8. Perasaanku

8 4 0
                                    

•́  ‿  •̀


Aku tidak bisa mengatakan ini sebuah kegilaan atau bukan. Yang aku tahu, perasaan ini benar ada. Perasaan ini benar nyata. Seperti aku bisa menyentuhnya dengan ujung jariku. Seperti aku bisa memeluknya dengan kedua lenganku.

Aku mengerti, bukan kau yang memiliki semua perasaan ini… tapi aku. Bukan kau yang memulai semua kekacauan ini, tapi aku. Maafkan aku, Va. Tetapi perasaan ini sungguh… sungguh ada untukmu. Maaf jika ini mengganggumu, tapi aku… aku benar-benar mencintaimu.

Mungkin, mendengar pengungkapan cinta dari orang seperti aku tidak akan menggetarkan hatimu. Tapi bahkan aku rela memberikan segalanya untukmu. Aku akan berikan hidupku padamu. Dan dengan senang hati kehilangan imanku untukmu. Dan sebagai gantinya, jika Dewa sendiri menawarkanku surga, aku akan menolaknya.

Ahh… seharusnya pun aku sadar diri. Sudah bagus kau mau berteman denganku. Orang seperti aku… yang bahkan kakakku sendiri pun tak mau mengakui diriku. Hanya kau yang tulus mau berteman denganku. Tapi aku malah… berharap lebih padamu.

Maaf, Va, tapi jika kau tidak keberatan. Aku mohon, bisa kah kita tetap berteman? Lupakan saja apa yang pernah kuucapkan. Please, aku tak punya teman selain dirimu. Tolong aku, Va, jangan berubah sikap. Tetaplah menjadi Va-ku. Jangan ubah tatapan matamu seperti kemarin. Jangan benci aku. Tolong jangan. Tetaplah menjadi sahabat terbaikku.

Aku menghela napas panjang. Setelah lama menunggunya tak kunjung meneruskan kalimat. “Good night, Ram.”






-------------------------------------

Lamongan, 03 Juli 2022

-B.R

Shades of Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang