Tiga belas.

7 4 1
                                    

Katanya, benci dan cinta itu di ibaratkan huruf 'A' dan 'B'.
-Anonim.

.
.
.

13. Si beda agama,si friendzone, dan si virtual.





"ZEP!"

Zeva dan aleisya menoleh ke arah seseorang yang memanggil zeva. Orang itu tak lain adalah damian.

Jika ada damian jelas akan ada, vino, vano dan bara.

Aleisya berdehem. Gugup jika harus bertemu bara di waktu-waktu sekolah.

"SINI ZEP" Damian melambaikan tangan nya, menyuruh kedua gadis itu mendekat.

Sesampainya zeva dan aleisya di meja kantin yang sudah ada bara dkk, kedua nya langsung duduk.

"Sumpahh yaaaa, itu pak rahmat tuhan kalo ngasi kuis ga kira kira." Keluh zeva sambil menelungkup kan kepala nya di lipatan tangan.

"Kalian gamau mesen makanan?" Tanya suara lembut milik si kalem, vano.

"Gue pesenin soto ayam dong sama es teh. Srius ini gue males bangett" ucap zeva pelan.

"Okey,"

Vano melirik gadis manis di samping zeva. "Kalo lo cha?" tanya vano.

"Batagor sama es teh aja" Aleisya merogoh saku nya untuk mengambil uang, "Ini uang nya"

Vano menggeleng. "Gausa, semua di traktir sama bara"

Setelah itu vano menarik tangan saudara kembarnya yang dari tadi diam. "Ayo ikut." ajaknya.

"Males van,"

Vano menghela nafas lelah, "Nanti gue beliin boneka petrik" bujuk vano.

Seketika vino langsung bangkit. "Ayo!" ajaknya semangat.

Setelah kedua saudara kembar itu pergi, damian langsung menarik rambut zeva. "Woi" panggil damian.

"Apasih nyet, capek gue"

Damian tersenyum usil."Bebeb ayank zepa kenapa nihhh?"

Zeva berdecak kesal."Gausa jamet lo pea" ketusnya.

"Dih dih"

"Lo tadi kenapa ga jemput gue si anjir?" Tanya zeva kesal mengingat dirinya yang di kejar-kejar anjing.

"Heh korban beda agama, gue tadi udah ke rumah lo ye! kata bunda lo, lo masi ngebo" jawab damian nyolot.

"Heh tai lo ngapa bawa-bawa beda agama hah?! ngajak gelud lo?!" Zeva meng gebrak meja keras.

"Lah lah, siapa berani. Ayo maju! gue mundur."

Aleisya menatap jenaka damian. "Lucu" gumam nya sambil tertawa pelan.

Gadis dengan rambut di kuncir kuda itu langsung menarik rambut damian sehingga remaja itu mengaduh. "Woi woiii sakit anjir, sialan lo kayak ibu tiri."

About tasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang