🌜40🌛

420 64 15
                                    

*Selamat pagi menuju siang.Voment juseyo....

Voment juseyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makan Ji"

Jevan menghela nafas saat tidak kunjung mendapatkan balasan apapun.Tangan kirinya beranjak mengusap pipi Jihan yang tidak pernah kering dari air mata tersebut

1 minggu gadis itu sadar dari komanya.Dan yang dilakukannya hanyalah duduk diam sembari menangis tanpa suara.Dia bahkan tidak peduli dengan saraf motoriknya yang belum pulih sepenuhnya.

"Buka mulutnya,Ji"bujuknya berulang kali yang sama sekali tidak mendapatkan timbal balik sesuai yang ia harapkan

"Papa"

Lagi-lagi Jevan menghela nafas lalu meletakkan sendok ditangan kanannya sedikit kasar

"Papa,Jev"lirih Jihan kembali menitikan air matanya

"Ada gue dan yang lainnya disini,kurang apa sih?"balas Jevan kesal.

"Papa"

"Papa papa papa!berhenti terpaku sama kesedihan lo Jihan!lo nggak sendiri!masih ada gue!"bentak Jevan meletakkan mangkuk berisi bubur itu dengan keras ke atas nakas

"Lo nggak tau gimana perasaan gue!lo nggak tau Jev!sejak awalpun yang gue harapin selalu papa!"teriak Jihan membuang selimutnya asal

"Terus gue yang selalu ada disisi lo apa ha?masih kurang?!gue capek Ji!"

Dengan wajah memerah juga suara lantangngnya Jevan berkata seraya mengguncangkan kedua bahu Jihan

"Tinggalin gue kalo lo udah capek!nggak perlu lagi peduli tentang gue-"

"Pede banget lo mau hidup sendiri,mau jadi apa ha?lo itu buta Ji!BUTA"

Brak

"Lo apa-apaan sih anjing"umpat Haekal yang baru saja masuk kedalam ruang inap Jihan

"Ikut.Gue"tekannya berbisik menarik kasar kaos Jevan keluar dari ruangan tersebut

Grep

"H-haekal?"gumam Jihan terisak saat merasakan seseorang memeluk dirinya

Isakan Jihan semakin keras setelah mendapatkan anggukan dari orang yang memeluknya

Selanjutnya yang terdengar hanyalah isakan juga racauan Jihan yang meminta maaf,sedangkan sang pemeluk hanya diam mengusap kepala nya lembut,lalu jarinya memencet tombol darurat.

Tak berselang lama,Satya datang tergesa-gesa dengan satu suster di sampingnya.

"Lagi?"tanyanya yang kemudian dibalas anggukan

Satya menghela nafas lalu mulai menyuntikkan obat bius ke lengan Jihan

"Apa tidak ada cara lain agar Jihan bisa tetap makan?"Satya terdiam sebentar lalu mendudukan diri dikursi samping ranjang pasien

JihanathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang