Haloooo!
Selamat datang di lapak novelkuuuu 🤗
Update rutin ya, yuk ikuti petualangan Mujidin dan kawan-kawannya 😍😘-Let's go!
SMA Rajawali sudah tidak asing lagi dengan nama Mujidin. Ketua Klub Sastra yang cool juga misterius. Ia memiliki tingkah laku yang baik dan tidak neko-neko hal tersebut yang membuat dirinya digandrungi oleh banyak perempuan. Namun meski begitu laki-laki itu lebih memilih tidak mempunyai pacar dan fokus kepada sekolah juga hobinya. Setidaknya hal itulah yang sedang ia jalankan.
Awalnya Laki-laki tersebut merasa keberatan dengan panggilannya, hal yang membuat namanya sendiri tidak dikenal oleh orang-orang. Ia sendiri tak tahu pasti kenapa dipanggil dengan nama Mujidin. Laki-laki bernama Gilang itu hanya bisa menerima apa yang orang lain pandang tentangnya. Tapi lambat laun ia menjadi terbiasa dan nyaman.
Di sinilah Mujidin tinggal, di sebuah rumah berlatar rumput jepang, bercat putih dan pohon-pohon yang mengelilinginya juga beberapa tanaman lainnya. Ia bersyukur karena kedua orangtuanya memberikan asupan oksigen yang berkualitas sekaligus menyenangkan. Ia kini duduk di taman sambil menjemur tubuhnya. Terpaan hangat matahari membuat dadanya tenang, pikirannya yang kalut akan tugas terurai satu persatu.
Laki-laki itu segera menyudahi acara berjemur sehatnya saat seorang pembantu rumah tangga mengingatkannya. Sebelumnya ia memang meminta untuk diingatkan jika jam menunjukkan pukul 07.30 WIB karena ia ada janji bertemu dengan kedua rekannya. Setelah mengucapkan terima kasih. Mujidin bergegas bersiap untuk pergi ke markas Klub Sastra kesayangannya. Bukan markas sungguhan, hanya sebuah kafe bertema Eropa Klasik yang sering menjadi pertemuan anggota Klub Sastra.
Aroma dan feel Eropa sangat kental saat Mujidin melangkahkan kakinya ke dalam kafe tersebut. Aroma yang selalu berhasil membuatnya tak bisa lupa, aroma yang sangat menenangkan jiwa dan pikirannya. Mata Mujidin menikmati seisi kafe, sejak seminggu lalu tak ada perubahan yang signifikan. Ia tersenyum lalu memesan minuman favoritnya dan langsung duduk di tempat biasanya.
"Udah gue bilang nggak boleh telat," Mujidin menatap grup chat-nya yang memperlihatkan kedua rekannya yang izin telat.
Klub Sastra yang diketuai oleh Mujidin hanya beranggotakan tiga orang termasuk dirinya. Sudah berbagai promosi ia lakukan, sudah berbagai puisi dan cerpen ia buat. Tak jarang ia rajin menulis di mading tapi tak satupun adik kelas yang tertarik untuk ikut.
Daripada menunggu tanpa kegiatan apapun Mujidin mengambil buku catatan kecilnya. Ia tak ingin Klub yang ia dirikan akan hancur karena tidak ada anggotanya. Ia benar-benar tak ingin tak ada yang menggantikan masa kepemimpinannya. Ia sedikit mencoret-coret dan menuliskan sebuah diksi yang tak bisa dikatakan indah. Setidaknya ia menulis hari ini, masalah indah atau tidak ia masih bisa merevisinya lain waktu.
Gelap sudah lama di sana
Bersemayam mencari pelindung
Gelap siap menjemput lara
Akankah khawatir itu nyata?Mujidin segera menutup buku catatannya saat seorang pelayan yang tak kenal baik dengannya mengantarkan minuman favoritnya.
Seulas senyum muncul dari pelayan tersebut, "sama pacarnya Mas?" Pelayan tersebut tak melepaskan pandangannya dari Mujidin, ia meletakkan gelas dengan hati-hati.
"Dua teman saya Mbak." Mujidin balas tersenyum, "atau Mbak mau nemenin saya?"
"Hehehe, nggak."
"Terima kasih," kata Mujidin untuk mengakhiri percakapan. Ia segera mengirup Americano yang sudah ia pesan, sesekali menutup mata.
Pelayan yang terbilang lebih tua beberapa tahun dengan Mujidin itu tersipu malu. Mujidin sendiri tak pernah menyangka jika hanya bertukar kata singkat mampu membuat pelayan tersebut menaruh perhatian padanya. Sebelumnya ia tak menyadari hal itu, tapi semenjak seminggu lalu ia mulai menyadarinya. Pelayan yang belum ia tahu namanya itu melesat pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klub Sastra✓
Teen FictionGilang Ardiansyah, laki-laki yang entah sejak kapan mendapatkan panggilan Mujidin. Panggilan yang kini menggeser nama aslinya. Laki-laki ini menjabat sebagai Ketua Klub Sastra, ia dibantu oleh dua rekannya. Nana dan Ereska. Klub yang tak memiliki p...