4

409 72 4
                                    

*I'm back chingudeul... Happy Reading...


Pesawat sudah terbang satu jam yang lalu. Taeyong berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Dita, Zuu dan Soodam duduk. Ia menepuk pundak Zuu yang duduk di sebelah Dita yang sedang tidur.

"Ada apa? Mau duduk disini?" tanya Zuu yang sudah bisa menebak gerak-gerik Taeyong. Taeyong mengangguk tanpa suara. Zuu tau kalau kedua orang ini saling menyukai, jadi dia dengan sukarela pindah dari tempat duduknya.

Ia beranjak dari tempat duduknya lalu pindah ke tempat duduk taeyong yang berada di antara tempat duduk Haechan dan Taeil.

"Wah, Taeyong mulai bergerak nih?" tanya Haechan.

"Yo'i." jawab Zuu. " Misi Taeil, geser dikit kakinya dong. Mau lewat."

"Oh iya." Jawab Taeil singkat. Memang Taeil seorang yang pendiam, namun tidak dingin seperti Taeyong. Dia adalah yang kedua terpintar setelah Taeyong. Kacamata yang bertengger di tulang hidungnya seperti membuktikan kepintarannya.

Zuu segera melewati Taeil dan duduk setelah laki-laki itu menggeser posisi kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zuu segera melewati Taeil dan duduk setelah laki-laki itu menggeser posisi kakinya. Diam-diam dia memperhatikan Taeil yang ada di sebelahnya. Tiba-tiba saja Haechan menepuk pundaknya. Zuu menoleh lalu Haechan mengisyaratkan Zuu untuk mendekatkan diri.

"Dapat rejeki nomplok ya Taeyong minta kamu pindah." bisik Haechan. Zuu shock wajahnya langsug tersipu. Haechan mengetahuinya kalau Zuu menyimpan rasa pada Taeil.

"Awas aja kalo kamu ember." ancam Zuu. Haechan terkekeh senang.

"Kalo mau aman ada syaratnya." Kata Haechan. Zuu melotot tak terima.

"Jadi mau aman apa nggak?" Ucap Haechan lagi. Zuu menghela nafas berat.

"Ok, apa syaratnya?" Zuu mengalah, dia nggak mau rahasianya terbongkar dengan tidak indah. Setidaknya ia harus berusaha membuat Taeil menyukainya baru ia akan mengatakannya sendiri di depan Taeil.

"Kamu bakal tau nanti. Siap-siap aja." kata Haechan merasa menang. Zuu mendengus sebal.

Disisi lain Taeyong yang kini sudah duduk di samping Dita tersenyum Senang. Ia mengamati Dita yang tertidur dengan kepala miring tanpa ada yang menyangga. Terlihat tidak nyaman.

'Cantik sekali, bahkan saat tidur.' batin Taeyong. Pelan-pelan dia memindah posisi kepala Dita sehingga bersandar di pundaknya. Dita menggeliat kecil namun tetap terjaga dalam mimpinya. Tak berapa lama Taeyong pun ikut tertidur dengan bersandar pada kepala Dita.

Ckrek ckrek, Haechan si usil yang belum bisa memejamkan matanya di pesawat memotret momen Taeyong bersama Dita yang tengah terlelap.

. . .

Dita POV

Aku menggeliat kecil mulai terbangun. Saat itu juga aku merasa sedikit berat di sisi kiri kepalaku. Astaga apa aku menyandarkan kepalaku pada Zuu? aku segera membuka mata. Eh tunggu tapi kepala Zuu tidak mungkin bisa bersandar di atas kepalaku. Sedetik kemudian aku melihat sebuah tangan yang menyangga kepalaku berada di sisi kiri pegangan kursi milikku. Tangan putih dengan urat yang menonjol khas laki-laki. Seketika badanku memanas. Tubuh siapa ini, Lee Taeyong? Aku sama sekali tak berani bergerak takut membangunkannya. Jantungku rasanya mau copot.

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang