-Let's go!-
Kurang lebih ada waktu sekitar dua Minggu lagi untuk acara pemilihan ketua OSIS yang artinya waktu yang diberikan oleh Pembina akan segera habis. Semua siswa tampak bersemangat menyambut pesta demokrasi setiap satu tahun sekali. Euphoria yang membuat semua siswa dalam sekejap melupakan rumor tentang Nana dan Klub Sastra.
Klub Sastra yang hanya beranggotakan Tasya dan Dara kini bertambah dengan adanya Dara. Mereka bertiga menyusun naskah teater sedangkan untuk bagian musikalisasi adalah Mujidin dan Ereska. Nana sama sekali tak terlibat dalam penggarapan pensi.
"Gimana naskah sampelnya, udah ada gambar mau genre apa?" tanya Mujidin pada Tasya yang ditunjuk sebagai koordinator.
"Aman Kak, nanti gue ambil jalan tengah aja." Tasya memberikan jempolnya.
"Bagus, koordinir Nurmala sama Dara ya... hari ini kita pertama kumpul bareng Klub Teater, tetap ramah dan jangan terprovokasi," pesan Mujidin sebelum bergabung dengan Ereska yang juga akan pergi ke tempat pertemuan.
Hari ini setelah pulang sekolah Klub Sastra dan Klub Teater mengadakan latihan bersama untuk pertama kalinya. Semua anggota berkumpul di aula sekolah yang cukup luas. Anggota Klub Sastra sepertiga dari anggota Klub Teater namun sama sekali tak membuat anggota Klub Sastra terintimidasi.
SMA Rajawali kini sangat ramai dengan poster calon-calon ketua OSIS yang berasal dari kelas sebelas. Ada tim sukses juga yang menambah semarak acara pilketos, mirip seperti pemilihan di Indonesia pada umumnya.
"Nadine sibuk banget pasti," desis Mujidin.
"Dia udah terbiasa dari kelas sepuluh, gue yakin acaranya akan sukses dan pensi juga akan sukses." Ereska tenyata mendengar suara Mujidin dan membuat laki-laki itu sedikit terkejut.
"Mau langsung masuk?" tawar Mujidin.
"Bentar dulu...." perempuan itu duduk di kursi yang berada di luar aula.
Mujidin mengikutinya, ia mencoba tak mempedulikan tatapan yang seperti memata-matainya. Ia paham hal seperti ini pasti akan menimbulkan gossip-gossip tidak sedap di telinga tapi ia tak akan mempedulikannya lagi. Toh selagi memang tak ada yang terjadi tak perlu khawatir kan?
"Pilketos kurang dua Minggu lagi kan?" tanya Ereska.
Mujidin mengangguk.
"Itu artinya kurang seminggu lagi pensi akan dimulai... sedangkan gue bingung dengan kelanjutan Klub Sastra, seenggaknya kurang tujuh orang lagi untuk memastikan Klub Sastra nggak akan dibubarin." Ereska menatap pohon di depannya dengan tatapan kosong.
"Semua akan baik-baik aja Res,"
Miko muncul secara mendadak di samping Mujidin, "betul banget apa kata Mujidin, semua akan baik-baik aja... yaudah ayo buru masuk,"
Mujidin ingin sekali menggetok Miko namun keadaan sedang tidak mendukung. Ketiganya masuk ke dalam aula. Di dalam aula sudah banyak anggota yang hadir, rata-rata yang hadir adalah kelas sebelas sedangkan pengurus Klub hanya memastikan dan mengamati. Dari perwakilan Klub Teater pengurus hanya ada Miko dan Elsa dan Klub Sastra hanya ada Mujidin dan Ereska.
"Selamat sore semuanya!!!" teriak Miko.
"Siang!"
Miko sedikit berdehem, "jadi Klub Teater sama Klub Sastra akan mengadakan collab untuk pensi,"
"Pecah nggak tuh?" sela Elsa, "nah udah kenal belum sama anggota Klub Sastra?"
Terdengar bisik-bisik tak enak dari seisi aula. Mulai dari rumor tentang Nana maupun tentang Klub Sastra yang akan dibubarkan jika tidak bertambah anggota. Semua berdengung di aula dan hinggap di pendengaran Mujidin.
"Halo, gue Gilang—atau lebih sering dipanggil Mujidin ketua Klub Sastra... di sini gue bareng wakil gue namanya Ereska dan ada anggota kelas sepuluh juga namanya Tasya, Dara dan Nurmala, salam kenal dan mohon bantuannya!" ucap Mujidin penuh semangat, "ada yang mau ditanyakan sebelum memulai diskusi?"
Seisi kelas hanya manggut-manggut, tak ada yang membuka bisik-bisik lagi. Ada salah satu di antaranya yang mengangkat tangan.
"Silahkan," Mujidin berharap tak ada pertanyaan yang sulit untuk ia jawab.
"Apa rumor tentang Kak Nana benar?"
Ereska melihat kilatan sedih secara tak langsung di wajah Mujidin, ia tak akan menyela karena hal itu pasti akan membuat citra Mujidin sebagai Ketua Klub Sastra akan jatuh. Pun Miko dan Elsa yang harap-harap cemas mendengar pertanyaan yang beberapa hari ini bercokol di kepala siswa SMA Rajawali.
Setelah kucing-kucingan dan segera memberikan klarifikasi mungkin saat ini adalah waktu yang tepat, "kalian akan tahu secara langsung di pensi, masih sabar menunggu?"
Ruangan kembali senyap.
"Nah karena itu, kita harus siap-siap untuk acara pensi... ayok kita mulai diskusinya!" Miko mengambil alih karena di ruang tersebut didominasi oleh Klub Teater, jadi ia merasa harus membawa anak-anak Teater ramah kepada Klub Sastra.
Pertemuan dilanjutkan dengan Miko yang mencairkan suasana dan Mujidin yang memberikan konsep untuk acara pensi. Ruang aula kini berubah menjadi hangat dan begitu bersahabat. Semua jelas kondusif dan pikiran buruk Mujidin seketika lenyap. Klub Sastra masih memiliki nama baik dan sekarang ia tengah membangun nama lagi.
"Jadi nanti yang buat naskah teater ada Tasya, Dara dan Nurmala... nanti dicek secara keseluruhan oleh Tim, kalian bebas request genre yang kalian mau nanti kita voting untuk mengambil suara terbanyak," Elsa mengambil alih perhatian, "nanti juga ada selipan musikalisasi puisi yang akan dibacakan langsung oleh Ketua dan Wakil Ketua Klub Sastra."
Semua manggut-manggut dan paham dengan apa yang mereka dengar. Tanpa perlu aba-aba mereka sudah bergerombol dan mendiskusikan genre pementasan teater. Miko kembali mengambil alih dengan mengetuk-ngetuk spidol ke papan tulis.
"Ayo kita voting aja,"
Miko menulis beberapa genre yang diusulkan.
"Romance!" teriakan ini terdengar paling mendominasi.
"Next?"
"Fantasi bagus Kak!"
"Hm, boleh-boleh... ada lagi?"
"Perjuangan... petualangan... komediii!" Miko tertawa senang saat ia menulis kata komedi di papan tulis. Acara pasti akan sangat seru jika bergenre komedi. Bukankah tertawa adalah tanda seseorang menikmati hidup?
Karena seisi aula menjunjung tinggi keadilan maka voting dilakukan dengan cara maju satu-satu ke depan dan memberikan suara untuk genre yang mereka inginkan. Dimulai dari baris paling belakang dan berakhir pada suara Miko.
Mujidin menerima spidol dari Miko dan memberikan suara pada fantasi.
Ereska memberi suara pada romance.
Elsa memberi suara pada komedi.
Sekarang ada dua genre yang memiliki jumlah suara yang sama, yaitu genre fantasi dan komedi. Penentuan ada pada Miko yang menjadi pemberi suara terakhir. Namun Miko terdiam selama beberapa saat.
"Karena ini bakalan keliatan nggak adil dan gue nggak mau dibenci kalian semua... jadi gimana kalo gue nggak usah milih?" ledek Miko.
"Huuuu!"
"Oke tenang-tenang... jadi gimana Din?"
Mujidin tersenyum, "satu-satunya jalan supaya nggak berat sebelah adalah mix genre."
Aula mendadak lengang, tampaknya semua berpikir atau justru malah bingung.
"Gue setuju, kayaknya bakalan keren... gue yakin si ide kayak gini out of the box, siap terima tantangan?" mata Miko berbinar. Disambut tepuk tangan dan ucapan setuju.
***
Terima kasih sudah membaca sampai sini 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Klub Sastra✓
Genç KurguGilang Ardiansyah, laki-laki yang entah sejak kapan mendapatkan panggilan Mujidin. Panggilan yang kini menggeser nama aslinya. Laki-laki ini menjabat sebagai Ketua Klub Sastra, ia dibantu oleh dua rekannya. Nana dan Ereska. Klub yang tak memiliki p...