17. K i d n e y || 1200 Detik ⏲

729 148 44
                                    

Beberapa minggu berlalu, kini tibalah dimana hari persidangan antara Raharja dan Juga Marissa. Raharja sudah rapih dengan kemeja berwarna Hitamnya sedangkan dengan kemeja berwarna abu tua. Mereka sudah siap menuju tempat persidangan.

" Al maaf papah tidak sempat membuat sarapan. Nanti kita beli Roti aja ya di Jalan " Jelas Raharja, Aldebaran pun hanya mengangguk karena ia sedang sibuk bermain Handphone.

Oh iya semenjak hari itu Al dan Andin tidak saling berkomunikasi. Al tak mau semakin nyaman dengan Andin yang tidak memiliki perasaan apapun kepadanya. Pesan dari Andin dan Telfon dari Andin tak pernah Aldebaran angkat dan tidak pernah Ia balas.

Al dan Raharja pun berangkat menuju tempat persidangan. Butuh Perjalnanan kurang lebih 1 Jam untuk sampai di pengadilan. Setibanya disana Jantung Raharja berdegub begitu kencang, kala melihat kedatangan Marissa dan Juga Ardikta.

Mereka pun memasuki ruang sidang. Perisdangan berjalan dengan lancar. Raharja dan Marissa telah di nyatakan bercerai. Keluarlah mereka dari dalam ruangan itu. Dengan Sopan Al menyapa Marissa, mengulurkan tangannya untuk menyalaminya, tetapi Marissa malah menepisnya. Al sadar Marissa Marah dengan nya.

" untuk apa kamu masih mencium tangan saya ? "
" Setelah apa yang kamu perbuat ? "

Marissa terlihat sangat begitu Jutek dan ketus kepada Aldebaran. Tetapi Al hanya tersenyum kecil Ia sudah biasa dengan setiap perlakuan Marissa kepadanya.

" Maaf ya mah, maaf kalau Al salah "
" Al dan Papah permisi "

Aldebaran berjalan menarik tangan Raharja, di ikuti dengan Ardikta yang memberhentikan langkah keduanya. " tunggu Al, pah! " Ucap Raharja.

Aldebaran dan Raharja memberhentikan kangkah mereka dan menoleh. Ardikta menatap mereka dengan tatapan yang penuh dengan kebencian. Terutama saat dirinya menatap Aldebaran. " Puas lo Al ?! " puas membuat hancur hubungan keluarga kita ?! " Ucap Ardikta.

" Maksud lo apa?! "
" gw jadi penghancur ?! Lo salah besar Mamah sendiri yang selama ini menghancurkan keluarga kita! Bukan gw! Jadi pengusaha turunan boleh, bego jangan! Mikir! "

First time dalam hidup Ardikta ia mendengar Al berbicara seperti itu kepada nya. Perkataan Aldebaran seketika langsung membuat Ardikta semakin emosi. Emosi dengan perceraian kedua orangtuanya di tambah lagi dengan Perkataan Aldebaran yang menurut nya sangat tidak wajar di lanturkan kepada saudara kembar nya sendiri.

" Se dendam itu kamu sama mamah ? " tanya Marissa yang baru saja menyusul dan kini sudah berdiri di hadapan Al debaran dan Raharja.

Aldebaran terkekeh. " Dendam ? Sejak kapan aku ada dendam dengan mamah ? Tidak pernah sama sekali, hati ini hanya masih sakit, karena lukanya begitu dalam " Jelas Aldebaran yang langsung berjalan meninggalkan Marissa,Raharja, dan Ardikta begitu saja.

Di Saat Raharja Ingin menyusul Al, Marissa menahan tangan Raharja. " Pah tunggu " Ucap nya.

" Ada apa ? " tanya Raharja.

" Papah pasti kehasut kan sama Al ? Pah kita rujuk ya, kita nikah siri juga ga papa kok pah, Mamah ga mau pisah sama Papa, mamah masih sangat mencintai papa pah " Jelas Marissa tetapi Raharja seakan tidak perduli Ia hanya tersenyum dan berjalan menyusul Aldebaran meninggalkan Ardikta dan Marissa begitu saja.

Yang Bisa Marissa lakukan kini hanyalah menangis, sambil memeluk Ardikta. Ia masih mencintai Raharja ia ingin masa tua nya terus bersama dengan Raharja, tetapi pupus sudah kini harapannya, ketuk palu sudah terjadi, tak ada lagi hubungan diantara keduanya selain mantan suami dan Istri.

°°°

Surabaya,
09.00 WIB

1200 Detik [ End ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang