-Let's go!-
Jika ditanya bagaimana perasaan Mujidin saat ini maka yang jelas tergambar adalah rasa khawatir yang tak bisa ia sembunyikan dari raut wajahnya. Kelas sudah bubar beberapa menit yang lalu, begitupun dengan teman-teman kelas yang sudah meninggalkan kelas termasuk anggota goodboi yang ia biarkan pergi lebih dahulu ke parkiran.
Satu jam sebelumnya Nadine selaku Ketua OSIS SMA Rajawali membawakan berita yang cukup membuatnya bertambah khawatir. Di mana hari ini ia harus bertemu dengan Pembina OSIS untuk membicarakan tentang Klub Sastra. Perasaannya begitu buruk jika harus bertemu dengan Pembina. Apa lagi jika bukan tekanan terhadap Klub Sastra yang sedang di ambang kehancuran.
Mujidin berjalan ke luar kelas, tujuannya kini adalah ruangan pembina yang berada di dekat ruang guru. Ia berjalan dengan santai dan menghilangkan pikiran-pikiran buruknya. Siapa tahu ia akan mendapatkan kabar baik.
"Semoga kabar baik," lirih Mujidin. Sejauh mata memandang, lingkungan sekolah sudah lumayan sepi. Mata Mujidin menangkap seorang perempuan yang sedang menatap majalah dinding. Perempuan yang tak asing, dan jelas saja ia kenal. Dia adalah Ereska, perempuan itu tengah memotret beberapa poster dan terlihat dengan jelas salah satu yang difotonya adalah poster Klub Sastra.
"Buat apa?" bisik Mujidin, langkahnya terhenti. Di kejauhan ia memilih tak menampakkan diri dan bersembunyi di balik tembok, "Ereska?"
Melihat gerak-gerik Ereska yang sedikit aneh membuat Mujidin bertanya-tanya. Ereska terlihat mengendap-endap baru kemudian ia berjalan dengan langkah yang cepat ke arah gerbang pulang. Pikiran Mujidin kini bercabang melihat sebuah kejanggalan yang baru saja ia lihat. Ia membenci pikiran buruknya tapi ia tak bisa membantah apa yang baru saja matanya saksikan.
"Apa maksud dari tindakan Ereska? Atau jangan-jangan... nggak itu nggak mungkin," sangkal Mujidin yang kini lebih memilih mematung di balik tembok.
Sebuah pesan masuk ke dalam handphone-nya. Mujidin segera mengambil dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Mujidin semakin terkejut karena yang mengiriminya pesan adalah Ereska. Perempuan itu memberitahu bahwa ia sudah bertemu dengan Tasya dan perihal progres akan disampaikan saat kumpul Klub Sastra.
"Ereska pasti bisa jelasin ini semua, ya dia pasti akan ngasih tau gue," Mujidin menyudahi praduganya, ia tak mau berpikir macam-macam terlebih Ereska adalah pengurus Klub Sastra tak mungkin ia berniat buruk.
Langkah yang sempat tertunda kini Mujidin lanjutkan. Laki-laki itu dengan hati-hati masuk ke dalam ruangan yang memiliki papan nama 'Ruang Pembina'. Satu hal yang dapat menggambarkan suasana ruangan adalah rapih, juga aroma alam yang semerbak menusuk ke hidungnya. Di ruang tersebut ada tempat tamu dan juga tempat kerja Pembina, tempat yang hanya disekat oleh lemari yang cukup besar.
"Permisi," Mujidin membuka suara dan melihat ruangan tampak kosong dan sunyi.
Kipas angin masih menyala, Mujidin lalu duduk di mana biasanya ia duduk saat dipanggil oleh Pembina. Ia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Sembari menunggu ia membalas beberapa pesan yang masuk termasuk dari Ereska dan grup anggota goodboi yang sudah dari tadi menungguinya.
Pintu berderit dibuka, di baliknya menampilkan seorang guru yang sudah tidak bisa dikatakan muda. Pembina itu tersenyum hangat menyambut Mujidin, begitu juga dengan Mujidin yang segera berdiri.
"Udah lama?" tanya Pak Anjas setelah menapakkan kakinya di ruangan. Ada sedikit senyum yang tercipta, "duduk aja, saya masih ada perlu di ruang sebelah... tunggu sebentar ya?"
Pak Anjas adalah guru kimia yang juga adalah Pembina OSIS, tak jarang hal itu membuat beliau sangat jarang masuk kelas karena begitu sibuk dengan urusan OSIS dan juga tentang klub-klub yang ada di SMA Rajawali. Tak heran banyak kelas Pak Anjas yang kosong, namun akan mendapat tugas yang begitu banyak keesokan harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klub Sastra✓
Novela JuvenilGilang Ardiansyah, laki-laki yang entah sejak kapan mendapatkan panggilan Mujidin. Panggilan yang kini menggeser nama aslinya. Laki-laki ini menjabat sebagai Ketua Klub Sastra, ia dibantu oleh dua rekannya. Nana dan Ereska. Klub yang tak memiliki p...