Now playing :
Don't Fight The Feeling - EXOHappy reading
Sejak semuanya terbongkar hubungan Gara dan Renia benar-benar canggung. Keduanya bahkan sangat menjaga jarak, komunikasi diantaranya juga mendingin. Keadaan yang benar-benar aneh bukan?
Terasa seperti perang dingin.
"Saya tidak akan memakan ini. Kamu tau kan saya tidak suka buncis?" Gara menjauhkan makanan yang baru diberikan oleh Renia.
Ah, Renia melupakan satu fakta itu.
"Jadi, bapak ingin makanannya diganti apa?" tanyanya. Gara sudah pasti tidak akan memakan steak tersebut, jadi lebih baik ia bertanya makanan pengganti.
"Saya sudah kehilangan selera makan saya karena buncis itu" Gara menopang wajahnya dengan tangan diatas meja.
"Ya sudah, kalau begitu saya pamit. Masih banyak pekerjaan yang menunggu saya" sejujurnya Renia sudah malas meladeni tingkah laku Gara. Jika lelaki itu tidak mau makan ya sudah, biarkan saja. yang terpenting dirinya sudah menjalankan tugasnya.
"Ada apa denganmu Renia. Kamu tidak nyaman saya?" Suara tersebut mengintruksi, jujur Gara sudah dengan perubahan Renia yang seperti ini membuat Gara merasa tidak nyaman. Ia lebih baik menghadapi Renia yang suka marah-marah dibandingkan irit bicara seperti ini.
"Apakah soal penyataan cinta saya?" oh ayolah apa yang salah dengan menyatakan cinta? Lagipula Gara tidak terlalu berharap Renia akan membalas perasaannya. Gadis itu hanya perlu tau bagaimana perasaannya.
"Saya akan menganggap hal itu tidak pernah terjadi. Saya juga akan menganggap ucapan bapak tempo hari adalah sebuah kesalahan, dan lagi saya hanya sedang menjaga hubungan antara atasan dan bawahan agar tidak melenceng" Renia membalas, mungkin ini sudah saatnya mereka meluruskan semua hal yang terjadi? Mereka terlalu 'dekat' untuk hubungan antara atasan dan bawahan.
"Tidak ada yang melenceng disini, dan jatuh cinta juga bukam sebuah kesalahan. Kamu merasa bersalah, Renia? Karena melakukan sebuah kebohongan?"
"Anak kecil pun tau berbohong bukankah sesuatu yang baik."
"Sudahlah, kabari saya jika ingin makan sesuatu" sudahlah, Renia malas meladeni tingkat laku Gara sekarang.
"Tidak adakah Renia?" Gara berseru
"Tidak adakah sedikit rasa itu?" Jika Renia mengatakan 'Ada' Gara bisa pastikan bahwa ia tidak akan mundur. Lelaki itu akan terus memperjuangkan Renia hingga titik darah penghabisan.
Langkah Renia terhenti setelah mendengarkannya. Apakah Gara sedang meminta kepastian sekarang?
Sial, seharusnya ia terus jalan tanpa menghiraukan ucapan Gara. Namun mengapa kakinya justru berhenti?
'huh' Renia membuang nafas, bagaimana ia akan menjawab ini?
Dia menoleh kebelakang dan menemukan Gara sedang berdiri tegak menatap kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Bos {New Version}
Fanficbekerja dengan Sanggara Putra Brawijaya itu membutuhkan tenaga, energi, dan waktu yang besar. Ada saja hal yang membuat Renia ingin memukul wajah tampannya itu. 4 tahun bekerja dengannya sudah cukup membuat Renia hafal dengan segala macam sifat boss...