Bab 33 : Ergantha Brithday

49 4 0
                                    

HAPPY birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday...
Happy birthday...
Happy birthday....
To you...

Matahari belum menampakkan diri tapi lantunan suara layaknya ayam berkokok menyongsong lebih dulu. Menggerutu sebagai dalih umpatan yang tertahan,  Ergantha mengusap mata, melihat siapa yang merusak mimpi indah di tengah malam gelap gulita.

Pati dengan senyuman mengesalkan beratribut topi ulang tahun dan kue membuat Ergantha kembali menarik selimut sampai kepala.

"Ayo, Tha, bangun..." Pati menarik selimut Ergantha. Menggoyangkan bahu Ergantha dengan sebelah tangan, sisi tangan yang lain ia gunakan untuk memegang kue.

Ergantha baru saja terlelap dua jam yang lalu, kini sang pelopor perusak ada di samping tempat tidur. Apa ia bekap saja mulut Pati yang berisik menggunakan bantal....

Tiup lilinnya
Tiup lilinnya

Ergantha akhirnya menghentakkan selimut, terduduk dengan mata terpejam lantas meniup lilin, kemudian kembali merebahkan diri. Ia butuh tidur!

"Tha, bangun dulu. Kuenya belum di potong." Pati kembali menggoyangkan bahu Ergantha.

"Mas Pati!" Seru Ergantha kesal kembali terduduk, siap melayangkan amarah.

"Ayo Non, potong kuenya." Baru saja ingin melayangkan sumpah serapah, Ergantha terkaget dengan para pembantu yang ternyata menjadi pasukan bala bantuan untuk Pati.

Mereka semua mengenakan atribut perayaan topi ulang tahun. Juminten yang membawa balon bertulisan angka 18, bik Imah yang memakai topeng anak-anak bergambar putri Disney, Bik Lastri yang membawa seperangkat alat untuk memotong kue, belum lagi dengan Mbok Darmi yang membawa bouqet bunga yang berukuran besar.

Bagian yang membuat Ergantha lebih kaget, begitu melihat baju yang mereka kenakan kaos bertulisan 'Ergantha Brithday Party.'

Rupanya, Pati—kakak laki-lakinya menjadi lebih gila!

"Buruan, Tha... Semua pada ngiler liat kue kamu..." Suara Pati kembali menyadarkan Ergantha di tengah kondisi yang ia tak bisa tebak sama sekali.

Tak ingin melihat penampakan ini berlama-lama, Ergantha bergegas memotong kue dan membagikannya kepada para pembantu.

Melihat jam masih menunjukkan pukul tiga, Ergantha jadi berpikiran pasti Pati memaksa para pembantu mereka untuk bangun di tengah malam.

"Besok-besok kalau Mas Pati bangunin tengah malem, jangan mau ya mbok—kalian yang lain juga jangan mau dizolimi." Ujar Ergantha begitu selesai membagikan kue.

"Ini enggak di paksa kok, Non. Saya malah seneng. Udah lama ndak buat surprise begini, kalau dulu di kampung sih cuma sampai ceplokin telur ke temen. Mau beli kue, mahal!" Kata Juminten memaparkan.

"Seudzon terus kamu, bukannya terharu juga dikasi kejutan." Ergantha mendengus tak menggubris Pati.

Sudah dua Minggu Pati disibukkan dengan kerjaan di Bengkel. Tak pernah menampakkan diri, Sekalinya ada di permukaan justru membuat aksi yang tak biasa. Membuat Ergantha sakit kepala.

"Besok aja Bik di beresinnya, Bik Imah sama yang lain bisa istirahat dulu." Ergantha menghentikan pergerakan para pembantu yang tengah membereskan pesta kecil-kecilan ini.

Serentak mereka pun lantas berpamitan meninggalkan Pati dan Ergantha berdua. Kembali dalam keadaan hening dengan Ergantha yang tak pernah suka akan hadirnya Pati.

"Kamu enggak sedih kan, karena Papa absen?" Pati membuka percakapan, mencoba mengulik perasaan Ergantha.

"Aku lebih kesel tidurnya digangguin tengah malem!" Ergantha tak heran jika Papa tak ikut serta dalam rangka acara kekanak-kanakan seperti ini.

Tumpuan Tanpa Tepi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang