23

30 6 0
                                    

ayo bantu vote and coment
biar aku tambah semangat up storynya,
karena semangat ku datang dari coment dan vote kalian.


Rose menutup pintu kamar Jimin dengan perlahan, ia memutuskan untuk pergi keluar rumah, mau marah pun ia tidak punya hak.
Seulgi yang ternyata sadar dengan kehadiran Rose tersenyum puas menikmati kemenangannya.

Rose terus berjalan tanpa arah tujuan, hingga ia tidak sengaja bertemu dengan Jungkook yang sedang duduk dan membaca buku sendirian disebuah taman. Rose yang tidak tahu bagaimana cara untuk menyapa orang terlebih dahulu, Rose memutuskan untuk duduk disamping Jungkook dg tiba-tiba. Jungkook yang sedang fokus dengan buku bacaannya sontak terkejut dengan kehadiran Rose
"Rose?"

Rose tidak menjawab panggilan Jungkook, ia hanya duduk diam dan tatapannya tampak kosong.
"Hey, apa yang terjadi? Kau terlihat sedih? Oh iya kemarin Lisa mencari.. " Belum selesai Jungkook berbicara tiba-tiba ia panik melihat Rose yang tiba-tiba berlinang air mata, tapi tidak ada ekspresi apapun diwajahnya.
"Apa yang terjadi? Kau sedang mempunyai masalah? Kau bisa menceritakan masalahmu itu kepadaku"

"Apa yang terjadi sebenarnya, apa aku menangis? Ini bukan keinginanku, mengapa mataku tiba-tiba mengeluarkan air mata?"
Dengan cepat Rose menghapus air matanya dengan menggunakan tangannya.
"Aku tidak apa-apa, aku pulang dulu" Pamit Rose setelah mengelap air matanya.
"Rose.. Yakin kau tidak apa-apa?" Panggil jungkook berusaha mencegah Rose. Namun, Rose tidak mendengarkannya sedikitpun.



Jam sudah menunjukkan pukul 12.26 malam. Dan Rose baru saja kembali ke apartemennya. Saat pintu terbuka, ia dikejutkan dengan jimin yang tengah berdiri dibalik pintu. Rose tidak peduli sosok suaminya yang tengah berdiri didepannya, ia malah membuang muka dan berjalan begitu saja melewati Jimin.
"Dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang?" Tanya Jimin dengan nada yang datar. Rose tidak menjawab pertanyaan Jimin, ia masih berjalan lurus menuju kearah kamarnya. Saat Rose hendak menutup pintu kamarnya, tiba-tiba saja Jimin menahan gagang pintunya dan dengan cepat menerobos masuk kedalam kamar Rose. Rose hanya membuang muka saat melihat Jimin.
"Aku tanya kau darimana saja? Apa kau berkeluyuran dan bermain dengan pria itu hingga lupa waktu? Apa kau sadar posisimu? Apa kau tidak tahu media massa sedang mengincarmu? Lihatlah rumor-rumor yang tersebar itu, kalau aku  tidak dengan cepat membungkam dan menutup medianya apa kau kira masih bisa dengan tenang berkeliaran seperti ini, dan aku harap mulai sekarang kau jangan berhubungan dengan pria yang ada difoto itu, kalau tidak.."

"Kalau tidak..apa hah? Kau melarang aku berhubungan dengan teman priaku, tapi aku tidak melarang kau tidur dengan seulgi, dasar pria tidak berguna! Sekarang kau keluar dari kamar ini" Rose mendorong Jimin keluar dari kamarnya sekuat tenaga.
"Tidur? Dengan Seulgi? Maksudmu apa?" Tanya Jimin penuh keheranan.
"Kau jangan pura-pura tidak tahu, tadi aku pulang kuliah lihat dengan mata kepalaku sendiri, kalau kalian tidur berpelukan tanpa mengenakan pakaian apapun."

"Pura-pura bagaimana? Aku saja tidak tahu apapun, tadi bangun tidur aku sudah mengenakan pakaian lengkapku, cuma seingatku tadi aku berniat pulang kesini sebentar untuk mengambil berkas yang ketinggalan, terus aku meminum kopi yang disuguhi oleh seulgi, lalu aku merasa ngantuk yang luar biasa, hanya itu saja. Selebihnya aku tidak mengingat apapun lagi."

"Dasar wanita licik seulgi, ia berniat ingin menjebak Jimin"
"Sudahlah, aku tidak ingin mendengar penjelasanmu lagi, aku sudah tidak mempercayai siapapun lagi, aku tau kau masih memiliki perasaan terhadap kakakku  tapi janganlah kalian sampai berbuat hal kotor dan hina itu didepan mataku" Ujar Rose dengan raut wajah sedihnya.

"Aku benar-benar tidak tahu apapun tentang itu, hal hina dan kotor apa maksudmu? Dan aku juga sudah tidak memiliki perasaan lagi sama seulgi, aku membiarkannya disini hanya karena aku mengasihaninya, kumohon percayalah padaku aku tidak berbuat apapun sama seulgi"  Jimin memegang kedua belah bahu Rose dan menjelaskan semuanya.

"Aku akan percaya padamu jika kau menyuruh Seulgi pergi dari apartemen ini, kalau kau tidak berani melakukannya, aku yang akan pergi dari apartemen ini" Rose mendorong Jimin keluar dari kamarnya, lalu membanting pintu kamarnya sekuat tenaga.
"Apa yang sebenarnya sudah seulgi lakukan?  Sialan.." Jimin mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

"Seulgi" suara Jimin terdengar menggema diseluruh ruangan.

Seulgi yang tengah asyik memainkan ponselnya, sontak terkejut mendengar panggilan Jimin,  ia meletakkan ponselnya ke atas meja, dan berjalan mendekati kearah sumber suara.
"Jimin? ada apa?" tanya Seulgi dengan raut wajah pura-pura polosnya.

"kau masih bertanya ada apa? apa yang telah kau lakukan, hah? kau benar-benar sudah keterlaluan, apa kau menyimpan obat tidur ke dalam minumanku tadi siang?" ujar Jimin sambil mencengkram dagu Seulgi dengan sangat kuat, Seulgi mengerang kesakitan.
"akhh, Jimin lepaskan tanganmu, sakit.. kalau kau tidak melepaskannya aku tidak akan menjelaskan kebenarannya padamu" pinta Seulgi.

mendengar itu dengan cepat Jimin melepaskan cengkramannya.
"Jimin, tadi kau sendiri yang memaksaku untuk tidur dengan mu, aku sudah menolak, kau yang bersikeras untuk memaksaku" air mata Seulgi jatuh berceceran dilantai saat ia menjelaskan apa yang telah terjadi.
Muka Jimin merah merona menahan amarah setelah mendengar apa yang di ucapkan Seulgi.
"plakkk" tamparan keras mendarat dipipi Seulgi.
" asal kau tau, aku tidak akan pernah menyentuh perempuan yang tidak mempunyai hubungan apapun denganku, jadi kau tidak bisa membohongiku, sekarang kau kemaskan pakaianmu dan pergi dari apartemenku"

"Jimin, aku tidak berbohong, karena pengaruh obat itulah kau.... " belum selesai Seulgi berbicara dengan cepat Jimin memotongnya.

"CUKUP, PERGI SEKARANG JUGA!! aku sudah muak melihat wajahmu" ujar Jimin dengan amarah yang benar-benar sudah memuncak.
"Baiklah, aku akan pergi, tapi kamu jangan menyesal suatu hari nanti" Seulgi menyeka air matanya dan melangkahkan kakinya kembali kedalam kamarnya untuk mengemasi kopernya.
Ia memasukkan pakaiannya dengan sembarangan, ketika didalam kamarnya ia dengan cepat merubah ekspresinya menjadi senyum jahat layaknya psikopat yang habis menghabisi targetnya.

My Sister's Replacement [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang