pada pukul 7.45 WIB.
"Biasanya juga gerbang belum dibuka udah standby sambil nungguin perawan", sahut yang lainnya.
Sementara Biru yang baru saja sampai di sekolah paham kalau dirinya sedang menjadi bahan ledekan teman-temannya hanya bisa pasrah.
"Gue baru dateng ya, harusnya nanya kabar kek", ucap Biru yang sudah duduk di salah satu bangku kantin.
"Baru aja dua hari lalu ketemu", Arvin mengingatkan 2 hari lalu pada pertemuan mereka di arena balap. Meskipun Biru tidak ikut bertanding, namun siapa sangka hampir sebagian temannya adalah anggota balap di geng the Black Buddies.
"Kebanyakan ngomong lo, masih pagi", balas Biru yang memang masih tidak mood karena kejadian pagi tadi.
"Bukan Angin yang gue kenal kalau lagi mode singa begini"
"You all right? ada masalah?"
"Nggak ada, cuma kurang tidur", ini adalah jawaban aman yang biasa Biru gunakan jika mood nya sedang tidak baik saat di sekolah.
Teman-temannya yang sadar akan hal itu cuma bisa saling lirik dan membiarkannya begitu saja. Toh siang nanti juga akan normal kembali.
30 menit berlalu, keadaan sekolah sudah cukup ramai. Namun Biru dan kelima temannya masih sibuk dengan ponselnya masing-masing tanpa tertarik untuk sekedar melempar candaan satu sama lain.
"Nggak mau lihat anak baru?", ucap seseorang yang baru datang menepuk pundak Biru, ia Yessa salah satu panitia MOS dan juga sahabat dekat Biru
"Bukan urusan gue", jawab Biru yang tak tertarik untuk ikutan teman-temannya yang jahil mengerjai anak baru.
"Yaudah gue kesana deh", lanjut pemuda yang baru saja berjalan mulai menjauh.
"Gue ke kantin", pria lainnya ikut berbicara dan pergi begitu saja diikuti 2 pemuda lainnya.
Keempat teman Biru pergi, Biru? Tentu saja tidak peduli, sekali ia bilang tidak tertarik ya tidak akan tertarik. Alasannya sederhana Biru terlalu malas untuk melihat lebih banyak mata manusia di depannya.
to be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta yang Dingin
FanfictionKerinduan diantara mereka sama seperti semesta yang tak berpijak, semakin jauh dan sulit meski hanya untuk bertukar sapa. "Apa kabar?" "Udara" "Sulit ditebak ternyata seorang Angin masih mengingat Udara" _____________________________________________...