Bagian 10

94 27 33
                                    

Tidak akan aku biarkan satu orang pun bisa menyentuhmu, bahkan membuatmu menangis. Jika itu orangnya aku, maka aku juga akan mengutuk diriku sendiri.

~GALEN DIRGANTARA~

❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄

Assalamualaikum, Galen dan Tita datang lagi di malam minggu kalian nih....

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, gak papa ramein aja di bom sekalian gak papa 😂😂😂 authornya suka kehebohan kok....

Cussss ahhhh....

Cussss ahhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

Galen tak hentinya mengepalkan kedua tangannya, ia menahan kesal atas kejadian tadi. Galen tak ingin membuat kesalahan, apa lagi itu menyangkut Tita.

"Len, ngapain lo depan gerbang?" tanya Cemal.

"Tidak ada jawaban..."

"Duluan aja sono ke markas!" suruh Azan.

Azan menghampiri Galen untuk menenangkannya, wajah Galen kini tidak bisa ditebak.

"Len," panggil Azan.

"Lo nunggu siapa? Tita?" tanya Azan.

"Gue nunggu orang yang harus gue habisin detik ini juga!" ucap Galen dengan pandangan yang semakin tajam.

Azan mengerutkan keningnya, ia haru merasa pura-pura tahu atau tidak. Tapi Azan sangat tahu karakter temannya itu, jika sudah ada yang mengganggunya. Jangankan semut, manusia pun bisa benar-benar dia habisi saat itu juga.

"Len, ke markas aja yuk." ajak Azan,

"Lo aja sana!" bentak Galen. "Gue mau di sini!"

"Ni anak kenapa ya? Ah..." Azan ingat sesuatu.

"Lo nunggu si jepitan?" tanya Azan.

"Iya." jawab Galen.

"Emang lo kenal?" tanya Azan.

"Tu..." tunjuk Galen.

Azan membelakkan kedua matanya saat melihat Balqis dan teman-temannya baru saja keluar dari sekolah, semula jari telunjuk Galen menujuk Balqis. Kini lengan itu sudah terkepal kuat.

"BALQIS!!!!!" teriak Galen sampai kepenjuru sekolah dan membuat para penghuni sekolah menyingkir memberikan jalan untuk Galen.

"Len, masih ada guru." bisik Azan, menahan Galen.

"Gue gak perduli!" bentak Galen menyingkirkan Azan dari hadapannya.

Galen melangkah dengan tubuh tegapnya, matanya tak beralih dari sosok Balqis yang nampak kebingungan juga.

BALLERINA DALAM SUNYI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang