2

335 38 0
                                    

"Lang, Lang, udah ada yang daftar?"

Sudah dua hari sejak pembukaan pendaftaran wakil ketua OSIS, tetapi masih belum ada yang tertarik untuk mendaftar.

"Belum, Far," jawab Elang, wakilku saat ini.

"Serius? Gilaa, njir. Orang-orang, kok, pada nggak tertarik, dah? Ketua kita padahal sesempurna itu, woi," cerocos Farah, sekretarisku.

"Karena itu, bego. Makanya pada nggak mau. Takut digigit sama Yega kalau bikin salah," timpal Juan, si bendahara.

Ya, saat ini BPH atau yang lebih dikenal dengan inti pengurus OSIS, sedang melakukan rapat mendesak. Sebab, seperti yang sudah aku katakan tadi, besok sudah hari terakhir, tetapi belum ada yang mendaftar juga.

"Lu berdua gue nikahin juga lama-lama, biar jadi pasutri." Elang menengahi, sebelum terjadi pertengkaran antara Ibu Sekretaris dan Bapak Bendahara.

Tentu saja, mereka berdua langsung mengetuk dahi dan meja secara bergantian, sembari mengkomat-kamitkan, 'amit-amit jabang bayi'.

Hanya mendengarkan, tak tertarik menimpali, aku masih fokus membaca proposal salah satu ekskul PMR yang meminta bantuan pendanaan terkait pelatihan anggotanya dengan metode camping. Menarik, aku bisa menyetujuinya langsung, tetapi tak bisa. Ada hal yang harus kupertimbangkan juga agar semua tetap ballance.

"Ketuanya aja adem ayem," sindir Elang.

"Tau, anjir. Kalau gue jadi dia, ya, udah pasti gue kocar-kacir di koridor, sibuk sebar selebaran. Lah, si Yega malah duduk tenang, kayak nggak terjadi apa-apa." Farah menimpali.

"Ya, makanya lo nggak jadi ketua, coy. Gimana, dah," sahut Juan.

"Iya juga, ya, Ju. Ah, tumben lo pinter, njir."

"Baru tau lo, Far? Gue, 'kan---"

"Sorry motong. Ju, minta tolong lo urus pengajuan dana proposal PMR ke wakasek keuangan. Excel-nya ntar gue kirim ke email," ujarku sambil menatap Juan, kemudian beralih ke Farah. "Far, lo jangan lupa arsipin proposalnya, ya. Sama minta tolong hubungin Divisi Minat Bakat buat data barang apa aja di gudang yang bisa dipake buat ngurangin pengajuan dana. Kalau ada, nanti perubahannya tolong sampein ke Juan, ya, biar dia revisi."

"Oke!" jawab Farah dan Juan bersamaan.

Oh, ya, sekadar info saja. Divisi Minat Bakat di kepengurusanku membawahi ekstrakulikuler yang ada di sekolah. Jadi kalau ada proker ekskul, divisi Mikat juga ikut turun tangan membantu.

"Ga, lo urusin dulu, gih, Pemira. Ntar Pak Kadrun nyemprot lu lagi, 'kan, repot," ujar Elang.

Aku berdeham.

"Ham-hem-ham-hem aja lu, njir. Kalo beneran nggak ada yang daftar gimana?" Elang mulai merasa kesal dengan sifat cuekku yang kelewat batas.

"Ya ... gapapa," jawabku, sembari mematikan komputer, hendak keluar ruangan.

"Palalu gapapa," cibir Elang. "Mau kemana lagi lo? Bukannya kita mau rapat Pemira?"

"Tadi katanya gue disuruh sebar selebaran di koridor, 'kan?" Sebelum mereka menyemprotku, aku buru-buru keluar ruangan sambil memegang tumpukkan selebaran yang siap dibagikan sebelum hari penutupan besok.

Sebenarnya, aku juga malas melakukan hal ini. Padahal ujung-ujungnya selebaran ini hanya dibuang di tong sampah atau dijadikan pesawat-pesawatan saja. Sayang, malah buang-buang kertas jadinya.

Aku pun memutuskan untuk menempelkannya di mading sekolah dan kelas saja. Toh, Divisi Medkominfo juga sudah mempostingnya di sosial media OSIS, dan banyak yang sudah melihat pster online-nya. Kalau masih tidak ada yang daftar, berarti memang ini nasibku untuk meneruskan periode seorang diri.

Terasak | Renjun NCT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang