DRYL ingat, ia pernah merasakan bibir lembut dari beberapa perempuan. Menyentuh beberapa bagian yang tak seharusnya ia kuasai. Tak sampai merusak namun cukup bajingan untuk ukuran anak laki-laki yang tak memiliki hak akan tubuh perempuan. Dulu, mungkin itu suatu kebanggaan yang akan dikenang. Kini, kenangan itu menjadi bumerang, menjadi aib yang ia sendiri malu menghadap kepada Sang Pencipta, menjadi batu yang mungkin tak menghantarkannya ke surga.
Cih, Surga?
Dryl tertawa masam mengingat kata-kata surga. Mungkin, Ia benar-benar sudah beralih haluan—menjadi sosok yang tahu tujuan akhir akan dimana.
Dryl memasuki area Club' malam, disambut dentuman musik yang kian menggelegar dengan ribuan makhluk yang sedang berpesta. Dulu, mungkin club malam seperti tempat yang menyenangkan. Tapi kini, Dryl sedang mencoba menata Iman, belajar mencintai apa yang Tuhan cintai dan membenci apa yang Tuhan benci.
"Dryl, sebelah sini!" Rere melambaikan tangan menyambut antusias kedatangan Dryl.
"Kesambet apa Ketua OSIS kita mau melimpir kesini? Gabut baca buku terus, Lo?" Sindir Frans seraya meniupkan asap rokok.
"Geser," Dryl mengambil tempat duduk di antara Frans dan Ergantha. Melepaskan jaketnya untuk menutupi rok pendek yang dikenakan Ergantha. Khawatir otak Frans tak bisa berpikir lurus.
"Arjun sama Arlin kemana?"
"Arjun tadi ke toilet tapi belum juga balik. Arlin lagi asik tuh, di bawah." Jawab Rere menunjukkan Arlin yang tengah berada di dance floor bersama sang kekasih.
"Arlin enggak apa-apa kalau dibiarin gitu?" Tanya Dryl ragu.
"Di bawah ada pawangnya, paling habis ini langsung ngeroom." Ejek Frans terkekeh. "Heran gue sama tuh anak, mau aja di grepe-grepe, dinikahin enggak, dibuang iya."
"Enggak ada bedanya sama Lo!"
"Sialan!" Umpat Frans terkekeh. Dryl selalu memberikan sindiran yang tepat sasaran.
Dulu mereka partner terhebat dalam menaklukkan wanita. Namun sejak Ibu Dryl meninggal, Dryl seperti menciptakan jarak. Jika tak ada Ergantha mungkin Dryl tak akan bergabung bersama mereka lagi.
Ergantha perempuan yang kerap menggerutu, namun begitu memikat di mata Adrylian Bara Argani.
"Lo katanya mau nyicil dosa, ngapain ditambahin lagi?" Sindir Dyrl melihat Rere yang menyesap wiski.
"Hehe- Re kan cuma mau coba-coba, katanya Frans ini enak...ternyata pahit, Dryl mau?"
Rere sepertinya sudah mulai mabuk, melantur tak jelas dan Ergantha masih memejamkan mata, entah sudah hangover atau tertidur.
"Tha," Dryl menepuk pelan bahu Ergantha. "Lo mabuk?!" Tanyanya tak suka.
"Baru tiga gelas... Kenapa Lo dateng jadi berisik banget sih!" Protes Ergantha. Kepalanya mulai berdenyut namun enggan meninggalkan minuman yang tersaji di meja mereka. Kapan lagi kesempatan dapat meminum segala jenis macam alkohol jika bukan dari Frans.
Dryl mengamati botol minuman yang terbuka menatap berang kepada Frans. Dia cukup tahu Frans bajingan gila yang tak berotak. Bukan berarti hati nurani tak digunakan kepada para sahabatnya. Tak seharusnya memberikan minuman berakhol dengan kadar tinggi kepada peminum pemula.
Dryl merebut gelas dari tangan Rere agar perempuan polos itu tak terlalu mabuk.
"Ih, Dryl... Itu gelas keduanya Re. Kalau mau ambil sendiri, enggak usah rebut."
"Lo panggil Arlin di bawah, bilang kalau kita pulang, gue yang anterin!" Rere merajuk namun tetap mengikuti perintah Dryl.
"Lo cari Arjun." Perintah Dryl kepada Frans.
"Lo aja lah, gue biar jagain Ergantha."
"Apa gue harus telepon bokap lo biar dia yang cari Arjun disini...." Frans mengumpat kecil dan pergi. Tak ada yang berani melawan titah Dryl, karena mereka semua takut Dryl akan menjadi berang, berakhir kenakalan mereka di laporkan kepada orang tua masing-masing.
"Tha, kita pulang. Lo masih bisa jalan, kan?"
"Lo kalo mau pulang, pulang aja. Enggak usah sok berisik!" Seru Ergantha yang masih menutup mata.
"Bangun, Tha, kita pulang... Gue udah kabarin Mas Pati biar dia yang jemput." Ergantha lantas membuka mata meleparkan tatapan tak suka.
Dryl memang sialan yang seenaknya merusak kesenangan.
"Kenapa? Lo takut kalau gue dibawa orang?!" Ergantha menatap Dryl secara terang-terangan. Kepalanya semakin pusing dan tak bisa berpikir jernih. "Lo-"
"Mas Pati udah di bawah, minta gue anterin Lo turun atau dia bakalan ngamuk disini." Dryl memotong perkataan Ergantha, menunjukkan chat Pati yang penuh amarah.
"Sialan!" Ergantha mengumpati Dryl, mengambil tas dan mencoba berjalan sendiri. Ia tak bisa berpikir jernih dikala ingatan trauma masa lalu kembali menerpa. Adanya Pati membuat Ergantha sadar, hukuman di rumah bertambah pelik.
Dryl memang sialan!
*******************
Siapa tahu jari" kalian kepeleset pencet tombol bintang 🤭
Fii Amanillah guess🙋💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumpuan Tanpa Tepi (COMPLETED)
SpiritualErgantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengu...