"Oke semuanya. Jadi, pokoknya kalo ada apa-apa langsung ngomong di grup chat, oke?"
Kami semua mengangguk.
"Yok, tos dulu!" Seluruh panitia pun merapat dan mengulurkan tangan ke depan, menyatukan menumpuk.
"SMANPHORIA!" teriak Juan.
"NGGAK SUKSES, NGGAK PULANG! WUUUU!" Riuh panitia bertepuk tangan dan setelahnya kami menuju ke tugas masing-masing sesuai jobdesc.
"Gua takut, Ga." Juan berbisik padaku setelah semua panitia bubaran briefing.
Ya, hari ini adalah hari-H Smanphoria. Semua hasil kerja keras panitia selama ini akan dibuktikan dengan kesuksesan acara nanti.
Jujur, tak hanya Juan yang merasa takut, aku pun juga. Bahkan, sedari tadi aku mengalami keringat dingin. Namun, aku berusaha menyembunyikannya dan tetap terlihat tenang.
Aku merangkul laki-laki itu, menepuk pundaknya. "Santai, Ju. Keep calm."
"Tapi, Ga. Ntar nama lo sama sekolah yang kena kalo ada masalah."
Aku terkekeh. "Udahlah. Fokus aja ke acara dulu, oke? Positive thinking! Pasti sukses!"
"Yega."
"Bisa, Ju. Bisa. Lo hebat bisa menaungi Smanphoria sampai saat ini. Bintang tamunya juga kece-kece parah. Yang awalnya orang-orang pada sangsi, sekarang lo bisa buktiin kalo kita bisa ngundang itu semua. Nah, pasti acaranya juga bakal pecah abis!"
"Soal hujan ...."
"Kalo hujan tinggal pake ponco, Ju. Gapapa. Udah, gih, sana. Gue mau check divisi lain."
"Yega."
Aku yang tadinya sudah hendak berbalik meninggalkannya, menoleh. "Kenapa lagi?"
"Makasih banyak udah mau jadi ketua yang sangat menjadi ketua." Dia memelukku secara tiba-tiba.
Aku pun segera melepaskannya. "Nggak boleh peluk-peluk. Nanti cewek lo marah." Tertawa.
Juan pun tertawa. "Farah santuy sama lo. Dia tau lo nggak doyan cowok."
Refleks, diriku meninju perutnya. "Gue masih normal."
Laki-laki itu pun tertawa sembari meninggalkanku, takut kena tinju lagi mungkin. Aku menatap punggungnya yang sudah menghilang dari pandanganku. Ah, andai kata masih ada Elang di sini, sudah pasti dia akan bangga melihat temannya berhasil menjadi ketuplak acara besar seperti ini.
Tiba-tiba aku jadi merindukan Elang. Apa kabar dirinya sekarang, ya? Pesanku tak pernah dibalas Elang, entah dia ganti nomor atau bagaimana. Mungkin, nanti aku harus bertanya pada Haechan. Tolong ingatkan aku nanti.
Aku pun memutuskan untuk berjalan ke ruang MC. Setelah mengetuk, aku pun masuk ke dalam dan melihat dua orang yang sangat sangat sangat familiar bagiku.
Ya, aku tak menduga sama sekali bahwa MC yang dimaksud oleh Renjun kemarin adalah dia dan Haechan. Aku pun baru tahu tadi pagi saat gladi bersih. Mau menolak pun, juga sudah hari-H. Namun, tak apalah, aku percaya pada mereka berdua.
"Lo berdua aman, kan, teks MC-nya?"
Mereka berdua yang tengah dirias oleh make-up artists pun melirikku dari cermin. "Aman."
"Nanti kalo ada masalah, langsung kabarin aja pokoknya, ya. Perhatiin juga dari atas semisal ada yang nunjukin tanda SOS," ucapku dan mereka menganggukkan kepala lagi.
"Udah makan, kan, lo berdua?"
Renjun yang masih dirias pun menoleh menatapku. "Lo kenapa jadi bawel, Ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terasak | Renjun NCT [END]
FanfictionBukan kisah yang menarik, apalagi istimewa. Melainkan, hanya sebuah cerita bagaimana mencairkan hati yang beku dan menjaga hati yang terluka. *** [22620]