Tubuh Marissa terperosok ke lantai, kala mendengar sebuah kabar dari Sebrang sana. Benak nya terus mengatakan bahwa semua ini tidaklah mungkin terjadi.
Butik yang sudah ia bangun sejak Ia masih muda, yang Ia rintis sejak lama kini mengalami kebakaran, akibat konsleting listrik.
Semua bahan, dan gaun, serta pakaian lain hasil desainnya, hangus dan lenyap di lahap oleh si Jago Merah.Ardikta dan Renatta pun menghampiri Marissa. Betapa kaget nya Ardikta yang sudah melihat Marissa terduduk lemas sambil menangis Histeris. Ardikta mendekat ke arah samg mama memberikan pelukan hangat nya sebagai seorang anak kepada Ibunya. " Mah, what's Wrong ? " tanya Ardikta cemas bukan main.
Marissa menoleh Ke Arah Ardikta. " Bu-Butik Mamah " Ucapnya terpotong, Entah apa yang terjadi dengan Butik sang Mamah, karena belum sempat Marissa melanjutkan Perkataannya, Ia sudah Jatuh Pingsan lebih dulu. Membuat Ardikta dan Renatta cemas bukan Main. Ardikta dengan cepat membopong tubuh Marissa ke dalam kamar nya.
Ia sudah bisa menebak, pasti telah terjadi hal yang buruk. Ardikta menitipkan Marissa kepada Renatta. Ardikta pun keluar dari kamar Marissa untuk menghubungi salah satu Karyawan di Butik Mamahnya itu.
Saat sambungan telefon itu terhubung, Ardikta bisa dengan Jelas mendengar suara Sirine Mobil Pemadam Kebakaran disana. Suara di sebrang sana juga terdengar begitu ramai dan ricuh. Perasaan Ardikta pun semakin tak tenang. Akhirnya Ia pun memutuskan untuk Pergi ke Butik Milik sang Mama.
Sementara itu di dalam Kamar nya, Marissa sudah sadarkan diri. Ia ditemani Oleh Renatta, Renatta sudah mendengar semuanya dari Marissa. Ia pun ikut merasa sedih, tetapi Ia berusaha untuk kuat, demi bisa menguatkan Mama Mertuanya itu yang sedang di timpa banyak sekali Masalah di dalam hidup nya.
Renatta mencoba untuk menguhubungi Papa Mertuanya itu, Siapa lagi kalau bukan Raharja. Tetapi tetap saja telefon nya tak pernah diangkat semenjak Raharja pergi Ke Surabaya. Saat itulah Raharja tak pernah mengangkat Telefon dari Marissa, ataupun Renatta, Ia hanya mengangkat telefon dari Ardikta, Putra nya.
Mendengar kabar Soal Marissa, Raharja pun ikut kaget. Ia dan Aldebaran pun berencana untuk langsung pergi ke Jakarta menemui Marissa. Mereka pun langsung menuju bandara, mencari tikrt keberangkatan Hari ini juga.
Mereka berdua pun mendapatkan tiket keberangkatan pukul 19.45 Wib. Al tadinya diminta untuk tidak ikut tetapi Al memaksanya. Al merasa dalam keadaan seperti ini pasti mamahnya sangat membutuhkan orang-orang dan keluarga dekat di sekelilingnya.
Namun, pada kenyataanya tak seindah dan tak sesuai yang diharapkan oleh Aldebaran. Aldebaran yang berfikir bahwa kehadirannya mampu membuat Marissa tenang, justru malah membuat Marissa naik pitam dengan dirinya. Seakan-akan menyalahkan Aldebaran atas apa yang terjadi. Padahal semua ini kan tidak ada hubungan nya sama sekali dengan Aldebaran.
Cacian, bahkan Hardikan dengan Kata-kata yang kasar, terdengar begitu mengiris hati orang yang mendengarnya. Sumpah serapah Marissa keluarkan dari mulutnya kepada Anaknya itu.
" Nyesel mamah melahirkan kamu! " Kalimat itu sangat melukai Hati Aldebaran.
Aneh sekali wanita paruh baya bernama Marissa itu. Bisa-bisanya dia menyalahkan Aldebaran atas apa yang terjadi pada Butiknya. Marissa yang sedang naik pitam itu bahkan tak mendengar kan peringatan dari Raharja dan Ardikta untuk tidak terlalu terbawa emosi. Lebih baik melakukan penyelidikan daripada harus menyalahkan orang lain bukan ?.
" Mah! STOP MAH! Kenapa harus menyalahkan Al ? Ini gak ada hubungannya sama sekali dengan Aldebaran! " Ucap Ardikta.
Marissa menoleh ke Arah Ardikta, ia tak suka jika Ardikta lebih membela Aldebaran daripada dirinya sebagai ibunya. " Mamah ini mamah kamu Ardikta! Bisa-bisanya kamu lebih membela dia daripada mamah! " Ucap Marissa sambil menunjuk Aldebaran dengan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1200 Detik [ End ] ✅
FanfictionApakah boleh Bagiku untuk merasakan Kehangatan Keluarga dan Pelukan dari mereka 1200 detik saja dalam hidup ku ? - Aldebaran Dewangga -