Andin berkunjung ke kediaman Aldebaran, di hari 7 harian kepergian Aldebaran bersama dengan Dr. Arsyad. Disana Raharja dan Ardikta mulai menceritakan masalah kecurigaanya kepada Andy dan Juga Indah. Mendengar itu Andin pun menjadi teringat dengan sesuatu. Andin pun mulai menceritakan apa yang dia ingat.
" jadi kamu pernah liat ndin ? " tanya Raharja.
" iya om, sebelum om sama Al pindah rumah, aku suka mantau Al dari gerbang, dan aku ngga sengaja lihat mereka melakukan itu, dan dilakukan pada Al " jelas Andin. Raharja mengepalkan tangannya kuat menahan amarah nya.
" apa maksud mereka melakukan hal itu pada Al ? Pasti ada orang di balik mereka ndin " ungkap Raharja dan disetujui oleh semuanya. Kini mereka pun saling bekerja sama untuk membongkar kebusukan yang dilakukan oleh perawat itu pada Al dan siapakah orang dibalik itu semua.
Ardikta diam sejenak. " pah, apa mau kita bongkar saja makam Al, dan kita bis- " Belum selesai Ardikta berbicara sudah di potong langsung oleh Raharja. " No!No! Jangan kasihan abang kamu " ucap Raharja. Mereka kini mulai mencari beberapa bukti, dan akan mereka kumpulkan untuk menyusun beberapa puzzle yang mengarahkan bukti itu pada siapa.
Tetapi pasti mencari dan menyelidiki hal ini bukanlah hal yang mudah, terlebih kedua perawat itu sudah tidak tinggal di kediaman Aldebaran. Namun pasti masih ada bukti yang tersisa di rumah terkahir yang Aldebaran tempati bersama dengan Raharja. Mereka semua pun menuju rumah baru itu setelah acara tahlilan. Meninggalkan Marissa dan juga Renatta yang tidak tahu sama sekali akan masalah ini.
Mereka mulai menyusuri sudut demi sudut di rumah itu. Hati Ardikta teriris saat ia menemukan sebuah diapers di ujung kamar Al. " Apa saat itu kondisi Al seburuk itu pah ? " tanya nya sambil menangis.
Raharja mengusap bahu Ardikta. " Kondisi terakhir Al itu kan masih lumpuh Ar, jadi kalau papa sedang tidak dirumah dan hanya ada Indah yang berjaga ya Abang kamu pakai ini. Sudah jangan sedih, kita fokus cari bukti-bukti lainnya " Jelas Raharja.
Ardikta, Raharja, Andin, dan Dr. Arsyad pun terus fokus mencari bukti-bukti yang ada. " Om aku nemu ini " ucap Andin menunjukan sebuah obat tidur di tempat sampah yang ada di belakang rumah.
" obat tidur ? " Dr. Arsyad pun mengambil obat tersebut.
" Obat tidur jenis ini, ngga bisa di jual bebas. Harus pakai resep dokter, dan saya curiga jika ini diberikan pada Al, pasti diberikan dalam dosis yang tinggi " nelas Dr. Arsyad. Raharja pun kembali teringat, jika Al sering tertidur dengan pulas dan cukup lama. Bukti pertama ini mulai mengerucut pada perawat Al.
. . .
Sementara di kediaman Aldebaran, Marissa tengah duduk diam di ruang tengah sambil melihat foto Aldebaran yang terpasang di dinding. " ganteng sekali anak mamah " ucapnya. Namun seketika pandangannya dibuyarkan dengan ia melihat bayangan di ujung buffet di ruang tengah itu.
" Al ? "
Bayangan itu seakan berdiri dan mengajak Marissa ke salah satu kamar, di dalam rumah itu.
" Astagfirullah, kenapa aku melihat Al seakan mengajak ku ke sesuatu tempat " batin Marissa. Marissa berjalan meninggalkan ruang tengah itu. mengikuti bayangan Al yang berjalan masuk menuju salah satu kamar.
Kamar itu terlihat kecil dan sempit. Hanya ada satu kasur berukuran single bed di dalam nya dan satu buah lemari. Marissa mulai melihat-lihat seisi kamar itu. Membuka lemari tersebut. Dan ia menemukan beberapa kapsul obat yang sudah tidak berwadah di dalam laci lemari itu. " ini obat apa ? dan punya siapa ? tapi kalau dilihat dari ruangannya, ini pasti ruangan pembantu disini " Marissa pun mengambil Handphone di saku nya lalu mengambil gambar obat itu dan segera keluar dari dalam kamar itu.
" Al, kenapa kamu menunjukan kamar ini ? Apa yang pernah terjadi di rumah ini nak ? " batin Marissa Mulai menerka-nerka.
Marissa pun keluar dari kamar itu dan bertemu dengan Renatta. " Mah, mamah habis ngapain ? " tanya Renatta.
" Engga papa nna, mamah tadi seperti melihat Al disini,dan mengajak mamah jalan ke kamar ini. Seakan-akan ada yang mau dia tunjukan ke mamah " Jelas Marissa. Renatta pun mengangguk paham.
" apa mungkin ? Emang ada sesuatu yang terjadi sama Al ? Mangkanya sekarang Al mau kita tahu semua yang pernah terjadi ? " balas Renatta.
" Mamah ngga tahu, nanti biar mamah kasih tahu akan hal ini sama papa nna, yasudah mamah ke kamar Al dulu ya, mama capek. Kamu tolong itu bersih-bersih, lipatin tikar nya lagi " ucap Marissa. Renatta pun hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
Marissa pun masuk ke dalam kamar Al, Renatta mengusap tengkuk nya. " Kok jadi horor gini ya, Al jangan datengin gw ya, gw minta maaf kalau ada salah sama lo " ucap Renatta seraya merapihkan tikar-tikar.
Seminggu berlalu, mereka semua masih belum menemukan bukti-bukti tambahan. Raharja juga sudah tahu mengenai hal yang Marissa alami. Alhasil mereka semua kini bersama-sama mencari tahu tentang apa yang selama ini disembunyikan. Begitu pun Renatta yang juga turut ikut serta dalam pencarian bukti ini.
Mereka kini sedang berada di rumah bangunan Belanda, rumah baru milik Aldebaran. Tak ada hal yang mencurigakan dari hasil cctv itu. Yang ada Marissa hanya menangis melihat rekaman di cctv itu.
" Al, sayang maafin mamah nak, semoga kita bisa mencari kebenaran yang tertutup selama ini " ucap nya yang merasa Al masih seakan masih hidup di dalam cctv itu..
.
.Kira-kira apa yang terjadi selama ini sama Al ya ? Sampai Al mendatangi Marissa, seakan menunjukan sesuatu ?
.
.
.
Don't forget to vote, comment, and follow ya, makasihhhh!!!😊
KAMU SEDANG MEMBACA
1200 Detik [ End ] ✅
FanfictionApakah boleh Bagiku untuk merasakan Kehangatan Keluarga dan Pelukan dari mereka 1200 detik saja dalam hidup ku ? - Aldebaran Dewangga -