Semenjak kepergian Aldebaran. Semua orang-orang terdekat Al menjadi sangat murung, terlebih lagi Marissa dan juga Andin. Mereka sering kali tidak mau makan, melamun, dan kerap kali menyesal dan menyalahkan diri mereka sendiri. Apalagi Marissa yang belakangan ini sering di datangi oleh Al di dalam mimpinya.
Marissa beranjak dari ranjang tempat ia berbaring, mengambil sebuah sweater berwarna hitam yang di gantung di balik pintu kamar Al. Sweater itu adalah sweater yang terakhir kali Al pakai sebelum ia dan Raharja pergi untuk pindah rumah. Marissa memeluk dan mencium Sweater hitam itu. Memasangkan sweater itu pada sebuah guling lalu menggendong guling itu layaknya seorang bayi. " Sayang nya mamah, mamah masih berharap ini semua hanya mimpi Al, mama masih mau peluk kamu yang lama, mengurus kamu dengan baik, menyayangi kamu. Melakukan semua hal yang belum pernah kita lakukan bersama " ucapnya sambil menangis.
Marissa menjadi teringat, hal apa yang membuat nya bisa datang ke Surabaya saat itu. Ketika Ardikta mengirimkan sebuah Vidio Aldebaran dalam keadaan coma dengan semua alat di tubuhnya, suara pelannya memanggil nama Marissa. " m-mama " suara itu masih terus berputar di telinga Marissa jika ia sedang sendirian.
" Maafin mama yang tidak ada disaat kamu butuh mama Al " Marissa terus meminta maaf pada Al setiap harinya. Banyak hal yang telah ia lakukan yang menyakiti hati dan fisik putra nya itu. Perkataan, cacian, omelan, bahkan tamparan pernah bahkan sering Marissa lakukan dulu.
Flashback 🐾
Hari dimana Marissa mengetahui bahwa Aldebaran mengalami gangguan Mental, ia langsung datang ke Surabaya untuk mengetahui kebenaran yang ia lihat di media. Kedatangannya bukan untuk memberikan semangat melainkan, menyakiti hati Al dengan perkataanya yang tidak sengaja ia lakukan.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Al yang baru saja keluar dari dalam kamar nya untuk menemui Marissa.
Tamparan itu membuat Al dan Raharja bingung atas tindakan Marissa. " Bikin malu keluarga! apa maksud berita di media itu Al ?! Kamu itu anak seorang pengusaha dan desainer ternama, bisa-bisanya mengalami hal seperti itu! LEMAH! " Ucapnya dengan nada yang sangat menyakiti hati orang yang mendengarnya." Kamu itu anak laki-laki, mental kamu harus kuat! Gak lemah kayak gini! " lanjutnya seraya tangan kanan nya menaikan dagu Al. Meski tindakannya sudah di tegur oleh Raharja Marissa masih saja tidak mau mendengar nya. Ia terus memperlakukan Al bak seorang anak tiri. Padahal Al juga lahir di dari dalam rahimnya.
Flashback Off 🐾
Marissa kembali terisak mengingat hal yang pernah ia lakukan kepada putra nya itu. " Maafin Mama Al, maafin mama. Balik lagi nak, mama mah peluk Al, mau manjain Al setiap hari, setiap saat " ucapnya sambil memeluk guling yang sudah di pakaikan sweater hitam milik Al.
" Maafin Mama, mama ngga pernah meluangkan waktu untuk kamu. Maaf kalau mama sering jahat sama kamu sayang, maafin mama yang ngga bisa menjadi ibu yang baik untuk kamu nak " lanjutnya.
Sementara itu Ardikta yang melihat itu dari balik pintu hanya bisa menahan diri untuk tidak menangis. " Al, kenapa harus secepat ini. Impian kita belum terwujud untuk bisa pergi ke menara eiffel sama anak dan istri kita " batin Ardikta berkata demikian mengingat impian mereka saat kecil dahulu.
Ardikta berjalan ke dapur hendak mengambil kan segelas air putih untuk Marissa. Tetapi ia menemukan sebuah kotak yang mencurigakan. Ardikta membuka kotak tersebut. " Oh kotak obat aja, kirain apa " ucapnya.
" tapi kok, ada banyak jarum suntik ya ? terus obatnya juga udah kebuka di dalam klip gini ? ga ada merknya lagi " tanya Ardikta pada dirinya sendiri. Namun ia tidak memperdulikan itu, fikirnya mungkin itu adalah stock jarum suntik yang biasanya Aldebaran gunakan.
" eh pak Ar, ngapain bapak disini ? " tanya Indah.
" ngga papa cuman mau ambil minum untuk mamah saya, ada apa ? Salah kalau saya ke dapur rumah saudara kembar saya sendiri ? " sarkas Ardikta, membuat Indah hanya mengeleng cemas. Kemudian Ardikta pun berlalu meninggalkan Indah sambil membawa kotak obat itu. Indah pun terlihat panik saat kotak obat itu dibawa oleh Ardikta.
Ardikta pun menemui Raharja dan menunjukan kotak obat itu. " Loh kok isinya beda ? " tanya Raharja saat melihat isi kotak obat tersebut. Keduanya pun terlihat panik.
" Selama ini bukan papa yang kasih obat ke Al ? " tanya Ardikta. Raharja pun menggelengkan kepalanya. " i-ini juga jarum suntik untuk apa ? " bingung Raharja.
" Apa dugaan papa selama ini benar ? " tanya Raharja.
" du-dugaan apa pah ? " tanya Ardikta.
Raharja pun menjelaskan bahwa selama ini, ia menaruh curiga kepada kedua perawat Aldebaran. Namun selama ini ia tidak menemukan tanda-tanda apapun kamera cctv juga sering kali dibuat mati mendadak.
Raharja dan Ardikta pun akhirnya menyusun sebuah rencana untuk mencari tahu kebenaran yang selama ini di ragukan oleh Raharja.
. . .
" Papah, tolong! "
" Akh sakit! "
" Lepasin saya! "" Diem! Hayo cepat minum! "
Aldebaran nampak meminta tolong pada Raharja. Tubuhnya terikat di dalam sebuah kamar mandi.
" Akh! Papa tolong! ".....
" Aldebaran! "
Waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIB. Seisi rumah di kediaman Aldebaran sudah terlelap karena hujan yang turun dengan sangat deras, membuat udara terasa begitu dingin. Namun Raharja terbangun di malam itu. Karena sebuah mimpi yang ia alami. Raharja mengusap wajahnya kasar. " Ya Allah apa maksud mimpi hamba ini ? Kenapa di dalam mimpi ku al meminta tolong ? " tanya Raharja.
Mimpi yang di alami oleh Raharja semakin membuat Raharja akhirnya yakin, pasti selama ini ada yang terjadi dengan putranya. Raharja beranjak dari tempat tidur nya mengambil sebuah pas foto Aldebaran yang ia simpan di dalam dompet millik nya. " kalau memang pernah ada yang terjadi, tunjukan jalannya pada papah Al " ucap Raharja.
.
.
.Haduh, kira-kira apa yang selama ini sebenarnya terjadi dengan Al ya ? Sampai dia meminta tolong pada papahnya lewat mimpi ?
.
.
.
Hallo don't Forget to vote, comment, and follow ya, Terimakasih 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
1200 Detik [ End ] ✅
FanfictionApakah boleh Bagiku untuk merasakan Kehangatan Keluarga dan Pelukan dari mereka 1200 detik saja dalam hidup ku ? - Aldebaran Dewangga -