Setelah pulang dari bekerja, aku memutuskan untuk mampir di minimarket karena tiba-tiba hujan deras mengguyur Ibukota. Sebenarnya, aku membawa jas hujan, hanya saja hujan terlalu deras ditambah angin kencang, sehingga agak beresiko jika aku trabas.
Aku pun mengambil air mineral dingin dan mie cup, tidak ada ide lain mau beli apa. Setelahnya, aku pun pergi ke kasir untuk membayar. Antrean cukup ramai, rata-rata orang yang pergi meneduh sepertiku. Ditambah, minimarket yang buka 24 jam pun jarang.
"Ada tambahan lagi---loh, Yega?"
Aku mendongak, menyadari seseorang yang menjadi petugas kasir. "Haechan?"
"Baru balik kerja?" tanyanya sembari meng-scan produk yang kubeli.
Aku mengangguk.
"Totalnya empat belas ribu. Nanti mie-nya gue anter. Bentar lagi gue ganti shift," katanya.
Aku hanya mengiyakan saja karena tidak enak terlalu lama di depan kasir, sebab antrean masih panjang. Setelah membayar, aku pun mencari tempat kosong dan duduk di sana, membuka air mineral yang kubeli dan menegaknya hingga setengah.
Tiga puluh menit kemudian, kursi di seberangku pun diduduki oleh seseorang. Aku yang tengah menatap derasnya hujan pun menoleh.
"Sorry lama," katanya sembari menyerahkan mie cup-ku.
Aku mengangguk. "Santai, lagian masih deres juga."
Setelah menerima mie-ku, aku membuka bumbunya dan mengaduknya. Uap panas mengepul, menggoda siapapun yang menciumnya.
"Lo makan mie malem-malem?"
Aku yang sedang meniup mie-ku menatapnya. "Memang kenapa?"
"Ya, biasanya cewek takut gendut," jawabnya.
"Lo kerja?" tanyaku. Pasalnya, aku sedikit terkejut melihat laki-laki itu menjadi petugas kasir minimarket.
"Hmm, buat nambah biaya kencan. Cewek gue banyak, pengeluaran gue bengkak."
Aku tertawa. "Makanya tobat jadi playboy."
Haechan terkekeh. "Daripada lo es batu."
"Lebih baik daripada mainin perasaan orang," ucapku.
"Gue nggak mainin perasaan orang. Mereka aja yang mau sama gue karena pesona gue yang aduhai," jawabnya dengan pede.
"Terus, kalo bosen, lo putusin?"
Laki-laki itu mengangguk. "Lagian, gue udah bilang dari awal sama mereka. Gue nggak tertarik buat jalanin hubungan serius. Jadi, gue nggak salah sepenuhnya kalo akhirnya gue putusin pas gue udah bosen."
"Temen lo juga gitu?" Entah kenapa tiba-tiba aku melontarkan pertanyaan tersebut.
"Temen gue yang mana?"
"Renjun." Ah, akhirnya aku bisa mengingat namanya dengan benar.
Sontak, dia tertawa lebar. "Boro-boro, anjir. Tuh, bocah bucin sama lo bertahun-tahun. Mana ada kepikiran buka asrama."
Aku mengangguk-anguk sembari menikmati mie cup-ku.
"Kenapa? Lo takut diselingkuhin sama si Kupret?" tanyanya yang membuatku tersedak saat mendengarnya.
Haechan refleks membukakan minumku dan menyerahkan padaku.
"Makasih," kataku setelah batukku hilang.
"Kenapa? Lo pernah diselingkuhin?"
Aku menyadari satu hal, ternyata laki-laki ini tidak memiliki filter kalau bertanya. Sepertinya, apa yang ada dipikirannya saat itu, akan langsung dia tanyakan tanpa peduli sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terasak | Renjun NCT [END]
FanfictionBukan kisah yang menarik, apalagi istimewa. Melainkan, hanya sebuah cerita bagaimana mencairkan hati yang beku dan menjaga hati yang terluka. *** [22620]