-Let's go!-
Nana segera keluar dari mobil kakaknya dengan cepat, kejadian di istirahat pertama membuat mood-nya begitu buruk hari ini. Putri yang mendapati adiknya berubah sikap memilih tak banyak bertanya. Ia segera melajukan mobilnya ke arah unforgettable café.
"Sayang kenapa mukanya cemberut gitu?" Evelyn mendekati anaknya dengan perasaan ingin tahu.
"Nana langsung ke kamar ya Ma, lagi sebel sama seseorang," Perempuan itu segera menaiki anak tangga setelah menjabat tangan Evelyn.
Evelyn hari ini tak ada kegiatan di luar. Designer itu memang menyempatkan waktu untuk bertemu dengan teman lamanya juga sebagai jalan untuk mempertemukan Nana dan anak temannya. Tapi pikiran itu segera ia urungkan melihat mood Nana yang sedang tidak dalam keadaan baik.
Handphone yang sedari tadi di dalam genggamannya segera ia aktifkan untuk menelpon temannya. Mengkonfirmasi bahwa ia tak bisa mengajak putrinya pergi karena ada sedikit masalah.
"Jeng, nanti Nana nggak bisa ikut kumpul. Diundur aja pertemuannya ya?" Evelyn berbicara dengan nada yang sedih.
"Si Miko juga dari tadi belum pulang. Tapi baiknya sekarang aja si Jeng... soalnya kan kita jarang ada waktu senggang, coba bujuk dulu... siapa tau mau," suara dari seberang sana seketika mengubah pikiran Evelyn. Mungkin dengan mengajak Nana keluar akan membuat mood anaknya lebih baik.
Evelyn banyak bercerita dengan Nada, hingga akhirnya percakapan itu selesai dan ia segera pergi ke kamar anaknya. Sebagai seorang ibu, Evelyn ingin menjadi ibu yang baik dan salah satu caranya adalah menjadi pendengar yang baik.
Pintu diketuk beberapa kali, namun tetap tak ada jawaban, "sayang, Mama boleh masuk?"
Kunci kamar terdengar diputar, menandakan Nana sudah mendengar panggilan Evelyn. Hal yang terlihat pertama kali di wajah Nana adalah wajah kesal. Evelyn tersenyum, ia masuk ke dalam kamar dan menutupnya.
Suasana kamar berukuran besar itu begitu megah dan sangat identik dengan anak perempuan. Cat yang dipilih adalah warna merah muda, warna kesukaan Nana. Di beberapa bagian terdapat banyak cermin, dan aksesoris yang menambah meriah suasana kamar. Rasanya Evelyn sudah lama tidak masuk ke dalam kamar anak-anaknya.
Kamar Nana semakin cantik dengan tempat tidur berukuran king size berwarna putih. Untuk pecinta warna merah muda dan putih pasti akan mendekor kamarnya seperti Nana. Nana berjalan lebih dulu dan menghamburkan dirinya ke kasur. Diikuti Evelyn yang masih melihat detail kamar anaknya. Sejauh yang ia lihat tak ada yang berubah sejak kali pertama rumah dibangun dan didekor.
"Kenapa? Ayo cerita sama Mama, jarang-jarang anak Mama yang cantik ini murung. Ayo bilang sama Mama biar Mama kasih pelajaran, enak aja bikin Nana kesel," Evelyn kini tampak seolah ikutan kesal.
Nana bangun dari tempat tidurnya, ia duduk dengan tenang mendengarkan Mamanya. Ia merengut tapi kemudian ia tersenyum, "Nana kesel banget sama satu laki-laki di kelas... jadikan Ma, laki-laki itu sembarangan nuduh Nana liatin dia... ih mit-amit mana lagi di kantin kan ramai banget."
Boneka beruang yang ada di sampingnya kini menjadi sasaran kemarahan Nana. Tangan perempuan itu beberapa kali meninju beruang manis yang tak bersalah. Dampak yang terjadi baik karena Nana sedikit lega sudah melampiaskan kekesalannya.
"Sayang kasian bonekanya, nggak salah apa-apa kok dipukulin," Evelyn tersenyum mendapati putrinya yang sadis menganiaya boneka.
Nana memeluk hangat boneka yang tadi ia pukuli, "Nana sayang banget sama boneka ini, jadi nggak bakalan sampe rusak kok Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Klub Sastra✓
Teen FictionGilang Ardiansyah, laki-laki yang entah sejak kapan mendapatkan panggilan Mujidin. Panggilan yang kini menggeser nama aslinya. Laki-laki ini menjabat sebagai Ketua Klub Sastra, ia dibantu oleh dua rekannya. Nana dan Ereska. Klub yang tak memiliki p...