Sebelas

6 4 2
                                    


HAPPY READING.

JANGAN LUPA MANDI XIXI

.
.
.

11. Serumah





"Apa?"

Rena menatap anaknya yang juga menatap nya, "Kamu dan echa harus tinggal serumah,"

Bara menatap bunda nya tak habis fikir.
"Bunda gausa becanda! nanti kalo di grebek warga kampung gimana?"

"Bunda udah bilang ke kepala desanya bara,"

Semudah itu,

"Kamu harus saling mengenal lebih dalam lagi dengan echa,"

Bundanya berbicara.

"Bara.gak.mau." Bara menekan setiap ucapannya.

Rena menatap anak nya tegas. "Bunda gamau tau bara. kalian harus tinggal serumah, bunda udah membeli rumah itu jauh' hari."

"Bunda bisa ga sih? tanyain pendapat bara?"

"Bara---"

"Apa pun itu bara gamau," Sela bara.

Rena menghembuskan nafasnya kasar, anaknya ini sangat keras kepala.

Bara yang hendak pergi menjadi berhenti mendengar ucapan bunda nya,

"Serumah atau semua fasilitas kamu bunda cabut,"

Bara terkekeh pelan. "Cabut aja, bara juga bisa ngehidupi diri bara sendiri."

"Albara"

Bara mendesah kecil. Bunda nya selalu tau kelemahan nya.

"Okey okey fine! Bara mau serumah sama dia"

Rena tersenyum senang. "Sayang bara"

"Sayang kalo ada mau nya aja"

Rena tertawa mendengar gerutuan sang anak.

"Inget ya jangan lakuin hal' aneh sebelum halal,"

"Ga janji" jawab remaja itu santai.

"BARA!"

"Iya iya elah ibu' bacot amat"

"ALBARAAAAAAAA"

🦁🦁🦁


Kini aleisya dan bara tengah berdiri di depan rumah baru mereka. Jaraknya lumayan jauh dari rumah asli bara, sekitar 20 menitan.

"Yauda ya, bunda sama ayah pergi. babay gaisss."

Aleisya menatap kepergian mobil avanza itu dengan tatapan yang tak terbaca.

"Masuk"

Aleisya menoleh ke samping. "Hah?"

"Budek lo?" Tanya bara datar.

"Ngga kok,"

"Yaudah masuk, mau sampe kiamat berdiri di sini?" sarkasnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah minimalis nya.

Aleisya terpana dengan interior rumah mereka. Minimalis tapi nyaman, semuanya sudah tertata rapi. Sepertinya bunda memang sengaja menyiapkan ini semua.

"Sial," umpat bara.

"Kenapa al?"

"Kamarnya cuma satu,"

"Hah?"

Cukup lama aleisya berfikir tentang ucapan bara. Matanya membulat sempurna, "Sekamar?!" pekik nya keras.

"Suara lo bangsat!"

Aleisya masi syok. Bayangkan, sekamar ber dua sama cowo? meskipun itu tunangannya sendiri.

"Kamu seriusan?" tanya aleisya memastikan,

"Hm, sebenernya ada 1 kamar lagi. Tapi di kunci, kayaknya cuma bunda yang tau."

Bara membuka kamar nya, sangat besar.

Kasur king size yang sepertinya mampu menampung dua orang lebih, bara menggeleng pelan melihat tidak ada sekali guling ataupun sofa.

Bunda nya memang merencanakan ini se detail rupa.

Tak berbeda dengan bara. Aleisya juga menggeleng pelan, tak menyangka bahwa rena akan melakukan ini.

"Kita tidur berdua?" tanya aleisya hati',

"Menurut lo? kalo lo mau tidur di lantai ya silahkan,"

Jawaban yang sangat sangat tidak sopan.

Bara mengajak aleisya untuk membereskan baju baju mereka, untungnya ada walk in closet yang besar jadi mampu untuk menampung pakaian mereka berdua.

"Seragam sekolah, sama baju untuk pergi ke acara acara gitu di gantung aja al biar ga makan banyak tempat"

Untuk saat ini keduanya berkomunikasi layaknya pasangan.

"Hm" Bara menuruti ucapan gadis di sampingnya itu.

Setelah 30 menit berkutat dengan pakaian' dan yang lain nya, akhirnya pekerjaan kedua remaja itu selesai.

"Lapar, kira kira bunda nyediain bahan makanan ga ya?" gumam aleisya.

"Al aku ke dapur dulu" pamitnya lalu berjalan ke luar kamar.










Aleisya benar benar speachlees melihat dapurnya yang benar benar lengkap. Mulai dari sayuran, dan bahan lain nya.

"Wow," gumam gadis itu takjub.

Aleisya berpikir sebentar, "Enaknya makan apa ya? nasi goreng aja deh." putus nya.

Aleisya mulai melakukan aktivitasnya yang sedang memasak nasi goreng, 10 menit kemudian 2 nasi goreng dengan lauk telur mata sapi sudah siap.

Aleisya berjenggit kaget, hampir saja dua piring di tangannya jatuh melihat bara yang sudah duduk di meja makan.

"Dari kapan ada disini?" tanya aleisya setelah menaruh satu piring di depan bara.

"Tadi,"

Bara menyuapkan nasi goreng buatan aleisya ke dalam mulutnya.

Satu detik,

Dua detik,

Tiga detik,

"Enak," Puji bara di dalam hati.

"Gimana? enak al?" Tanya aleisya menatap kediaman bara.

"Gak, rasanya ga enak" ketus bara.

Aleisya menahan diri untuk tidak tertawa. "Kalo ga enak kok itu mau habis?" ledeknya.

"Kata bunda gaboleh buang' makanan," elaknya.

"Okey okey, percaya."

Bara berdecak kesal. "Nada bicara lo kaya ngeledek."

"Maaf maaf"

"Hm," Bara berdehem pelan. Sial, rasanya ia ingin nambah. Tapi tentu saja dia malu mengatakannya.




About tasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang