Sejak keduanya menghabiskan waktu bersama minggu lalu, kini hubungan Angin dan Udara sudah ditahap saling mengejek satu sama lain dengan sangat leluasa. Meskipun tidak melakukan komunikasi secara intens melalui online, namun beberapa kali mereka saling menegur dan bertanya satu sama lain saat bertemu di sekolah.
"Kayaknya udah baik-baik aja neh", tanya Ehsan saat mendapati Angin dan Udara yang saling menyapa saat keduanya memasuki area kantin.
"Ya gitu, lagian mau berantem kayak apa juga gue ini adek dia"
"Udara sudah dewasa", Ehsan tersenyum bangga sambil menepuk pelan pundak Udara.
"UDARA", Udara beralih pada suara yang sudah tidak asing, Angin memberikan kode untuk duduk di bangkunya saat melihat sang adik bersama Ehsan mencari bangku kosong di kantin.
"Mau gabung?", tanya Ehsan ragu.
"Nggak ada pilihan lain, semua bangku penuh"
"Kalian nggak keberatan kan?", tanya Angin saat keduanya berjalan menuju bangku dimana bukan hanya diisi oleh Angin saja melainkan ada Yessa, Jarvis, dan Danny.
"Walaupun keberatan udah terlambat dicegah", jawab Jarvis terlalu jujur. Pasalnya meskipun Jarvis sudah tahu hubungan antara temannya dan adiknya kelasnya ini, tapi tetap saja ia kurang menyukai keduanya, terlebih kepada remaja yang ia ketahui bernama Ehsan. Pertemuan waktu itu masih membekas dan cukup menyimpan emosi sampai sekarang.
"Teman-teman lo nggak masalah kita duduk disini?", sarkas Udara saat melihat ekspresi yang ditunjukkan remaja jangkung yang menurutnya tidak ideal karena kelebihan kalsium.
"Udah tahu ngapa tanya", ketus Jarvis.
"Barusan ada suara aneh, pada dengar nggak?", kali ini Ehsan ikut bersuara.
"Hehhh maksud lo apa?"
"Sehari saja nggak ribut, bisa?", Danny mulai lelah karena melihat teman dan adik kelasnya yang selalu bertengkar setiap bertemu.
"Jangan ladenin Jarvis, duduk aja", dapat dilihat jika Yessa memang yang paling bijaksana. Udara dan Ehsan duduk tanpa benar-benar mempedulikan keberadaan Jarvis.
"Udara atau Ranu?"
"Hah?"
"Lo mau dipanggil kau Udara atau Ranu?", tanya Yessa saat semuanya sibuk menghabiskan makanannya masing-masing tanpa berbicara.
"Ranu"
Angin hanya tersenyum mendengar jawaban singkat Udara. Rupanya sang adik masih enggan nama Udara dipanggil oleh sembarang orang.
"Huukkkk huukkk huukk"
"Minum ini", Angin menerima air mineral yang baru saja diberikan Jarvis.
"Mendingan?", tanya Jarvis yang hanya dibalas anggukan oleh Angin usai dirinya meneguk minuman.
"Makasih", ucapnya.
Semuanya menatap mata Angin yang kini merah berair, termasuk Udara yang sebenarnya sedikit risih melihat sifat Jarvis yang berlebihan.
"Ini pedas, kenapa pesan nasi goreng ini?", tanya Jarvis.
"Penasaran banyak anak-anak yang bilang ini enak"
"Aturan pertama, nggak peduli seenak apa rasanya kalau pedas lo nggak boleh makannya!"
"sekali ini aja"
"Aturan apaan? Kenapa seenaknya buat aturan untuk kakak gue?", Udara mulai jengah melihat Jarvis semakin lama diperhatikan semakin membuat dirinya mual.
"Bukan urusan lo"
Udara menatap tajam ke arah Jarvis yang kini juga memberikan senyuman smirk nya.
"Ranu lo nggak usah khawatir, kita temanan udah lama jadi wajar untuk saling care gini", Danny menjelaskan situasi yang ada karena ia mengerti sekali saat sedari tadi Udara menatap sinis Jarvis.
"Lo ambil ini, biar gue makan punya lo", Jarvis menukar nasi goreng miliknya dengan milik Angin.
"Nggak usah, lo juga lupa nggak bisa makan pedas! Gue bisa pesan yang baru"
"Kalo sempat, udah gue pesan dari tadi. Sebentar lagi bel"
"Jarvis udah ya nggak usah nyusahin diri lo karena gue!"
"Berisik!!"
"Makan aja ini jangan protes", dengan cepat Udara menukar makanannya dengan milik Angin dan mengembalikan makanan milik Jarvis.
"Itu sama sekali nggak pedas", lanjutnya saat melihat Angin masih melirik ke arahnya dan Jarvis.
Begitulah sisa waktu istirahat mereka, setelah menyelesaikan makanannya Udara dan Ehsan pamit lebih dahulu karena malas berlama-lama berhadapan dengan manusia bernama Jarvis.
"Rasanya udah lama nggak mukul orang", ucap Ehsan saat mereka baru saja keluar kantin.
"Bisa diatur", Udara menatap mata Ehsan seakan paham sekali apa maksud ucapan sang sepupu. Keduanya saling tersenyum jahil.
Sementara...
"Bisa kau lebih dewasa?", Danny menegur Jarvis saat Udara dan Ehsan sudah pergi.
"Jangan mulai!"
"Gue nggak mulai! Lo yang harus berhenti"
"Jangan bisanya nyalahin gue aja, 2 anak itu juga cari perkara"
"Kalo lo nggak mulai mereka juga nggak akan ngeladenin"
"Kalo nggak nyaman, besok-besok gue nggak akan minta Udara semeja dengan kalian", Angin merasa tidak enak karena merasa menjadi sebab pertengkaran mereka.
"Jangan dipikirin, kita cuma mau ngebuat kalian lebih dekat", Yessa ikut merasa tidak enak karena ia tahu sekali apa yang dirasakan Angin.
"Lagi pula kalian saudara kenapa sikap nya jauh beda", lagi-lagi Jarvis tidak bisa mengontrol ucapnnya.
"JARVISSSSS", Danny dan Yessa bersamaan sambil menendang sepatu Jarvis yang berada dibawah meja.
"Iya iya iya maaf, sorry bro?"
"Lupain! santai aja"
***
"Kak", panggil Udara saat melihat Angin yang baru saja ingin masuk mobil.
"Belum pulang?", Angin melihat ke arah belakang dan mendapati Udara yang sudah berdiri disana.
"Mau langsung ke rumah?", tanya Udara tanpa menjawab pertanyaan sang kakak.
"Iya"
"Jangan langsung pulang ya, ikut aku ke rumah Ehsan", ajak Udara.
"Hah???"
"Tuli?"
"Gue ngajakmu ke rumah Ehsan"
"Ngapain? Saya nggak mau ngerusak suasana"
"Apa sih?"
"Aneh aja tiba-tiba join"
"Apanya si yang aneh kak, lo itu bagian dari kita juga!, ayolah nggak usah banyak alasan"
"Lo ikuti mobil gue dari belakang! Awas saja jika coba-coba kabur!"
Angin benar-benar merasa asing berada di rumah Ehsan. Bagaimana tidak, rumah ini sama saja rumah keluarga sang ayah yang sudah bertahun-tahun tidak berhubungan dengannya. Udara dan Ehsan pun dapat melihat ekspresi tidak nyaman yang Angin tunjukan. Namun keduanya tidak ambil pusing, mereka melontarkan canda-candaan ringan agar berusaha membuat Angin lebih santai.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta yang Dingin
FanficKerinduan diantara mereka sama seperti semesta yang tak berpijak, semakin jauh dan sulit meski hanya untuk bertukar sapa. "Apa kabar?" "Udara" "Sulit ditebak ternyata seorang Angin masih mengingat Udara" _____________________________________________...