"Dihabisin ya?tinggal 2 sendok lagi,setelah itu minum obat"
Jihan hanya mengangguk pelan lalu menerima suapan bubur hambar dari tangan Tiffany.
Tiffany dengan sabar menunggu Jihan mengunyah buburnya,tangannya yang lentik terangkat begitu saja merapikan surai Jihan yang sudah lama tidak disisir itu.
Jarinya lalu mengusap pelan pipi Jihan yang masih membengkak.Akibat luka di dahinya itu,wajah Jihan membengkak hampir setengahnya.
Ia memberikan beberapa pil dengan warna berbeda saat tangan Jihan menengadah,kemudian dia membantu gadis itu untuk minum air putih.
Ceklek
Tiffany menoleh dan putranya lah yang ia lihat.Bukan Jeffry yang selama tiga hari ini setia menemani Jihan,tapi Jevan yang sudah selama tiga hari ini tidak menampakkan wajahnya setelah perdebatannya dengan Jihan beberapa hari lalu.
"Kalau kamu udah sembuh total,kita jenguk papa kamu"ucap Tiffany mengecup dahi Jihan lalu bergegas pergi
"Minta maaf"Jevan mengangguk saat Tiffany membisikkan hal tersebut
Dengan langkah pelan Jevan berjalan mendekati ranjang pesakitan yang diduduki oleh Jihan
Dia benar-benar tidak berani untuk berbincang dengan sepupu kesayangannya tersebut,mengangkat kepala saja ia sungkan
.Sekarang dia setuju dengan perkataan Jihan beberapa tahun silam,bahwa marahnya seorang Jevan membuat otaknya mati sementara.
"Maafin gue,Jev"
Jevan mendongakkan kepalanya saat suara Jihan memenuhi rungunya.Dahinya mengerut saat Jihan mengetahui dirinya yang datang,perasaan Jevan belum membuka suara sejak tadi.
"Parfum lo"
"O-oh"
"Ehm...Ji,gue-"
"Nggak perlu minta maaf,gue yang salah waktu itu"
Jihan tentu sudah mengenal betul bagaimana sepupunya tersebut.
Dia sudah 4 kali membuat Jevan marah besar,hingga membuat pemuda itu memaki dirinya.Berakhir menghilang beberapa hari dan kembali mendatanginya untuk meminta maaf tentu dengan penyesalan yang besar.
"Gue bener-bener minta maaf Ji,otak gue nggak bekerja waktu itu sampe-sampe ngucapin hal yang kasar"
Jihan tersenyum mengangguk lalu matanya terpejam begitu merasakan pelukan hangat dari Jevan.Ia mengangkat kedua tangannya kemudian membalas rengkuhan sepupunya tersebut.
Jihan sadar bahwa tidak ada gunanya terjebak dalam kesedihan.Dunia memang seperti ini,jika tidak bisa mengatasinya maka siap-siap,jasmani atau mental yang akan rusak terlebih dahulu.Dan Jihan tidak menginginkan hal tersebut
Sadar diri,itu yang dia lakukan sekarang.Dia tidak punya siapa-siapa lagi,hanya Jevan dan keluarganyalah yang dengan baik menerima dirinya yang bertambah kekurangan.Jihan tidak mau menambah beban mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jihanathan
Roman pour AdolescentsCompleted✔️✔️ BOOK II Mari kita lihat seberapa berpengaruhnya kedatangan Adiputera Nathananta Zafer dalam kehidupan seorang gadis bernama Aneska Jihana Zaphira.