Aldebaran sudah di ijinkan pulang, tanpa harus rawat inap. Dokter hanya memberikan obat Alergi jika nanti nya Al merasakan gatal di tubuhnya. Sepanjang jalan menuju rumah mobil Al dibawa dengan Akung Pardi, di dalam mobil Aldebaran duduk di belakang bersama dengan Nenek tercintanya, yaitu Uti Ammy. Kepala Al bersandar di bahu sang nenek sambil di Pijat lembut, karena Al masih sedikit merasa pusing. " sampai rumah nanti Istirahat ya " Ucap Uti Ammy.
Dari kaca spion atas Pardi memperhatikan Wajah Aldebaran, ia takut Raharja dan Marissa sudah berkata yang macam-macam dengan Aldebaran yang pada nanti nya akan menganggu kesehatan mental Aldebaran lagi. " Mama papa bicara apa tadi nak ? " tanya Akung Pardi. Aldebaran menghela nafasnya berat. " Biasa, minta maaf aja. Gausah bahas ya kung " pinta Aldebaran yang di iyakan oleh kakek dan neneknya itu.
Hanya 2 orang itulah yang Paling mengerti Aldebaran.
Mulai dari makanan kesukaan, warna favorit, hal yang tidak disukai dan masih banyak lagi. Setibanya di rumah Al langsung beristirahat di kamar ditemani dengan Pardi karena Ammy sedang membuatkan teh hangat untuk Aldebaran. " Aldebaran, jangan mainin kuku gini, nanti luka lagi. Lebih baik cerita sama akung. Kamu pasti ada masalah kan ? Mama papa bilang apa memang nya ? " Tanya Pardi yang Khawatir dengan kondisi mental Aldebaran.Nenek Ammy datang membawakan secangkir teh manis hangat dan meminta Aldebaran untuk meminumnya perlahan. " Cerita nak, jangan di pendam, kayak sama siapa aja. " Timpal Uti Ammy.
" Al nyaman kalau deket mama, deket papa "
" Tapi disatu sisi Al juga ngerasa masih sakit hati, Al bingung sama perasaan Al saat ini, tiap malam mikirin ini. Kepala Al rasanya penuh " Aldebaran mengutarakan isi hati dan fikirannya kepada Pardi dan Juga Ammy. Ammy kemudian membantu Al melepaskan Jas biru yang Aldebaran gunakan. " Wajar Al Merasa seperti itu, Al hanya butuh waktu untuk bisa berdamai sama semuanya nak " Jelas Uti Ammy.Aldebaran terdiam. Pardi kemudian memberikan kode untuk keluar dari kamar Al dan membiarkan Al untuk beristirahat. Setelah dari kamar Aldebaran Pardi dan Ammy berbincang berdua di dalam kamar mereka. Mereka sangat mencemaskan keadaan Aldebaran. " Pak, telfon Dr. Arsyad kasihan Al dia butuh tempat curhat yang bisa kasih dia saran terbaik " Ucap Ammy.
" Sudah, biarkan saja bu, biarkan Al menenangkan fikirannya, dia akan baik-baik saja, kalau nantinya Tanda-tanda depresi Al kambuh lagi baru kita panggil Dr. Arsyad ya " Balas Akung Pardi, Ammy pun hanya mengangguk. Meski tetap ia mencemaskan cucu nya itu.
°°°
Sementara di Hotel, Ardikta terus saja diam padahal Renatta terus mengajaknya berbicara. Tetapi suaminya itu terus saja diam. Hal ini membuat Renatta kesal dengan Ardikta. " terus aja fikirin saudara kembar kamu! Nggak usah mikirin aku!, aku ini istri kamu loh !" Kesal Renatta.
Ardikta menoleh ke arah suara Renatta. Bahkan ia baru sadar bahwa ada Renatta di dekat nya. " Sayang, maaf-maaf nggak bermaksud cuekin kamu, kenapa nna ? " tanya Ardikta dengan sangat lembut.
Renatta menyilangkan tangannya di depan dadanya. Matanya menatap sinis Ardikta. " Bisa nggak berhenti ngurusin saudara kembar kamu yang udah jelas-jelas nolak kamu dan orangtua kamu! Fokus aja sama aku kenapa sih ?! Kita baru nikah, tapi udah di cuekin terus kayak gini! Bikin kesel aja! " Renatta menuangkan isi hati dan kekesalannya kepada Ardikta yang selama ini selalu mengurusi Masalah Aldebaran.
" nna, nggak gitu sayang " Bantah Ardikta. " Kamu harus tahu, dan ngerti Al itu seperti itu karena_____"
" karena kamu! Karena kamu dia dibuangkan sama mama papa! Mangkanya sekarang dia marah! Udahlah biarin aja, dia juga udah bahagia sama Uti sama akung, bisa kan ? Fokus sama aku aja ?! "
KAMU SEDANG MEMBACA
1200 Detik [ End ] ✅
FanfictionApakah boleh Bagiku untuk merasakan Kehangatan Keluarga dan Pelukan dari mereka 1200 detik saja dalam hidup ku ? - Aldebaran Dewangga -