22. Anggota Pertama

3 4 0
                                    

-Let's go!-

Ereska duduk di depan kelas Nadine, yang mana kelas itu adalah kelas Mujidin juga. Perempuan itu menghabiskan waktu menunggu dengan membaca buku yang ia bawa dari rumah. Perasaanya tak tenang, sepanjang detik ia pikirkan bagaimana caranya membujuk anak baru yang jelas belum ia temui sama sekali. Ia terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi, hal yang hingga saat ini tak bisa ia hilangkan.

Bel sekolah sudak lama berdengung, tapi nampaknya kelas 12 IPS 3 sedang menambahkan jam pelajaran. Ereska tak ingat siapakah guru yang tengah mengajar di kelas Nadine.

Menunggu kelas itu bubar cukup membuat Ereska tak nyaman dengan kata menunggu. Kelas lain sudah kosong, dan jam menunjukkan pukul 16.00 waktu yang seharusnya ia dan siswa baru itu bertemu. Ereska menimbang-nimbang dan beberapa kali mendengar guru yang tengah mengajar di dalam. Tampaknya kelas akan selesai lebih lama.

Dika dan Rizal yang merupakan kelas sebelah yang juga anggota goodboi itu mendekat ke arah kelas 12 IPS 3. Ereska tak begitu dekat dengan anggota goodboi, hal ini yang membuatnya sedikit canggung. Ia menutup buku yang sedang ia baca. Ia teringat dengan curhatan Nadine tadi malam. Rizal yang sangat disukai sama temannya itu kini ada di sampingnya.

"Nunggu Mujidin ya?" tanyanya sopan.Ereska segera menggeleng, "gue nunggu temen gue dan itu bukan Mujidin."

Laki-laki yang Ereska lihat sebagai vokalis di konser mini Band Edelweiss itu mengangguk. Ia melongok ke jendela untuk mengamati, "pantes lah lama, ternyata Pak Budi yang lagi ngajar. Ulangan dadakan pasti,"

Anggota goodboi yang tak Ereska kenali membuka suaranya, "tinggal aja? Nanti kita ada kumpul band kan? Apalagi nanti kumpul sama senior kan."

"Gue mau ketemu Nadine dulu jadi kita bakal nunggu kelas sampe beres," Rizal kini duduk di samping Ereska. Disambut anggukan Dika.

Sebenarnya Dika sudah tahu sejak lama bahwa Rizal tengah dekat dengan ketua OSIS SMA Rajawali. Ia sudah mengingatkan laki-laki itu bahwa Andi juga memiliki perasaan ke Nadine. Namun apa boleh buat, sarannya tak pernah digubris. Dika memilih tak tahu persoalan temannya itu. Ia hanya bisa berharap semoga ada jalan keluar dan tak terulang kejadian di masa lalu.

"Setengah jam belum bubar, kita harus cabut," pesan Dika sebelum akhirnya ia memilih tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Bentar lagi," seulas senyum terpancar dari wajah Rizal.

Situasi sangat canggung demi mengatasi rasa canggung itu Rizal membuka suara lagi, "oiya kalo lo belum kenal gue, nama gue Rizal dan dia namanya Dika... goodboi," Rizal tersenyum setelah memperkenalkan dirinya dan temannya, "lo nggak usah perkenalan, di sekolah ini siapa sih yang nggak tau lo... Ereska kan?"

Ereska mengangguk. Peringkat satu paralel membuatnya banyak dikenali siswa SMA Rajawali. Bahkan namanya tak jarang-jarang dipuji di kelas lain. Hal itulah yang membuat namanya begitu menyebar di seluruh penjuru kelas. Ditambah lagi dengan kebiasaan perempuan itu yang suka membaca buku. Sesuatu yang membuatnya sedikit terbebani dengan ekspektasi orang-orang terhadapnya.

"Lo adiknya Bang Nala ya?" tanyanya lagi.

Dika terlihat masa bodoh dan memilih memainkan handphone-nya.

"Eh, lo tau Abang gue?" Ereska mulai tertarik dengan topik pembicaraan.

"Semua anggota band baik yang senior ataupun junior tau kalo lo adiknya. Nanti sampein salam gue ya, gue suka banget sama cara Bang Nala main piano. Gue duga Bang Nala nggak bisa datang untuk kumpul band hari ini jadi gue titip salam," Rizal menatap kosong tanaman di depannya.

Klub Sastra✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang