01

217 18 0
                                    

"Cepat cari keseluruh ruangan, dan bagi beberapa kelompok keseluruh penjuru kota ini"
Park Jimin memerintahkan anak buahnya untuk mencari Gadis yang sangat ia cintai yaitu Kang Seulgi, tepat dihari pernikahannya tiba-tiba Seulgi menghilang ntah kemana. Ayah dan Ibunya Seulgi bahkan tidak tahu kemana anak gadisnya itu pergi. Mereka berkata terakhir kali hanya melihatnya dikamar sedang merias wajahnya didepan kaca dengan seorang asisten kerjanya, saat mereka masuk kedalam kamarnya untuk melihatnya, tidak ada kejanggalan sedikitpun.

Sudah Dua jam berlalu, mereka mencari diseluruh ruangan dan kota namun tidak menemukan jejak calon istrinya itu.
"Sial dia benar-benar sudah kabur" Ujar Jimin mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

"Jadi bagaimana ini Jimin? para tamu sudah menunggu selama Dua jam, apa kita akan membiarkannya begitu saja?"

Jimin menanggalkan jas dan dasinya, kemudian melemparkannya kelantai dan menginjaknya.
"Sialan, batalkan saja semuanya ma"

"Baiklah, mama akan meminta mereka membubarkannya, dan akan memberitahukan bahwa calon istrimu itu sudah kabur, kita harus mempermalukan keluarganya, mereka benar-benar keterlaluan sudah berani macam-macam sama keluarga kita."

Jimin menggertakkan deretan gigi atas dan bawahnya.
"Seulgi kau tega mempermainkanku, lihatlah konsekuensi yang akan diterima oleh keluargamu"

Hp Jimin tiba-tiba saja berdering, ia mendapat panggilan dari salah satu anak buahnya.
"Baiklah, terima kasih informasinya" Ujar Jimin sebelum menutup panggilan telponnya.

"Apa kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi? Bagaimana kalau ada seseorang yang sengaja menculik Seulgi agar pernikahan ini batal? Kita tidak tahu diluar sana pasti banyak yang menginginkan pernikahan ini agar tidak terjadi" ibu Seulgi yang sudah menangis terisak-isak dipelukan suaminya. Ia juga tidak sanggup menahan malu didepan orang ramai yang sedang membicarakan dirinya dan Seulgi yang bukan-bukan.

Awak media dan jurnalis sibuk memotret dan mencatat berita gempar ini, ini adalah sebuah berita besar untuk perusahaan Bighit milik Jimin, sebagai CEO perusahaan terbesar dikotanya, bagaimana ia bisa menanggung malu yang sebesar ini.

"Seulgi sudah melarikan diri, anak buah ku sudah mendapat informasi bahwa dibandara hari ini ada data mengenai Seulgi yang telah pergi keluar negeri dengan seseorang yang bergender pria beberapa menit yang lalu" Ujar Jimin dengan wajah datarnya, namun dari tatapan matanya terlihat ia merasa sedih.

"Tidak mungkin, anak gadisku tidak mungkin pergi, ia tidak akan mempermalukan keluarganya sendiri, ini pasti sebuah jebakan" Ibu Seulgi benar-benar shock berat dengan apa yang baru saja jimin katakan.

"Ini akan mempermalukan keluargaku , selain itu jika mereka tidak menikah, perusahaan kami juga pasti akan hancur, aku sudah tahu betul sifat keluarga pihak Jimin, ia pasti akan membalas  apa yang terjadi hari ini" Ujar Ibu Seulgi didalam hatinya, ia memikirkan rencana agar keluarga pihak jimin tidak akan menghancurkan perusahaannya.
"Oh iya, aku masih ada anak gadis bodohku itu"

"Kalian tenang saja, kami tidak akan mempermalukan keluarga kalian, bagaimana kalau anak anda Jimin menikahi anak gadis kami yang satunya lagi, Seulgi mempunyai adik perempuan namun hari ini ia tidak bisa hadir karena sedang sakit dan berdiam dirumah, aku akan memintanya untuk menggantikan Seulgi" Ibu Seulgi masih memiliki kartu truf ditangannya, ia segera mengeluarkan kartu truf untuk memenangkan hati ayah dan ibu Jimin kembali.

"Bagaimana Jimin, apa akan tetap dilanjutkan pernikahan ini, lihatlah awak media sudah memotret dan saling berebut berita besar ini?" Ujar Ayahnya Jimin sambil melihat sekeliling.

"Baiklah, bawa dia kemari, tidak peduli dia sakit atau apalah, tidak perlu memakai gaun, pakaian biasa saja sudah cukup" senyum jahat terukir diwajahnya, ia sudah tahu konsekuensi apa yang akan ia berikan pada keluarga pihak calon istrinya itu.

Tidak lama mobil hitam tiba dengan membawa seorang gadis berambut pirang yang terlihat sangat menyedihkan, bibirnya pucat dan berjalan dengan sempoyongan. Terlihat ia hendak meronta dan memberontak namun badannya sangat lemah, ia tidak bertenaga sama sekali, ibu dan ayahnya dengan cepat menggandeng dan membantu Rose untuk berdiri tegak dihadapan Jimin.
Melihat pengantin pria dan wanita sudah berdiri bersama, Pendeta memulai acara pernikahannya. Meski pernikahan ini hanya keinginan sepihak.

Setelah pernikahan selesai Rose, adiknya Seulgi jatuh pingsan, suhu tubuhnya benar-benar panas.
"Mulai hari ini, gadis ini akan tinggal bersama kami, kami akan meminta pelayan untuk mengambil barang-barangnya" Ujar Jimin sambil menggendong Rose yang sedang pingsan.

"Baiklah sudah seharusnya anak gadisku pergi dengan kalian, mulai hari ini dia resmi sudah menjadi istrimu" Ibu Rose tersenyum bahagia diwajahnya, ia benar-benar sudah tidak peduli dengan seulgi yang melarikan diri bahkan ia tidak peduli dengan anak gadisnya yang tersisa ini, hanya uang yang ada dibenaknya sekarang.

"Huh, istri?" Gumam Jimin dalam hati.

Jimin menggendong Rose masuk kedalam mobilnya, ia mempunyai niat jahat tidak untuk mengobati demamnya, ia langsung membawanya pulang kerumah dan meminta pelayannya untuk membawa Rose tidur dikamar tamu.
"Tuan Jimin, tubuh nona Rose benar-benar panas apa yang harus kami lakukan?" Tanya pelayannya itu.

"Biarkan saja, nanti akan sembuh dengan sendirinya, kalau aku lihat kalian berani masuk kedalam kamarnya atau memberikannya obat, akan kupecat kalian"

"Baiklah tuan" Si pelayan merasa ragu-ragu kemudian menutup pintu dan keluar meninggalkan Rose yang tengah menderita. Jujur si pelayan tidak tega melihat kondisi Rose yang benar-benar menyedihkan.

Rose terbaring lemah, bahkan hendak menggerakkan kakinya sangat susah, ia sedang sakit namun dipaksa untuk berjalan bahkan menggantikan pernikahan kakaknya. Ia menangis, namun tangisannya tidak terdengar sedikitpun, ia memukul dadanya yang sesak berkali-kali.
"Mengapa ini terjadi saat aku sedang sakit begini? Mengapa mereka tega sekali dengan diriku?"

~~~
Sudah dua hari sejak Rose pindah kekediaman orangtua Jimin, ia tidak keluar kamar sedikitpun untuk makan maupun minum, dan bahkan tidak terdengar suara apapun sama sekali didalam kamarnya.

Saat sedang sarapan bersama, Ibunya Jimin mencoba bertanya tentang Rose "Jimin mengapa istrimu itu tidak keluar kamar sekalipun, apa dia sudah kabur? Apa kamu tidak mencoba meminta pelayan untuk mengeceknya?" Tanya ibunya jimin terlihat sedikit khawatir.

"Mungkin dia sudah mati" Jawab Jimin dengan entengnya tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Kau jangan menakuti mama begitu, mama ini serius dia tidak keluar kamar sedikitpun, bukan kah ia masih kuliah? Apa tidak apa ia tidak pergi kuliah beberapa hari ini"

"Jimin! habis sarapan kamu harus mengeceknya, papa tidak pernah mengajarimu cara memperlakukan istrimu seperti ini, papa tau ia hanya pengganti Seulgi, dia tidak salah apa-apa kau jangan melampiaskan segalanya padanya, kau hanya akan menyakiti pihak yang tidak bersalah." Ayah Jimin mulai merasa emosi melihat perilaku anaknya yang sangat tidak peduli dengan kondisi istrinya sendiri.

Jimin meletakkan sendok makannnya dan menyudahi sarapannya, ia bergegas pergi kekantor dan tidak mendengarkan ucapan ayahnya.
"Anak ini benar-benar, ck , aku tidak pernah mendidiknya seperti ini, mengapa ia menjadi seperti ini"
"Sudahlah pa, kita jangan ikut campur urusan Jimin, biar dia yang mengurusinya sendiri" Ujar ibunya Jimin yang menenangkan suaminya itu.

Selama perjalanan menuju kekantor, Jimin merasa tidak tenang, ia merasa terbebani setelah mendengar perkataan Ayahnya tadi.
"Ckk sialan, apa memang dia sudah mati?"


My Sister's Replacement [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang