25. Adik, ya?

3 1 0
                                    

Dia itu menyebalkan.

Bukan karena tingkah lakunya yang konyol atau random. Atau sifat jailnya yang selalu keluar setiap dekat denganku. Aku biasa saja dengan hal itu. Justru aku menyukainya.

Dia menyebalkan. Karena semudah itu dia membuatku nyaman.

Semudah itu dia membuatku merasa ingin menceritakan semua tentangku padanya. Di saat aku adalah orang yang sulit untuk membuka diri.

Dia menyebalkan. Karena di balik semua perhatian dan sikap manisnya itu, dia sudah punya seseorang yang harus dia jaga hatinya. Seseorang yang menjadi teman hidup dan akan selalu menemaninya.

Seharusnya aku menanggapi biasa saja, dan dari awal memang begitu. Namun entah sejak kapan perasaan itu hadir. Perasaan yang awalnya pernah begitu kusangkal. Seperti… hei, tidak mungkin aku akan menyukainya, kan? Tapi siapa sangka aku akan termakan oleh omonganku sendiri.

"Pagi, Adek." Begitu sapaan khasnya setiap pagi di tempat kerja.

"Udah sarapan belum tadi?" Begitu perhatian kecil yang sering dia berikan.

"Aku seneng kalau kamu jadi adekku."

Dan satu hal menyebalkan lagi darinya adalah ketika dengan mudahnya dia menganggapku hanya sebagai adik, setelah semua kenyamanan yang dia berikan membuatku terlanjur jatuh, dan begitu ingin untuk jadi miliknya.

Apa dia tidak pernah berpikir, bahwa aku hanya perempuan biasa yang terlalu mudah untuk terbawa perasaan. Yang mengedepankan hati dibanding logika. Bagaimana dia bisa merasa biasa saja di saat semua perlakuan istimewanya membuatku hampir gila begitu menginginkan hubungan lebih di antaara kita.

"Kesel banget aku!"

Sahabatku yang menjadi tempt untuk aku menceritakan senua kegalauanku hanya bisa menggeleng ambil mengelus dada.

"Nggak ngerti, deh. Kamu uring-uringan nggak jelas gini, patah hati nggak jelas, tapi nggak mau ngomong langsung ke orangnya," katanya tak habis pikir.

"Ya  nggak mungkin dong."

"Terus maunya gimana?" Dia sepertinya mulai kehilangan kesabaran. "Kalau dipikir-pikir Si Mas itu nggak salah juga, sih. Kamunya aja yang baper. Terlalu menanggapinya istimewa, padahal dia emang gitu ke semua orang."

Aku mendelik kesal. Tidak salah juga, sih. Tapi tidak perlu diperjelas begitu, kan?

"Kalau emang dia nggak bermaksud gitu, kenapa aku masih merasa kalau sikap dia ke aku itu beda? Aku nggak pernah liat dia memperlakukan temen cewek kita di tempat kerja seperti perlakuannya ke aku."

Sahabatku itu malah tertawa. Lagi-lagi menggeleng tak habis pikir.

"Gini ya, Bestie-ku. Kamu juga sendiri udah tahu, kan, kalau kalian nggak mungkin bisa bareng. Si Mas itu juga bilang kalau dia cuma anggap  kamu kayak adiknya nggak lebih." Dia menjeda sejenak. "Sekarang kamu jujur aja ke dia untuk jaga sikap, kalau emang kamu merasa belum bisa mengatur hati. Karena kesempatan untuk kalian bersama itu nol persen. Dan kamu jangan berpikir untuk jadi pelakor, ya. No. Lupain aja Si Mas itu. Yang ngantri kamu, tuh banyak."

Aku tahu tidak akan mudah untuk jujur. Aku tidak ingin di antara kita ada yang berubah. Mengingat dia juga pernah bilang secara langsung padaku untuk tidak baper padanya. Tapi, mengapa baru sekarang mengingatkan seperti itu di saat aku sudah terlanjur nyaman?

Pada akhirnya aku hanya bisa menahan perasanku sendiri. Karena kita memang tidak bisa bersama. Aku sadar, biar bagaimanapun aku tidak mungkin merebut dia dari seseorang yang berhak atasnya. Dia juga tidak mungkin meninggalkan perempuan yang sedang dia jaga hatinya.

Satu-satunya cara adalah aku harus bisa mengatur hatiku sendiri untuk mulai biasa saja terhadap semua perlakuan istimewanya. Bila perlu aku harus menjaga jarak walau mungkin akan sulit untukku yang sudah terlalu nyaman dengan kehadirannya. Itu juga pasti akan membuatku merasa sedih dan patah hati. Tapi hanya itu yang bisa kulakukan.

Aku menggeleng tak habis pikir. Kenapa, sih aku harus terjebak dalam hubungan adik-kakak ini?!

---

13 Januari 2023
-P

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shades of Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang