Tulisan tangan Aldebaran

466 88 6
                                    

Hai mah, hai pah, hai Ar...

Mungkin disaat kalian semua membaca dan menemukan surat ini, aku sudah tidak ada diantara kalian lagi. Mungkin ragaku sudah tak bisa kalian sentuh dan gapai lagi. Hanya bisa melihat ku dari figura foto yang terpajang.

Mungkin aku adalah anak yang egois jika aku merasa iri, pada kehidupan Ardikta yang selalu mendapatkan peluk, cium dan kasih yang sempurna dari papah dan juga mamah. Padahal aku juga mendapatkan kesempurnaan cinta itu dari Akung dan juga uti sejak aku kecil, hal yang tidak Ardikta rasakan. Hem, tapi bagiku rasanya tetap saja kurang, aku ingin sekali berada pada posisi Ardikta, agar aku bisa merasakan kasih dan cinta itu dari kalian. Aku selalu berharap hal buruk terjadi pada ku, agar aku bisa mendapatkan perhatian kecil dari kalian. Mungkin sekedar pertanyaan. " Are u okay ? " atau " Al, apa kamu sudah makan ? " sesederhana itu hal yang ingin aku dengar dari kalian. Namun hingga saat ini belum juga aku dapatkan.

Waktu berlalu begitu cepat. Aku dan Ardikta tumbuh menjadi anak-anak mamah dan papah yang sukses. Aku juga bersyukur karena pada akhirnya Ardikta diberikan kesembuhan berkat mendapatkan jantung baru di dalam dirinya. Meski rasa syukur itu bercampur dengan rasa sakit dan pedih, karena aku harus kehilangan 2 orang yang berarti dalam hidupku.

Setelah kesembuhan Ardikta, ternyata Tuhan maha baik. Tuhan mengabulkan permintaan ku saat itu untuk berada di posisi Ardikta. Ya, Mental ini hancur, dan itu membuat hati papah terketuk untuk tetap dan selalu ada disamping ku. Pah, ternyata semua nya masih sama, papah tetap orang yang paling mengerti perasaan ku, meski papah dulu selalu melakukannya diam-diam karena takut dengan mamah.

Pah, terimakasih karena kembali datang dan kembali menjadi pahlawan di dalam kehidupan aku. Maaf jika harus terbebani dengan menjaga dan mengurus anak laki-laki lemah ini. Ditambah lagi dengan sebuah fakta baru yang kita ketahui, bahwa aku terlahir hanya dengan satu ginjal. Pasti itu sangat membuat papah frustasi dengan keadaan ku.

Maaf mah pah, jika aku pernah meminta hal buruk itu...

Saat itu aku hanya ingin kasih sayang kalian, aku berfikir hanya dengan cara itu. Aku bisa berada di dekat kalian, dan Tuhan mengabulkannya. Papah hadir sebagai penopang ku. Maaf, jika aku masih belum bersyukur dan masih merasa kurang, dengan tidak ada nya mamah di sisi ku.

Mah, maaf mungkin karena pertengkaran kita. Mamah enggan hadir kembali di dalam kehidupanku. Tapi semoga nanti di sisa akhir hidupku. Di sisa nafas terakhir ku mamah mau hadir untuk sekedar memeluk dan mengecup kening putra mamah ini.
Dan berbisik di telinga ku

" Mamah menyayangi kamu "  semoga harapan ku kali ini bisa kembali terwujud.

Dan untuk kamu Ardikta...
Aku maafkan semuanya, semua yang kamu lakukan saat ini pada ku, saudara kembar mu sendiri. Aku tak pernah menyangka bahwa kamu sebenci itu pada ku, sampai berniat menyingkirkan aku dari kehidupanmu.

Tak apa jika nanti saat itu tiba, aku harap kamu bahagia dengan kepergian ku ini. Namun satu hal yang harus kamu tahu, aku sudah memaafkanmu dan aku tidak membencimu sama sekali, karena kamu adalah jiwa dan raga nya Aldebaran Dewangga. Kita adalah satu Ar, kita lahir dari rahim dan darah yang sama.

Mungkin semua ini sudah cukup. Aku Aldebaran Dewangga pamit dari kehidupan kalian, I Love u to the Star 🌟🌟🌟🌟




Aldebaran Dewangga,
Bintang kehidupan Mamah dan Papah

1200 Detik [ End ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang