Karena ku sayang kalian, hari ini Up 2 Chap!!!
Happy Reading!!!👣🌼🌼🌼
Di dalam sebuah kamar yang besar, ruangan itu hanya berisikan oleh 2 orang saja yaitu Al dan juga Raharja, Andin dirinya hanya menunggu di depan ruang VVIP 01 itu. Tangisnya pecah ia masih syock saat dokter sempat menyatakan detak jantung Al sempat tidak terdeteksi selama 10 detik. Ia hanya melihat Al dari kaca kecil yang ada di pintu. " Al, bangun. Aku mau minta maaf sama kamu " ucap nya.
Sementara di dalam ruangan itu Al nampak tertidur dengan tenang, dengan selang oksigen yang bertengger di hidungnya, penyebab Aldebaran tak sadarkan diri adalah faktor tekanan darah nya yang sangat tinggi yaitu 70/190. Itu adalah tekanan darah yang sangat tinggi.
" Sayang " ucapan lembut dari Raharja sambil mengusap pipi Al yang terbaring lemas tak sadarkan diri. Ia sangat mengkhawatirkan Aldebaran, ia begitu takut kehilangan anak yang begitu ia sayangi. " Mah, kamu harus tahu kondisi Al " batinnya berkata demi kian. Ia lantas mengambil Hanphone nya untuk mengirimkan sebuah foto kepada Marissa. Namun sayang balasan yang diterima justru membuat sakit hati.
Tak habis fikir Raharja dengan Marissa, disaat kondisi Al tak sadarkan diri pun ia masih bisa menyimpan rasa amarah itu semua kepada Aldebaran ? Apakah rasa cinta dan sayang nya seorang ibu sudah hilang untuk Al.
Seorang dokter pun masuk ditemani dengan salah seorang suster, mereka memeriksa kondisi Aldebaran. Berangsur kondisi nya lebih baik daripada sebelumnya, prediksi dokter itu dalam waktu kurang lebih 1 Jam Al akan segera sadar. Namun pasti Al akan merasakan sakit kepala, karena tekanan darah nya masih samgat tinggi.
1 Jam berlalu benar apa yang di katakan oleh dokter, Al membuka matanya. Sayup-sayup ia mendengar suara seseorang sedang mengaji disebelah nya. " p-p-pa " panggil Al pada Raharja begitu pelan. Raharja pun menoleh ke arah Al.
" Al, Alhamdulillah Al kamu sudah sadar sayang " Ucap nya, kemudian Raharja menekan tombol ' Call Nurse ' untuk memanggil dokter agar kembali memeriksa kondisi Al.
Alhamdulillah kondisi nya berangsur membaik, namun memang masih sangat lemah.Raharja tersenyum menatap Al, ia mengusap punggung tangan Al lalu mencium nya. " apa yang kamu rasakan Al ? " tanya Raharja begitu lembut. Dengan mata yang sayu, Al hanya menjawab nya dengan sebuah senyuman ia tak mau membuat Raharja terlalu mencemaskan kondisi dirinya.
Padahal Aslinya, ia merasa kepalanya begitu sakit, perutnya terasa nyeri namun ia masih kuat untuk menahan nya. Bola mata Aldebaran bermain melihat kesegala arah di dalam ruangan itu. " Cari Andin ya ? Sebentar papa panggilkan ya " ucap nya yang langsung beranjak dari kursi nya berjalan menemui Andin.
Karena tak boleh terlalu banyak orang di dalam, Raharja harus menunggu di luar dan bergantian dengan Andin. Dengan langkah yang ragu Andin mendekat ke arah brangkar Aldebaran. Pandangan Al hanya terfokus pada satu titik di depannya, Ia tak sedikit pun memandang Andin. " Aku tahu kamu kecewa, tapi aku mohon jangan pergi dari hidup aku, jangan rusak persahabatan kita ya " ucap Andin.
Tak ada balasan dari Aldebaran, hanya setetes demi setetes air mata yang jatuh membasahi pipi nya. Tangan Andin bergerak cepat menyeka nya. " Kamu kenapa ? " pertanyaan yang tak seharusnya Andin tanyakan kepada Aldebaran.
Selama Andin berada di dalam, tak sedetik pun Al menatap diri Andin yang berdiri begitu dekat di sebelahnya. " Pa-pa m-ma-na ? " hanya perkataan itu yang Al ucapkan pada Andin. Mendegar nya membuat hati Andin sakit, apakah itu artinya ia di usir oleh Aldebaran.
" Ka-kamu ngusir aku Al ? "
Aldebaran kembali diam, sedang Andin menghela nafasnya, berusaha tidak terjadi apa-apa diantara dirinya dan juga Al dihadapan Raharja. Setelah Raharja masuk Andin pun memutuskan untuk pulang, Ia berfikir Al juga tidak akan mau lagi untuk saat ini bertemu dengan nya. Waktu adalah hal yang paling tepat Andin berikan untuk Al saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
1200 Detik [ End ] ✅
FanfictionApakah boleh Bagiku untuk merasakan Kehangatan Keluarga dan Pelukan dari mereka 1200 detik saja dalam hidup ku ? - Aldebaran Dewangga -