-Let's go!-
Bel pulang sekolah baru saja terdengar, semua siswa kelas 12 IPS 3 tak langsung bergegas pulang mereka berdiam baru setelahnya memutuskan untuk pulang. Mujidin merenggangkan tubuhnya yang sedikit kaku. Matanya melihat ke seisi kelas. Ia segera bangun untuk menemui goodboi untuk pulang bersama.
Seperti yang ia duga di depan kelas sudah ada Deni dan Rizal yang merupakan kelas sebelah. Tak berapa lama dari arah belakang Miko dan Andi keluar.
"Yok, langsung balik aja," ajak Miko, suasana hatinya sedang buruk karena Nana pulang tanpa ia sapa.
"Yaudah ayo," kali ini Rizal yang menanggapi.
Seorang perempuan ikut nimbrung dalam pertemuan goodboi. Perempuan nomor satu di SMA Rajawali itu tak sedikitpun merasa kikuk, "Din, kita ketemuan sebentar ya... ada hal penting, ikut gue," ucap Nadine lalu melangkah di depan Mujidin dan keempat temannya. Sedangkan Mujidin kini tampak bingung, ia mengangguk.
Ada tatapan aneh yang diberikan oleh anggota goodboi karena kejadian ini sangat langka. Di antara laki-laki itu Andi menahan sesuatu di dadanya, temannya kini bersama dengan orang yang ia sukai dan ia harus menahan sedikit sesak. Mujidin tahu itu dan sepertinya tak akan ada masalah besar karena hubungannya dengan Nadine tak pernah sedekat itu.
"Wah nggak bener lo Din, gebetan Andi lo sikat juga," Miko lebih dulu bersuara.
"Bener-bener lo," timpal Dika memperkeruh suasana, hanya candaan Mujidin tahu hal itu.
Rizal menepuk bahu Andi, "sabar bro... nanti kita kasih pelajaran ke Mujidin,"
Rizal tak memberitahu kedekatannya dengan Nadine, karena di sisi lain ia tahu bahwa Andi menaruh rasa dengan Ketua OSIS SMA Rajawali itu. Tak ada yang tahu kecuali Dika, teman sepanggungnya. Meski begitu ia tak mau melepaskan Nadine.
Mujidin yang mengetahui perasaan Andi hanya bisa mengucapkan kata-kata tanpa bersuara, "tenang, gue nggak suka sama Nadine," entah kalimat itu didengar atau tidak.
"Udah sana, gue percaya sama lo," Laki-laki berkacamata itu membuka suaranya. Andi melihat punggung Nadine yang pergi lebih dulu.
Lalu Mujidin mengikuti arah Nadine yang berjalan terlebih dulu, tujuan mereka adalah ruang OSIS. Mujidin menjaga jarak agar tetap jauh dari Nadine, ia hanya tak ingin menimbulkan gosip murahan di kalangan klub. Dan terlebih akan menimbulkan kecurigaan dalam goodboi. Kejadian masalah tentang perempuan di tubuh goodboi tidak boleh terjadi lagi.
Suasana sekolah sekarang sangat sepi, beberapa siswa sudah pulang. Tak ada yang tinggal di sekolah karena hari ini tak ada jadwal kumpul klub. Kini keduanya telah berdiri di depan ruang OSIS yang sudah terkunci. Mujidin masih memandang Nadine yang kini tengah memperhatikan sekitar yang begitu sepi. Sepertinya hal rahasia yang Mujidin terima.
"Jadi?" Mujidin to the points tak ingin terlalu lama, tak ingin pula teman-temannya berpikir macam-macam.
Nadine mengambil napas dalam-dalam, "ini tentang Klub Sastra, ini kabar buruk. Semoga lo nggak kaget,"
Mujidin yang beberapa kali ikut melihat sekitar kini menatap Nadine penuh tanda tanya. Bukankah beberapa hari yang lalu sudah dibahas? Bukankah tak ada yang perlu dibicarakan lagi? Atau justru kali ini ada yang mendaftar Klub Sastra ke Nadine? Tapi masalahnya Nadine akan mengatakan hal kabar buruk.
"Kenapa dengan Klub Sastra? Pembina lagi?" tebak Mujidin.
Nadine berdehem kemudian melanjutkan kata-katanya, "masa kepemimpinan gue di OSIS bakalan abis. Gue bakalan purna tugas dan lo tau itu... gue cuma mau bilang kalo gue nggak bisa ngelindungin Klub Sastra lagi. Pembina ngasih lo waktu tiga bulan, sampe waktu habis dan belum ada yang daftar...." Nadine menjeda kalimatnya, ini berat tapi ia harus mengatakannya, "Klub Sastra nggak akan hiatus, tapi Klub Sastra akan dibubarkan secara permanen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Klub Sastra✓
Ficção AdolescenteGilang Ardiansyah, laki-laki yang entah sejak kapan mendapatkan panggilan Mujidin. Panggilan yang kini menggeser nama aslinya. Laki-laki ini menjabat sebagai Ketua Klub Sastra, ia dibantu oleh dua rekannya. Nana dan Ereska. Klub yang tak memiliki p...