Dingin nya malam Jakarta membuat Marissa dan Raharja masuk ke dalam rumah setelah mereka mengobrol berdua di halaman belakang rumah mereka. Marissa pun membuatkan secangkir kopi hitam dan secangkir teh hangat untuk menemani mereka menonton sebuah film. Di usia mereka yang tak lagi muda, terlebih di tinggal dengan kedua anak mereka membuat mereka merasa kesepian. Meskipun Renatta dan Andin sudah mereka anggap seperti anak mereka sendiri tetap saja rasanya berbeda. Apalagi Renatta sudah berkeluarga, dan Andin semakin sibuk dengan pekerjaannya demi bisa melupakan Aldebaran.
Terlalu asik menonton membuat mereka tak sadar waktu sudah menunjukan pukul 00.00 Wib. Rossa pun pergi ke dapur dan membuka kulkas mengambil sebuah cake yang bertuliskan angka 365. Marissa membawa cake tersebut kepada Raharja. Huft! Mereka meniup lilin itu bersama-sama. " Satu tahun sudah kepergian kamu, mama dan papa merindukan kamu " batin Marissa. Malam itu mereka memutuskan untuk tidur, karena hari sudah sangat larut malam.
Marissa ia merasa sangat haus sekali. Ia pun pergi ke dapur untuk mengambil segelas air mineral. " Sayang, kok belum tidur ? " tanya Marissa padanya, ia pun lantas langsung memeluk Marissa.
" Aku kangen mama " jawabnya masih dengan memeluk Marissa erat, kemudian mengajaknya untuk mengobrol berdua di ruang tengah. Paha Marissa dijadikan pangkuan oleh putranya itu, tangan halus dan lembut Marissa mengusap pucuk kepalanya dengan sangat lembut.
Dengan sabarnya Marissa menemani anaknya itu sampai mengantuk. " Kapan, kita bisa kumpul lagi ? " tanyanya sambil beranjak dari posisinya dan kini duduk bersebelahan dengan Marissa. Marissa menangkup wajah putranya kemudian mengusapnya dengan penuh cinta dan kasih sayang.
" Sabar dong, kalau Tuhan sudah kasih waktu nya kita akan kumpul lagi sayang " balas Marissa. Putranya itu memiringkan kepalanya bersandar pada bahu Marissa, malam itu ia terlihat sangat manja pada mamanya. " Mama sayang Al ? " tanya nya dengan manja sambil bersandar dan memeluk mamanya.
Marissa kemudian tersenyum dan mengecup pucuk kepalanya. " Sayang dong, ini kan anak mama yang paling baik dan tampan " jawabnya seraya menempelkan hidungnya pada hidung Al yang baru saja genap berulang tahun yang ke 13 tahun. Marissa kemudian memeluknya, malam ini rasa nya ia begitu dalam menyayangi putranya bahkan enggan untuk melepaskan pelukannya.
" Al ? " Marissa merasa ada yang berbeda dari putranya, tubuh Al seakan lemas seketika membuat Marissa panik bukan main. Ditepuk nya pipi dari Aldebaran berharap membuat anaknya itu sadar. Namun tak ada respon apapun dari nya.
" AL!!!!!! "
Marissa terbangun dari tidurnya, bahkan Raharja pun ikut terbangun karena mendengar teriakan Marissa. " Kenapa mah ? Mimpi Al lagi ? " tanya Raharja, dan Marissa pun hanya mengangguk sedih. Belakangan ini ia sering kali bermimpi tentang Aldebaran, tapi di dalam mimpinya selalu Aldebaran yang masih kecil ataupun remaja.
" Kenapa ya pah, kenapa aku selalu bermimpi tentang Aldebaran, dan dia selalu bilang dia kangen sama mamah " tanya Marissa bingung. Kemudian Raharja pun mengajak Marissa untuk mengambil wudhu dan Sholat tahajud sekaligus mendoakan anak-anak mereka yang sudah pergi mendahului mereka berdua.
Mungkin mimpi yang Marissa alami adalah karena dulu sebelum Aldebaran meninggal ia ingin sekali bertemu dengan Marissa, namun begitu sulit untuk diwujudkan, dan sayang sekali ia harus bertemu dengan sang mama di akhir nafas terakhirnya.
. . .
" Sayangku...
Rasanya waktu begitu cepat berlalu.
Hari ini 365 Hari kepergian kamu sayang, hari dimana dunia mamah dan papa hancur atas kepergian kamu. Hari dimana hidup mama seakan hilang dengan kepergian kamu. Dunia kami menjadi gelap.Sayangku, tak perlu risau. Rasa sayang ini selalu ada untuk mu, doa ini semoga selalu sampai setiap hari nya untuk mu disana, maaf jika semasa hidup kamu, kamu selalu merasakan dunia yang begitu kejam kepadamu. Maaf, jika semasa hidup kamu pelukan mama tak pernah sampai kepadamu. Maaf jika kecup sayangku tak pernah sampai pada kening mu. Hingga mungkin kamu sering hadir di dalam mimpi mama, pada masa-masa yang mama lewatkan. Masa kecil sampai masa remaja mu.
28 tahun kamu hidup di dunia ini, tak pernah sekalipun mama meluangkan waktu yang banyak untuk mu. Tak apa jika kamu ingin sering datang dalam mimpi mama, untuk meminta kasih sayang yang selama ini terlewatkan. Sayangku, Aldebaran Dewangga. Anak manis nya mama, maafkan mama yang tidak bisa mengajarkan hal baik pada Ardikta, hingga ia tega berbuat hal keji padamu. Maafkan dia ya sayang, maaf mama tidak bisa menjagamu dari orang-orang jahat, karena mama juga termasuk orang yang jahat karena sudah menelantarkan mu 28 tahun lamanya, maaf kamu harus tumbuh menjadi anak yang sering dikeraskan.
Sayangku...
Rasanya waktu begitu cepat berlalu, banyak hal yang mama dan papa rasakan setelah kepergian mu dan juga Ardikta. Hidup kami sepi sayang. Kamu disana dekat sekali dengan Tuhan bukan ?Bolehkah mama meminta, agar kami segera di pertemukan dengan mu ? Sungguh hari-hari terasa berat selama ini, tak ada lagi rasa semangat menjalani hidup yang hanya berdua di masa tua kami. Tak ada anak dan cucu. Semuanya hanya kami lakukan berdua.
Sayang...
Sampaikan kata maaf, kami untuk Tuhan disana ya..Sayang, terimakasih 1200 Detiknya.
Terimakasih masih menunggu dan memberikan mama kesempatan 1200 Detik terakhir, di akhir nafas mu.
Cinta ini dan sayang ini selalu untukmu, Aldebaran Dewangga nya Mamah ❤ "Mamah, yang menyayangi mu selamanya ❤🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
1200 Detik [ End ] ✅
FanfictionApakah boleh Bagiku untuk merasakan Kehangatan Keluarga dan Pelukan dari mereka 1200 detik saja dalam hidup ku ? - Aldebaran Dewangga -