10

252 44 6
                                    

Mengandung adegan kekerasan mohon tidak dicontoh....

...



'Putuslah dengan Taeyong, atau kamu akan merasakan akibatnya!!!!'

Dengan tangan gemetar Dita melipat surat itu kembali dan segera menyimpannya di tas. Lalu ia melirik Taeyong yang ternyata sudah tertidur. Ada perasaan lega, untung saja Taeyong tertidur, jika Taeyong tahu ada surat seperti itu untuk Dita. Entah apa yang akan laki-laki itu lakukan. Siapa yang mengirim surat ancaman padanya? Apa

"Dita." Soodam menjentikkan jarinya di depan wajah Dita.

"Eh iya, kenapa Soo?" Dita baru saja tersadar dari pikirannya sendiri.

"Pinjem penghapusmu dong."

"Oh iya, ini." Dita memberikan penghapusnya pada Soodam.

"Kamu kenapa Dit? Kok pucet? Sakit?" ucap Soodam melihat Dita yang terlihat tidak fokus dan sedikit pucat.

"Enggak kok, nggak papa Soo." Dita mencoba tersenyum tenang untuk meyakinkan Soodam. Soodam pun balas tersenyum.

"Ok kalo gitu. Pinjem dulu ya." Soodam menunjukkan bantalan karet kecil yang ia pegang. Dita mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Tae, bangun. Ayo belajar dulu, tidurnya nanti. Kasian Lee saem capek-capek ngajar malah ditinggal tidur." Dita mencoba membangunkan Taeyong. Taeyong menggeliat pelan.

"Iya Dit, biar Lee saem ngajar. Aku dengerin kok dalam mimpi." tukas Taeyong masih dengan mata tertutup.

"Jangan gitu, ayo hargai kerja keras Lee saem. Aku tahu kalau tanpa diajari Lee saem saja kamu tetap jadi yang terpintar tapi bukan seperti itu caranya." jelas Dita. Mau tak mau Taeyong bangun dari tidurnya.

"Iya cantik. Udah cantik, baik hati dan tidak sombong." goda Taeyong. Wajah Dita yang tadinya sedikit pucat bersemu.

"Apaan sih Tae. Gombal. Nih biar nggak ngantuk." Dita memberi Taeyong sebuah permen kopi. Taeyong mengambilnya dengan senang hati.

"Eh permennya enak. Beli dimana?" ujar laki-laki bermata boba itu.

"Beli online. Permen buatan Indonesia. Nggak tau deh kalo di Korea ada yang jual apa nggak." jawab Dita.

...

Bell pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Anak-anak sebagian besar langsung pulang untuk melanjutkan belajar di bimbel sebagian yang lain ada yang ikut extrakurikuler dan memang langsung pulang ke rumah. Dita dan Taeyong ikut sebagian yang langsung pulang ke rumah. Sekarang mereka berjalan bersama di lorong sekolah hendak menuju parkiran.

"Taeyong, kamu tunggu di parkiran ya. Aku mau ke toilet sebentar." ucap Dita. Taeyong mengangguk, lalu berlalu meninggalkan Dita. Dita pun segera ke toilet.

Setelah menyelesaikan keperluannya Dita mencuci tangannya di washtafel. Lalu mengeringkannya dengan tisu.

Brakkkk... Pintu toilet dibuka dengan kasar. Dita kaget bukan main, ia agak takut karena sendirian di toilet. Garam dan dua temannya yang dulu pernah melabrak Dita muncul dari balik pintu.

'Jangan lagi.' batin Dita yang sudah pucat pasi melihat kedatangan orang-orang yang tidak ia harapkan.

"Akhirnya sendirian juga ni anak." Garam memberikan smirknya pada Dita. Begitupun teman-temannya. Dita bergidik ngeri.

"Ada apa Garam? Apa yang kamu mau?" Dita memberanikan diri bertanya.

"Pake tanya lagi. Harusnya kamu sudah sadar apa kesalahanmu!!!" seru teman Garam yang berbando pink. Matanya yang sipit itu dipaksa melotot tapi tetap saja tidak bisa.

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang