7

138 28 0
                                    

"Angkat tangannya yang pas liburan kenaikan kelas nanti nggak ada plan liburan?"

Saat ini, diriku sedang rapat bersama seluruh pengurus OSIS yang kebetulan seluruhnya juga menjadi panitia Smanphoria tahun ini.

Seluruh siswa baru saja menyelesaikan ujian kenaikan kelasnya. Dan, ini adalah minggu terakhir di semester ini. Sabtu besok, kami sudah menerima raport kenaikan kelas. Waktu terlalu cepat berlalu, dan kini pun tak terasa sudah hampir sebulan diriku tak berpatner dengan Elang.

Ah, ya. Berarti hari ini adalah hari terakhir Elang menjadi siswa sekolah ini. Sungguh, diriku masih berat melepas kepergian dirinya. Kami sudah bersama selama dua periode---ralat, hampir dua periode karena dia mengundurkan diri di periode ini.

Periode pertama, kami berada di bidang yang sama, Departemen Medkominfo sebagai staff ahli. Dan, di periode ini kami terpilih menjadi pasangan pemimpin OSIS di tahun ini.

Temanku di sekolah pun hanya Elang dan Juan. Kami dekat secara tak disengaja saat masa orientasi, ya, terlambat. Kini, jika kuceritakan kembali mungkin orang-orang yang mendengarnya hanya menganggapnya sebagai lelucon, tak menyangka seorang Yega bisa terlambat ke sekolah, pada hari pertama orientasi pula.

Kalau Farah, aku baru akrab dengannya saat masuk kepengurusan OSIS dan juga karena dia adalah gebetan Juan---aku dan Elang yang menganggapnya begitu karena Juan selalu denial saat digoda. Dan, karena Farah adalah anak IPA, jadi kami juga tidak pernah berinteraksi sebelum masuk ke OSIS.

"Ga, gimana?" Pertanyaan Juan menyadarkan lamunanku.

"Hah? Gimana?"

"70%-nya udah ada plan liburan. Jadi, kayaknya pas liburan kita pending dulu progress-nya."

Aku menaikkan sebelah alisku. "Kenapa harus pending? Jangan buang-buang waktu, ini acara besar."

"Tapi, Ga---"

"Kita masih butuh dana, medpart dan sponsor pun belum mencapai target, lokasi venue aja belom fix. Jangan mentang-mentang kita udah fix dapet guest stars terus bisa santai-santai." Ya, aku memang paling tegas kalau soal manajemen waktu seperti ini.

Semua peserta rapat pun terdiam. Seketika suasana rapat menjadi dingin. Namun, aku hanya mengatakan fakta, tidak bermaksud marah atau menyalahkan mereka yang sudah punya plan liburan. "Gini aja. Volunteer kita aman?"

Juan menggeleng. "Belum, Ga. Rencananya bakal diundur untuk oprec volunteer karena udah masuk masa liburan."

Oke, fine, berarti memang benar-benar kurang orang. "Ya, udah. Yang punya rencana liburan, gapapa tetep liburan. Sisanya tetep jalan seperti timeline. Setuju, nggak?"

Seisi ruangan masih terdiam.

Aku menghela napas. "Gue bukannya mau menekan atau bersikap nggak adil. Tapi, Smanphoria acara besar, kita ngundang artis, penyanyi, mc-nya bahkan ngundang dari luar. Terus kita juga jual tiket ke luar sekolah. Nama sekolah kita dipertaruhkan. Dan, jangan sampai tercoreng karena Smanphoria kacau karena kurang persiapan,"

"Nanti, yang liburan tetep bantu secara daring. Sepadet-padetnya jadwal liburan kalian, tolong banget sempetin buka Hp. Oke?"

Aku bisa melihat bahwa mereka menyetujui dengan berat hati. Namun, aku paham bahwa mereka juga memahami resiko dan konsekuensi menjadi organisator.

Rapat pun diambil alih oleh Juan kembali, melanjutkan pembahasan selanjutnya. Aku melirik ke sebelahku, laki-laki yang menjabat sebagai wakilku juga tengah serius mencurahkan atensinya pada Juan.

Dalam hati aku bersyukur, walaupun dia masih 0% memahami organisasi dan cara kerjanya, setidaknya dia benar-benar serius belajar dan bertanggung jawab atas jabatannya. Tak seburuk yang kutakutkan di awal. Dia juga sudah memperbaiki penampilannya menjadi lebih rapi---baju dimasukkan, memakai dasi, rambut pendek tertata rapi, sepatu hitam, celana sudah tidak pensil---dan pelanggarannya di ruang BK pun sudah menurun drastis, walaupun satu pelamggaran yang masih sulit dihindari baginya---terlambat.

Terasak | Renjun NCT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang