02

115 16 0
                                    

Selama sedang rapat membahas proyek baru, Jimin benar-benar merasa tidak fokus, ia kebanyakan melamun dan tidak mendengar penjelasan mengenai proyek baru itu, setelah selesai rapat ia bergegas  pulang. Jimin hendak mencoba mengecek keadaan Rose, jika Rose sudah mati pasti dia yang akan tertuduh dan reputasinya akan menurun drastis atas kasus pembunuhan terhadap istrinya.
"Sial, gadis yang menyusahkan sekali."

~~
Jimin mencoba membuka pintu kamarnya namun terkunci, salah satu pelayannyalah yang tidak sengaja menguncinya karena mengira kamar itu kosong dan tidak ada yang menenpatinya, ia tidak tahu Rose telah ditempatkan kekamar tamu itu.
Jimin yang tidak sabaran mencoba mendobrak pintu itu, namun karena terbuat dari bahan berkualitas tinggi, pintunya bahkan tidak tergores sedikitpun.

"Kalian lama sekali mengambil kuncinya, mau aku pecat?" Teriakan jimin terdengar diseluruh ruangan. Ibu dan ayahnya yang mendengar suara Jimin segera bergegas menghampirinya.
"Loh Jimin awal sekali kamu sudah pulang?" Tanya ibunya penuh keheranan.
"Aku takut gadis menyusahkan ini mati dan membusuk didalam, oleh karena itu aku hendak mengeceknya" Ujar Jimin.

"Maaf tuan, saya tidak tahu Nona Rose menempati kamar ini, oleh karena itu saya tidak sengaja menguncinya, maafkan saya Tuan muda Jimin" Si pelayan itu berlutut memohon ampun, meskipun si pelayan  itu lebih tua usianya daripada Jimin.

Jimin hanya meliriknya sebentar kemudian berjalan pergi tidak mempedulikan si pelayan tua itu tengah berlutut.
"Ayo, pelayan kamu bangun tidak perlu berlutut didepan anak muda" Ayah jimin meminta sipelayan itu untuk bangun.

"Makasih Tuan"

Saat berjalan masuk kedalam kamar, Jimin dikejutkan dengan Rose yang terbaring dilantai dekat pintu, untung saja ketika ia membuka pintu tidak mengenai kepalanya.
Ia mengecek hidungnya, beruntungnya Rose masih bernafas, namun nafasnya terasa sangat pelan dan berat.

"Jimin, kau coba hubungi dokter Lee, suruh ia datang mengeceknya" Saran ayah jimin yang melihat kondisi Rose sangat menyedihkan. Jimin merogoh ponselnya dan meminta dokter untuk kemari.
Sedangkan Ibu jimin membantu Rose untuk bangun, tidak terduga ibunya Jimin malah menitikkan air matanya.
"Aku dapat merasakan gadis ini begitu menderita, aku memang bodoh menyetujuinya begitu saja tanpa meminta pendapat darinya, seharusnya kita tidak perlu memintanya untuk menggantikannya"

"Mama tidak usah dipikirin, ini memang yang harus dilakukan, keluarganya sudah berniat mempermalukan kita, bukankah mengambil anak gadisnya merupakan konsekuensi yang sepadan" Ujar Jimin sambil membantu membopong Rose kembali ketempat tidurnya.

"Tapi-.. "

"Udah ma, sekarang mama dan papa kembali beristirahat saja, aku yang akan menjaga istriku, kalian kembali saja melakukan rutinitas kalian" Jimin mendorong pelan ibunya keluar kamar dan kemudian masuk kembali kedalam kamarnya Rose dan mengunci pintunya.

"Udah ma, ayo pergi, biarkan mereka berduaan terlebih dahulu, siapa tau Jimin dapat menerimanya seperti ia menerima kakaknya" Ayah dan Ibunya kemudian berjalan pergi meninggalkan kamar Rose kembali untuk menonton acara TV kesukaaan mereka.

Jimin berdiri ditepi ranjang milik Rose dan menatapnya sinis.
"Kau bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Seulgi, ingin menjadi istriku? Jangan harap aku akan menerimamu, aku hanya ingin melampiaskan kekesalanku padamu, oleh karena itu aku menikahimu bodoh"

Tok tokk tokk

"Tuan muda jimin, silahkan buka pintunya"  Dokter yang akan merawat Rose sudah tiba, jimin membukakan pintu untuknya, melihat kondisi Rose Si dokter segera melakukan pemeriksaan.

"Tidak ada masalah yang serius, ia hanya terkena demam biasa, namun karena sudah berhari-hari ia tidak makan dan minum ia tidak mendapat asupan gizi dan vitamin, itu membuat pasien sangat susah sembuh, saya akan memberikan vitamin dan obat penurun demam, nanti tuan muda jimin berikan saja padanya" Ujar Dokter itu menjelaskan kepada Jimin dan meletakkan obat dimeja.

"Baiklah, makasih dok" Ujar Jimin.

"Kalau begitu saya pamit dulu tuan muda, karena saya hendak pergi merawat pasien saya yang berikutnya"

"Baiklah, saya akan mengantar dokter keluar" Jimin hendak melangkahkan kakinya namun ditahan oleh sang dokter.
"Tidak perlu, tuan muda temani saja istri tuan yang sedang sakit, saya bisa meminta pelayan tuan untuk mengantar saya, saya pamit dulu" Dokter berjalan keluar dengan diiringi oleh pelayan dari Jimin. Tak lama Jimin juga menyusul keluar dari kamar Rose menuju kekamarnya.

Jimin membaringkan tubuhnya kekasur empuk miliknya.
"Seulgi, dulu kamu berjanji tidak akan brrpisah dariku, tetapi apa yang telah kau lakukan, kau malah mengkhianati cintaku" Gumamnya pelan sambil menatap langit-langit kamarnya.

Rose mulai membuka matanya secara perlahan-lahan, ia menatap langit-langit kamarnya yang begitu sederhana, hanya berwarna putih polos dan tidak memiliki corak apapun. Ia meraba-raba wajah dan keningnya, ia sudah tidak merasakan demam dan panas lagi. Ia juga melihat segelas air dan beberapa tablet obat beserta vitamin dimeja kamarnya.
"Dimana aku saat ini? ingatan ku masih samar-samar mengenai kejadian yang baru saja aku lalui"

Rose berjalan keluar kamarnya hendak mencari beberapa makanan, tetapi malah mendapati ibu dan ayah Jimin sedang menonton TV di ruang keluarga.
"Rose sudah bangun?" Ujar Ibunya Jimin berjalan mendekati Rose dan memeriksa keningnya apakah masih panas atau tidak.

"Iya tante, aku tiba-tiba merasa sudah sembuh" Rose tersenyum dengan manis diwajah mungilnya itu.

"Jangan panggil tante, panggil saja Mama dan papa, sekarang kami sudah menjadi mertuamu, tidak apa-apa jika memanggil kami mama dan papa" Rose terkejut ia baru teringat kembali bahwa ia sudah menikah menggantikan kakak perempuannya itu, seketika raut wajah senangnya berubah menjadi sedih.

"Kamu tidak suka memanggil kami mama dan papa? " Tanya ibu jimin yang melihat Rose tiba-tiba kembali bersedih.

"Bukan begitu tan, mama maksudnya, saya senang jika bisa memanggil kalian mama dan papa, Rose ingin mencari sedikit makanan, karena setelah ini hendak minum obat, apa ada makanan sisa didapur?" Tanya Rose sedikit malu-malu.

"Makanannya banyak didapur, silahkan kamu makan saja, sekalian ajak Jimin, dia juga belum makan sama sekali sehabis pulang kerja"

"Jimin? Jadi pria brengsek yang aku nikahi secara sepihak itu bernama Jimin. Aku harus mencari cara untuk menceraikannya" Gumam Rose dalam hatinya.

"Tidak perlu mengajakku, hari ini aku akan makan diluar dengan rekan kerjaku" ujar Jimin berjalan pergi dengan mengenakan jaket berwarna hitam kesukaannya.

"Yaudah ma, kalo begitu aku makan sendiri aja, Rose pamit kedapur duluan ya ma" Pamit Rose kepada ibunya Jimin.

"Iya, makan yang kenyang ya sayang"

"Baik ma"


"Entah mengapa aku merasa Dia terlihat jauh lebih baik dari seulgi" Gumam ibunya jimin didalam hatinya.

My Sister's Replacement [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang