27. Tentang Teman Kelas

3 2 0
                                    

-Let's go!-

Sekembali dari perpustakaan Tasya menjadi begitu pendiam. Ia tak tahu harus mulai dari mana mencari tahu siswa penyebar berita buruk Klub Sastra di SMA Rajawali terlebih ia harus seperti apa menyelidiki kelas barunya. Sejauh yang ia ketahui tentang teman-teman sekelasnya tak ada yang perlu ia curigai, tak ada indikasi yang ia temukan.

"Tasya, lo kenapa?" seorang perempuan yang baru beberapa hari Tasya kenal bertanya. Perempuan yang cukup friendly dan langsung menjadi teman dekat Tasya. Perempuan yang ditanya hanya menggeleng.

"Hari ini mapel apa Dar?" nama perempuan itu adalah Dara, "kok gurunya nggak masuk-masuk ya?" mata Tasya beberapa kali menjelajahi kelas yang ramai.

"Biasalah paling ngaret satu jam-an. Udah biasa kok mapel kimia kaya gini," balas Dara yang kini memperhatikan setiap gerak-gerik Tasya.

Tasya mengangguk dan kembali berpikir. Tak dihiraukannya Dara yang masih menatapnya penuh curiga.

"Jadi apa yang buat lo jadi pendiem banget setelah balik dari perpustakaan?" Dara menebak-nebak, "lo dipalak, digodain atau dijailin sama siswa sini? Oh atau lo udah ketemu sama kakel judes dan galak ya?" bisik Dara.

Akan menjadi masalah jika ada siswa yang tahu bahwa keduanya tengah membahas kemungkinan perundungan yang dialami Tasya. Tapi itu tak masuk akal terjadi, karena sekolah dengan akreditas terbaik dan siswanya yang terkenal ramah dan baik takkan melakukan perundungan apalagi terhadap siswa baru kelas 10.

"Beneran Dara, gue nggapapa cuma gue mikir kalo nggak ada lo ... pasti tadi gue nyasar pas mau ke perpustakaan, atau kalo lo nggak ada di sini sekarang... mungkin gue lebih milih nggak sekolah karena nggak punya temen," Tasya awalnya ingin berbohong dan mengalihkan pembicaraan tapi ternyata ia begitu tulus mengucapkan kata-kata itu untuk Dara.

Dara mendekap bahu Tasya dengan hangat, "gue pernah di posisi kaya lo kok, soalnya gue juga anak baru beberapa bulan yang lalu... dan seperti yang lo liat gue nggak begitu akrab sama yang lain... gue duduk sendirian sebelum lo datang,"

"Kita sama-sama saling melengkapi," Tasya tersenyum senang mendapati teman sebangkunya yang begitu peduli padanya.

Kelas masih terasa sangat ramai karena guru yang mengajar tak kunjung datang. Ada yang membaca buku, membuat video, bergosip, main game, dan tentunya ada juga yang memutuskan untuk tidur. 10 IPA 2 adalah kelas yang ditempati Tasya.

Tasya tenggelam dalam handphone-nya setelah beberapa saat tak berbincang dengan Dara. Ia mencoba mencari tahu lewat media sosial milik Klub Sastra dan mencoba mencari kejanggalan yang ada. Tapi nihil karena lagi-lagi tak ada yang perlu ia curigai. Tangannya terus-menerus menggulirkan layar. Ada kekaguman yang Tasya rasakan saat melihat postingan Klub Sastra di instagram. Di sana tertera karya-karya puisi milik Mujidin, tips menulis dari Nana dan pengetahuan seputar menulis dari Ereska.

"Program kayak gini kenapa nggak ada yang tertarik?" lirih Tasya.

Tasya menyudahi kegiatannya, "Dar," ia menepuk-nepuk bahunya yang sedikit pegal karena terlalu lama menunduk.

"Hm, kenapa?" Dara menunggu apa yang akan Tasya katakan.

Sembari melihat anak-anak kelas yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Tasya mendapatkan sebuah ide yang mungkin akan memudahkannya dalam mencari pelaku. Ia berharap dapat memperoleh progres secepat mungkin.

"Lo kenal baik semua anak kelas nggak?" Tasya mencoba mengorek informasi, "gue... gue pengin lebih deket sama anak-anak kelas, dan salah satu cara biar lebih mudah deket adalah dengan cara tanya ke lo," kali ini Tasya berhasil menutupi maksud utamanya.

Klub Sastra✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang