"THA, bagi dong!" Arjun mendekati Ergantha yang tengah membawa segelas cokelat panas. Ini kali kedua ia membuat cokelat panas setelah diberikan secara cuma-cuma kepada Pati tadi.
Turun menuju lantai satu berniat duduk-duduk santai bersama Rere, langkahnya justru diikuti oleh Arjun sepanjang dari dapur menuju ruang tengah. Laki-laki berwajah kearab-araban ini memang tak tahu malu. Ergantha bahkan tak bisa memandangnya sebagai laki-laki yang dapat membuat jantung perempuan berdetak kencang. Arjun terlampau tengil!
"Buat sendiri Lah!" Ketus Ergantha melewati Arjun. Berjalan menuju Rere yang tengah asik bermain ponsel.
"Dikit aja, Tha..." Arjun kembali merecoki Ergantha dari arah dapur.
"Awas! Jangan nempel-nempel!"
"Gue enggak nempel kali, masih ada satu meter..." Arjun mengambil jarak, takut ia dilempari gelas oleh Ergantha. "Buatin kek Tha, itung-itung belajar jadi istri gue."
"Amit-amit!"
"Kalau gitu jadi pacar gue aja deh."
"Haram Syafiq! Haram!" Ketus Ergantha dengan suara yang tak kalah seram. Barulah Arjun bergeser tak lagi menghalangi jalan Ergantha. Sebutan Syafiq keluar dari mulut Ergantha terdengar horor.
"Re, itu Ergantha beneran mau hijrah... Sejak kapan dia tahu kata haram." Arjun mendekati Rere yang tengah duduk di sofa, duduk di samping kiri. Sedang Ergantha duduk di samping kanan Rere. Jadilah Rere diapit oleh dua sahabatnya.
"Ya bagus dong, biar Rere ada temennya buat Hijrah." Ujar Rere yang sibuk menscroll ponsel.
"Dari tahun lalu Lo bilang mau Hijrah, aurat masih aja kebuka." Rere meletakkan ponsel, mengeryit tak suka akan komentar Arjun.
"Arjun pikir Hijrah tuh gampang, kalau kata Ustdazah Hanin perubahan itu harus step by step biar bisa dilakukan secara konsisten!"
"Ini Rere udah tiga bulan ya, berhasil enggak minum Alkohol, baju yang seksi-seksi udah Rere sumbangin. Cuma karena Rere belum berjilbab Arjun sepelein perjuangannya Rere!"
Rere memarahi Arjun dengan wajah yang seakan galak. Tak terima disepelekan. Tidak kedua orang tuanya, kakak perempuannya sampai temannya sendiri tak ada yang mempercayai keseriusan Rere. Padahal kini tersisa dress panjang dengan rok-rok di atas mata kaki yang mulai dikenakan secara perlahan.
Crop top, tank top atau baju yang memperlihatkan otot perut indahnya sudah ia sumbangkan kepada orang-orang. Sholat pun kini ia usahakan lima waktu tanpa terlewat. Sayang, tak ada satupun yang mengapresiasi keberhasilan Rere sampai sejauh ini.
Baru saja Ergantha ingin menengahi perdebatan itu, terdengar sebuah keributan di depan halaman Vila. Makian yang terdengar tak jelas dan suara kursi yang terlempar keras menjadi pertanda keributan di luar sana. Perdebatan Arjun dan Rere lantas terhenti. Menatap satu sama lain mereka bergegas bergerak ke arah depan Vila.
"Sialan Lo!"
"Bajingan!"
Frans dan Dryl tengah berkelahi, mengais kerah baju satu sama lain. Wajah kedua laki-laki itu sudah dipenuhi lebam satu sama lain. Dryl memberikan pukulan ke arah wajah Frans, tak lama dibalas kembali oleh Frans.
"Berhenti kam*ret!" Arjun yang menegahi justru terdorong ke lantai oleh Frans yang tengah amarah membabi buta.
"Dryl sama Fraans udah jangan berantem!" Teriak Rere histeris. Sedang Ergantha menimang harus melakukan apa. Baru kali ini ia melihat pertengkaran fisik antara sahabatnya.
Arjun kembali melerai, namun lagi-lagi terlempar keras. Frans dan Dryl telah dikuasai amarah. Ergantha mengambil selang tersambung dengan aliran air yang berada di halaman vila. Menyiram dua laki-laki tak tahu tempat ini. Dibantu oleh Rere yang menyiram dengan ember besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumpuan Tanpa Tepi (COMPLETED)
EspiritualErgantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengu...