8. M u l a i C i n t a || 1200 Detik ⏲

1K 184 51
                                    

Tuhan tidak pernah salah dalam menciptakan Takdir. Semua yang terjadi di dalam hidup ini adalah skenario Tuhan untuk membuat kita menjadi manusia yang lebih kuat lagi di suatu saat nanti.

" Rara, abang pulang dulu ya "
" Tapi kamu gimana ya sama Al, kan ngga mungkin hanya berdua aja di rumah, tapi Abang juga ngga mungkin ninggalin Ka Anggis sendiri di rumah "

Arsyad dan Andin tampak bingung. Andin tak mungkin di biarkan berdua di dalam rumah hanya bersama dengan Aldebaran. Fitnah bisa datang ke dalam hidup mereka.

" eum, kita ajak Al kerumah aja bang ? "
" lumayan kan biar al nggak sedih terus keinget akung sama utinya "

Andin memberikan ide dan Arsyad pun setuju dengan ide itu, lagi pula di rumah Arsyad, Aldebaran akan jauh lebih aman di sana. Andin pun diminta untuk mengemaskan barang-barang milik Al. Sementara itu Arsyad mengajak Aldebaran berbicara. " Al, saya dan Suster Andin harus pulang___"

Aldebaran menoleh ke arah Arsyad. Mata Al terlihat sangat sembab wajahnya masih basah, karena terus menangis.
" saya ngga mau sendirian disini " kalimat balasan dari Aldebaran membuat Arsyad tersenyum.

" Iya, Al ngga akan sendiri. Apa kamu mau ikut ke rumah kami ? Disana banyak orang ada Istri saya juga. Kamu nggak akan kesepian " Jelas Arsyad.

Aldebaran mengangguk dengan tatapan kosong nya. Ia pun ikut kerumah Dr. Arsyad, Dokter yang sudah menangani Aldebaran sangat lama. Bagi Arsyad Aldebaran bukan hanya seorang pasien tetapi sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Andai Adik Arsyad yang sebelum Andin masih hidup, Usianya pasti sama dengan Aldebaran 27 tahun. Terpaut jauh memang usianya Arsyad 37 tahun, Andin 23 tahun, dan Aldebaran 27 tahun.

" Kamu jadi adik saya ya " Ucap Arsyad seraya tangannya mengelus Pucuk kepala Aldebaran.

Oh Iya, Arsyad juga sudah menjelaskan perihal ini kepada Anggis kalau Aldebaran akan tinggal sementara waktu di rumah mereka sampai ke adaan Aldebaran membaik. Anggis pun setuju-setuju saya, Ia selalu mendukung apapun yang dilakukan suaminya, asalkan itu adalah hal yang postif. Anggis juga mengingati Arsyad agar tak lupa untuk melapor kepada Ketua Rt setempat agar tidak terjadi Fitnah diantara Mereka.

Aldebaran, Andin dan Arsyad pun kini sudah sampai di rumah Keluarga milik Arsyad. Tak ada orangtua Andin dan Arsyad disana karena mereka sudah meninggal dunia.
" Hay selamat datang, saya Anggis Istrinya Dokter Arsyad " Sapa Anggis dengan ramah kepada Aldebaran.

Aldebaran membalas sapaan itu juga dengan ramah. Andin pun diminta untuk langsung mengantar Aldebaran ke dalam kamar agar bisa beristirahat. " Mau makan ngga Al, kayaknya kak Anggis udah masak Sayur lodeh sama ayam goreng deh " Jelas Andin.

Tetapi Aldebaran menggeleng. Baiklah tak apa jika malam ini Al tidak mau makan, asal besok pagi dia mau makan.
Andin juga sudah merencanakan sesuatu untuk membuat Al bisa melupakan kesedihannya sejenak.

°°°

Jakarta, 23.15 WIB

Raharja kini sudah kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi Ardikta disana. Sejujurnya langkah kakinya terasa berat karena harus meninggalkan Aldebaran seorang diri di Kota Surabaya padahal mereka semua berkumpul di Jakarta.

Sedih, Ia sadar semua ini terjadi karena ketidak tegasan dirinya selama menjadi kepala keluarga. Anak nya lah yang menjadi korban sesungguhnya. Keluarga mereka masih lengkap, tetapi rasanya seperti tak lengkap. Apa ini juga dapat di katakan Broken Home ?.

Raharja ingin sekali melukis sinar di hati Aldebaran, memeluk erat Aldebaran di dingin malam yang masih dalam suasana duka mendalam. Tapi ia sadar semua itu tak bisa ia lakukan. Rasa kebencian sudah begitu dalam di hati putra nya. Terlihat dari cara bagaimana Al mengusir Raharja.

1200 Detik [ End ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang