Chapter 4 - Sebuah Nama II

305 28 0
                                    

Ranu baru saja keluar dari ruang guru dengan suasana hati yang terbilang cukup buruk.

Ucapan Eshan benar adanya, ulah ia tidak mengikuti MOS jadilah ia diberikan tugas membuat resume mengenai sejarah dan perkembangan Fame International School. Tidak hanya sampai disana, ia juga harus memasukkan beberapa dokumentasi fasilitas dan kegiatan ekstrakulikuler yang ada.

Eshan tidak berhenti meledak Ranu tentu saja, ia merasa puas saat menyaksikan ekspresi wajah Ranu yang kesal. Bagaimana tidak, tugas sekolah saja Ranu tidak akan mengerjakannya apalagi tugas seribet ini pikirnya.

"Carikan joki yang bisa ngerjain tugas gue", ucap Ranu yang kini berbaring di tempat tidur kamar Eshan sambil memainkan ponselnya.

"Lo punya mulut bisa digunain kan?", sementara ia bermain game di komputernya.

"Lo tahu gue belum kenal satupun siswa di sekolah itu"

"Rasain! Siapa suruh nggak ikut MOS!"

"Benar-benar nggak mau bantu gue?", Ranu mulai kesal.

"Tidak akan! Lo harus ngerjain itu sendiri", balas Eshan yang tentu saja sedang menggoda sepupunya ini. Ia terlihat puas saat melirik ekspresi Ranu.

"Cuma tinggal salin dari website sekolah", lanjutnya dengan mata yang masih fokus pada layar komputer.

"Dokumentasi dan kegiatan ekstrakulikuler?", Ranu bertanya datar.

"Lo cuma perlu wawancarai mereka dengan beberapa pertanyaan penting aja Udara"

"Ribet!", ia sebenarnya bisa saja mengerjakan tugas ini sendiri, namun dirinya terlalu malas karena akan berurusan dengan beberapa orang yang akan ia mintai informasi langsung mengenai ekstrakulikuler.

Dalam beberapa menit hanya suara keyboard dan beberapa umpatan kasar yang keluar dari mulut Eshan setelah percakapan kecil yang baru saja terjadi.

"Tidur?", Eshan melirik cepat kearah tempat tidurnya.

Tidak ada tanggapan

"HEI"

"Ranu"

Masih tidak ada tanggapan, Eshan penasaran dan terus melirik beberapa kali ke arah Ranu.

"UDARA"

"Apa?!!!", ucap Ranu yang mulai kesal karena merasa diganggu.

"Tugas itu nggak susah! Kenapa keliatan khawatir"

"Apa gue terlihat mengkhawatirkan tugas ini?"

"Lah terus???"

"Main aja lo jangan tanya-tanya!"

"Aaaa shit!", Eshan merutuki kekalahannya dan berjalan untuk ikut berbaring di samping Ranu. Ia mengambil asal ponsel Ranu, penasaran sebenarnya apa yang dilihat anak ini.
















Sebuah foto









Eshan terdiam, suasana mulai canggung. Ranu menarik nafasnya kasar dan segera mengambil ponselnya kembali.

"Mau kemana?", Eshan bertanya saat dilihatnya Ranu beranjak dari tempat tidurnya.

"Balik ke rumah", jawab Ranu meraih tas yang tadi ia letakkan di atas meja belajar Eshan.

"Yaudah, hati-hati", Eshan merasa menyesal atas perbuatannya barusan. Ia jelas tahu bagaimana sepupu nya ini menyimpan rindu pada sosok itu. Namun ia tidak menyangka jika Ranu masih memiliki foto lama tersebut bahkan di ponselnya. Tidak enak hati untuk menanyakan lebih lanjut ia membiarkan Ranu pulang begitu saja.

Semesta yang DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang