-Let's go!-
Malam yang ditunggu satu sekolah pun tiba. Hari di mana pensi SMA Rajawali dalam rangka menyambut pesta demokrasi akan segera berlangsung. Semua siswa diwajibkan hadir dalam acara malam hari ini.
OSIS dan beberapa relawan perwakilan kelas sangat sibuk mengatur kegiatan, menertibkan siswa-siswa dan mengkoordinir semuanya agar terkendali. Nadine terlihat sangat sibuk dengan kertas di tangan kanan dan mic kecil yang terselip di telinganya. Ia memberikan arahan kepada panitia yang lain dengan tegas dan lugas. Bisa dipastikan perempuan itu sudah melupakan masalahnya dengan Rizal dan Miko.
"Nay, semua klub udah didata belum?" tanya Nadine pada salah satu adik kelasnya yang juga anggota OSIS.
"Masih proses Kak,"
"Sip, minta mereka siap-siap ya. Acara mau dibuka!" teriak Nadine karena music sudah dinyalakan cukup keras.
"Siap Kak!"
Andi yang akan menampilkan panjat tebing masih terdiam di balik pohon yang cukup rimbun. Ia belum ingin masuk ke ruang persiapan Klub yang akan tampil. Ia menghentikan langkahnya dan memilih untuk memperhatikan Nadine.
"Kayaknya gue emang harus lepasin lo Nad, mungkin selama ini gue cuma kagum sama lo dan terlalu menutup diri dari perempuan lain." Andi menarik napas, kemudian melanjutkan jalannya.
Malam ini adalah malam yang bersejarah bagi banyak orang juga tentunya bagi Klub Sastra karena Nana berjanji akan meminta maaf dan memperbaiki nama Klub Sastra yang ia coreng. Malam yang kiranya akan menjadi penentuan apakah Klub Sastra akan hancur atau tidak.
Andi memasuki ruang tempat semua Klub bersiap, ia mencari goodboi. Dan saat ia menemukannya ia segera bergabung.
"Weh keren parah lo, An!" pekik Miko. Andi hanya tersenyum.
Penampilan anak-anak palma memang terlihat paling simple sekaligus paling kharismatik. Baju lengan pendek berwarna hijau, slayer bergambar logo klub, dan tentunya sepatu gunung yang tampak sangat pas untuk Andi.
"Selamat Malam SMA Rajawali!!!" sebuah suara sayup-sayup terdengar menandakan bahwa acara baru saja dibuka oleh mc.
"Klub Band nanti tampil?" tanya Andi mengalihkan pembicaraan pada Rizal dan juga Dika.
Rizal mengangguk, "tampil dong... Band Edelweiss juga tampil loh."
Dika merasa risih karena ada seorang perempuan yang terus-menerus menatap ke arah goodboi, "tuh Mik, kayanya lo dicariin Nana."
Miko segera bangkit dari tempat duduknya, tak ada yang tau kemajuan hubungan mereka namun sepertinya terlihat lebih baik. Tak berapa lama muncul Mujidin dengan baju yang dikemas seperti pangeran dari kerjaan antah berantah. Di belakangnya ada Ereska yang tampil sangat cantik dengan dress berwarna hijau.
"Lo mau langsung sama yang lain ya, gue mau ke sana dulu," Mujidin menunjuk ke arah goodboi.
"Oke," sedari tadi Ereska nervous karena ini adalah penampilan perdananya membacakan musikalisasi puisi dan itu harus ia lakukan bersama Mujidin.
Mujidin mendekat ke arah goodboi dan tak mempedulikan betapa riuhnya ruang yang sekarang ia datangi. Pasalnya di luar pun sama riuhnya. Ia mempercepat langkahnya, ia ingin memastikan sesuatu.
"Pangeran dari mana lo?" Rizal meledek.
"Dari kahyangan," balas Mujidin asal, "keren nggak?"
Dika memberikan jempol, "keren, cocok buat lo... kayaknya bakalan pecah ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Klub Sastra✓
Novela JuvenilGilang Ardiansyah, laki-laki yang entah sejak kapan mendapatkan panggilan Mujidin. Panggilan yang kini menggeser nama aslinya. Laki-laki ini menjabat sebagai Ketua Klub Sastra, ia dibantu oleh dua rekannya. Nana dan Ereska. Klub yang tak memiliki p...