5. Rasa Yang Tak Tersampaikan

8 5 2
                                    

Karena rasa sakit ada agar kita belajar darinya.

***

Aku tidak pernah menyangka bahwa hujan siang ini amat berbeda. Pada pukul dua, setelah bel pulang berdering, hingga kedua kakiku menuntun menuju ke halte ini aku tidak pernah menduganya. Bahwa aku bertemu dengan dia. Seseorang yang sudah lama kukagumi diam-diam.

Ternyata benar kata orang, hujan adalah rahmat Tuhan yang berharga.

Langit siang ini gelap, tapi warna kelabunya tidak cukup menutupi cahaya kebahagiaan yang kurasakan sekarang. Dia duduk di sampingku, sama-sama berteduh dari hujan.

"Hei, rumahmu di sebelah mana?"

Aku terkejut mendengarnya. Dia baru saja bertanya alamatku sekaligus menyapaku. Setelah satu tahun berada dalam satu kelas yang sama, baru sekarang dia menyapa. Dan aku hanya bisa menjawab singkat alamat rumahku.

Aku tahu itu hanya sebuah kalimat basa-basi yang dia ucapkan. Tapi setelah hari itu dia mulai sering menyapaku. Seperti saat kami berada di kelas atau saat jam istirahat dia kadang bertanya aku hendak ke kantin atau tidak.

"Kalian udah ngerjain tugas Bahasa Indonesia?" tanya dia saat aku sedang mengobrol dengan sahabatku, Tara.

"Udah, Al, kamu sendiri udah?" Itu Tara yang membalas, aku sih hanya diam memendam rasa yang tak bisa tersampaikan. Kalian paham, kan bagaimana rasanya saat ada di posisiku?

Pernah suatu ketika aku lupa mengerjakan tugas matematika, lalu dia dengan santai mengatakan pada pak Yan, guru matematika kami kalau dia juga tidak mengerjakan tugas. Padahal jelas-jelas teman satu kelas mencontek pekerjaannya. Akhirnya dia dan aku dihukum berdiri di luar kelas. Saat kutanya mengapa dia melakukan itu, tahu jawabannya apa?

"Kasihan kamunya kalau dihukum sendirian."

Kalian mengerti, kan bagaimana perasaanku?

***

Berjalan satu bulan, setelah kami mulai dekat. Dan sudah dua hari terakhir ini dia tidak masuk, keterangannya, sih sakit, tapi aku tidak tahu dia sakit apa. Yang kutahu hari-hariku menjadi sepi.

"Sa, ke kantin, yuk," ajak Tara saat jam istirahat berlangsung.

Aku mengangguk. kami makan bersama di kantin menghabiskan jam istirahat. Saat sedang menyendok kuah bakso, tidak sengaja aku melihat Aldi bersama teman-temannya memasuki kantin. Hari ini dia sudah masuk kembali. Ketika melewati mejaku dan Tara dia hanya berjalan tak acuh seperti tidak mengenalku. Padahal belakangan ini dia selalu menyapa.

Dan saat di kelas, guru tidak masuk dan sekarang jam kosong. Aldi tiba-tiba menghampiriku, duduk di kursi Tara yang sekarang sedang izin keluar kelas.

"Lisa, cewek biasanya suka apa?" tanya Aldi.

Aku menatapnya bingung. "Suka gimana maksudnya?"

Aldi menggaruk kepalanya yang tak gatal, terlihat salah tingkah. "Ya... hal-hal romantis yang disukai cewek."

Aku mengernyit mendengar pertanyaannya. Maksudnya apa bertanya seperti itu? Aku diam sebentar pura-pura berpikir, dia masih menunggu jawabanku.

"Banyak, aih, tapi biasanya cewek paling suka dikasih bunga sama orang yang dia suka," kataku akhirnya, karena aku memang suka bila diberi bunga.

"Bunga?"

"Iya, bunga."

Aldi tersemyum singkat mengucapkan terima kasih, lalu kembali ke bangkunya karena Tara sudah datamg.

Bertindak seperti perempuan biasanya, dalam hatiku tumbuh secercah harapan yang telah lama tertanam.

Jika kalian di posisiku, kalian pasti akan merasakan hal yang sama, bukan?

***

Namun, aku salah akan semua itu.

Aku salah akan harapan-harapan itu.

Tepat hari ini, di hadapan semua teman satu kelas. Aldi berdiri dengan sebuket bunga mawar putih yang digenggamnya.

Tapi bukan untukku.

Melainkan untuk Tara, sahabatku sendiri.

Aldi mengutarakan perasaannya pada Tara di hadapan teman sekelas. Di hadapanku.

Dan kalian tahu apa yang lebih menyakitkan? Tara menerimanya, membalas perasaan Aldi. Lagi-lagi di hadapanku.

Kalian tahu bagaimana perasaanku saat ini?

Mungkin ini salahku. Salahku yang tidak pernah bercerita pada Tara, juga salahku yang tidak berterus terang pada Aldi.

Namun, aku sadar, kalau tidak semua hal yang kusuka bisa  kumiliki. Mungkin, dia hadir sebagsi pelajaran. Tuhan ingin aku belajar satu hal:

Cinta yang sesungguhnya bukan hanya sebatas haraapn, tapi keikhlasan. Ikhlas untuk mencintai, ikhlas untuk melepas. Maka cinta sejati itu akan datang dengan sendirinya.

---

22 Juni 2022
-P

Shades of Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang