🌟33🌟

380 66 18
                                    

"Pa,Jay sayang sama Jihan"ucap Jay saat itu membuat sang papa yang tengah mengurus beberapa berkas langsung mendongak menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pa,Jay sayang sama Jihan"ucap Jay saat itu membuat sang papa yang tengah mengurus beberapa berkas langsung mendongak menatapnya

"Apa kamu bilang?"tanyanya berdiri mencondongkan tubuhnya kearah Jay yang berdiri didepan meja kerjanya

"Jay sayang sama Jihan,Jay tau ini lancang tapi-"

Bugh

Tubuh Jay terhuyung begitu sebuah buku besar yang tebalnya setara dengan kamus Bahasa Inggris menghantam kepalanya

"Kamu mau mempermalukan papa lagi dimata kakek?!"bentaknya mendekati Jay lalu mendorong tubuh putranya tersebut

"Jawab!"

"Perasaan nggak ada yang bisa ngendaliin pa,perasaan Jay ada gitu aja"balas Jay memberanikan diri yang tak lama kemudian langsung dibalas bogeman dari Daniel

"Kalo gitu hapus perasaan itu!"titahnya

"Mau sampai kapan sih kamu malu-maluin papa ha?!papa tuh malu punya anak kaya kamu Jay!nggak berguna sama sekali!"ucapnya lantang membuat Jay terdiam menatapnya tidak percaya.

"Apa sebegitu buruknya Jay dimata papa?"lirih Jay menatap kosong papanya tersebut

"Padahal Jay selalu bangga punya papa.Dimata Jay,papa selalu jadi yang paling hebat,sampai Jay berusaha jadi sempurna sesuai dengan standar yang papa pengenin.Masih kurang ya?"lanjutnya tersenyum miris

"Pa,sampai kapanpun garpu nggak bisa berubah jadi sendok,mau dipaksa gimanapun,garpu bakal tetap ada ditempatnya.Begitupula Jay.Mau sampai Jay nggak nafas pun Jay nggak akan bisa jadi kayak Nathan,persis seperti yang papa minta"

"Disaat Jay nggak minta papa buat jadi kayak om Azam,kenapa papa yang malah ngelakuin itu ke Jay?maksa buat jadi persis kayak Nathan"

Jay terdiam sebentar lalu tersenyum menghapus air matanya.Hey,ayolah dia sudah kelas 11,sudah bukan waktunya lagi untuk menangis bukan?

Pemuda yang masih memakai seragam pramukanya itu mengangguk pelan seraya menatap wajah Daniel yang sedari tadi terdiam

"Jay bakal berusaha hapus perasaan ini,bagaimanapun caranya.Papa tenang aja....,Jay pamit,Nathan dateng hari ini,jadi harus Jay jemput"tutupnya lalu pergi begitu saja.

Tepat setelah pintu ruang kerjanya tertutup,lutut Daniel terasa lemas begitu saja,membuatnya merosot berlutut dilantai

Pria berkemeja abu-abu itu sadar bahwa selama ini,dia terlalu egois.Bagaimana bisa dia menginginkan anaknya itu setara dengan Nathan padahal cara mendidik keduanya saja sudah jauh berbeda.

Azam yang mendidik dengan kasih sayang dan Daniel dengan kekerasannya.

Yang tidak ia sadari adalah,dia memaksa Jay untuk mewujudkan semua keinginan yang dulu gagal ia lakukan.

JihanathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang