Rasa asam buah mangga bercampur dengan rasa pedas manis dari sambal rujak membuat kenikmatan yang tiada tandingannya bagi Aldebaran dan juga Andin. Mereka bahkan saling bercanda dan tertawa bersama.
" Nih minum-minum " Andin menyerahkan segelas sirup rasa melon untuk Aldebaran.
Kriuk kriuk kriuk
Aldebaran tampak mengunyah es batu tersebut dengan nikmat, membuat Andin ngilu mendengarnya.
" Paijo, gaboleh gitu gigi kamu rusak nanti " Andin nampak menasehati Aldebaran, tetapi laki-laki itu tetap saja mengunyah es batu tersebut.
" Enak tau, dari kecil saya sudah terbiasa seperti ini, jadi udah nggak ngilu. Terutama kalau saya lagi badmood saya suka banget gigitin es batu kayak gini " Jelas Aldebaran.
Andin menggeleng heran sambil tersenyum, laki-laki dihadapannya itu memang sedikit keras, galak, dan menyebalkan tapi dibalik itu semua Aldebaran menyimpan sifàt manis dan lucu nya, bahkan kadang ada saja tingkahnya yang seperti anak kecil membuat Andin semakin gemas dengan Laki-laki itu.
" Al, aku seneng lihat senyuman kamu " Ucap Andin.
" huh hah...Kenapa ? Saya ganteng kan ? Eh bukan ganteng tapi manis, Akung sama Uti bilang begitu " Jawab nya Kepedeaan.
Andin mengambil tangan Aldebaran dan mengusap punggung tangannya, ia berkata kepada Al untuk selalu bahagia dalam setiap menjalani kehidupan. Karena hidup tak selalu tentang apa yang kita inginkan, tapi soal bertahan, dan siapa yang paling kuat dan mampu melewati nya dengan cara dan jalan yang luar biasa baik dan Indah Pula.
" ndin, hari ini saya pulang ke rumah ya. Terimakasih udah baik sama saya, maaf saya suka galak dan marahin kamu " Ucap Aldebaran, dan seketika langsung membuat Andin sedih.
Ingin rasanya menolak tapi apa boleh buat, dirinya bukan siapa-siapa Aldebaran. Aldebaran juga berhak untuk memmilih jalan hidup nya. " Tapi kita masih temenan kan jo ? Sepi dong rumah ini nggak ada yang galak " Balas Andin meledek Aldebaran.
" Saya kasih no telefon saya ya, kalau mau ketemu boleh aja " Balas Aldebaran untuk menanggapi Ucapan Andin.
Andin mengambil tangan Aldebaran, diusapnya punggung laki-aki berkulit Sawo matang itu. " nanti, kalau kamu disana sendiri, jangan ngelakuin hal yang aneh - aneh ya. Jaga diri kamu baik-baik " Andin mengingatkan sebuah hal sederhana namun sangat penting untuk Aldebaran.
Al hanya membalasnya dengan sebuah anggukan, ia masih menikmati rujak mangga yang asam itu. " Udah ah, nanti sakit perut " larang Andin.
" Eh, ini masih ada sambelnya, enak tau di cocol lakai kerupuk, Do you have kerupuk nem ? " Tanya Aldebaran.
Plak
Andin memukul lengan Aldebaran pelan, sebenarnya ia tak suka sekali jika Al memanggil dirinya dengan sebutan Inem.
" Inem Inem terus, aku nggak suka ya jo! " Omel Andin.
" kamu juga panggil saya, Paijo Paijo aja, saya juga nggak suka. But itu lucu sih, Inem dan Paijo hehe " Balas Aldebaran.
" HAHAHA " Andin tertawa ngakak saat melihat ada kulit cabai yang menempel di gigi Aldebaran. Kemudian Andin mengambil tusuk gigi dan memberikannya kepada Al.
Al menutup mulutnya dengan tangannya karena merasa malu. " ada cabai ya di gigi saya ? " tanya Aldebaran. Andin mengangguk masih dengan Ciri Khas ketawa ngakak nya.
Al mencobala menghilangkan Kukit cabai tersebut dari gigi nya dengan menggunakan tusuk gigi.
" Iiiii masih ada nggak ? " tanya Aldebaran seraya menunjukan giginya yang berbaris rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
1200 Detik [ End ] ✅
FanfictionApakah boleh Bagiku untuk merasakan Kehangatan Keluarga dan Pelukan dari mereka 1200 detik saja dalam hidup ku ? - Aldebaran Dewangga -