7

289 52 1
                                    

Langit sudah berubah gelap. Suasana cafe lebih romantis karena lampu-lampu yang menghiasi sudah mulai menyala. Taeyong dan Dita sudah menghabiskan makan malam. Merek duduk berdampingan sambil menikmati live musik yang masih memainkan alunan lagu-lagu akustik menenangkan. Dita gugup sekaligus senang karena sejak tadi Taeyong selalu menggenggam tangannya.

"Taeyong." Sebuah suara memanggil Taeyong dari arah belakang mereka. Taeyong dan Dita mencari sumber suara dan mendapati hal yang sangat tidak ingin mereka temui saat ini. Terutama bagi Taeyong.

"Garam? Sedang apa kamu disini?" tanya Taeyong heran.

"Aku liburan juga di Bali." jawab Garam. Ia melirik Dita sinis. Terlihat sekali ia kesal dengan adanya Dita disana. Sedangkan Dita diam takut kalau tiba-tiba Garam meledak seperti waktu itu. "Kenapa cewe itu juga ada disini?" tanya Garam.

"Aku yang mengajaknya. Oh iya." Taeyong mengangkat tangannya yang sedang menggenggam tangan Dita.

"Kami sudah jadian, jadi jangan coba-coba ganggu Dita lagi. Ganggu dia berarti kamu bakal berhadapan denganku." terang Taeyong. Dita membelabakkan matanya. Tak percaya Taeyong akan langsung mengumumkan hubungan mereka secepat itu, terutama pada Kim Garam. Garam mendengarnya shock, tapi ia mencoba untuk tidak meledak saat itu juga.

"Jangan bercanda padaku Taeyong. Kamu pasti cuma pura-pura kan biar aku jauhin kamu?" Garam mencoba mengonfirmasi lagi. Taeyong menggeleng.

"Aku sudah berkali-kali memberi tahumu Garam. Kalau aku tidak ada rasa padamu. Kamu tidak berhak memaksaku untuk menyukaimu." mata Garam berkaca-kaca mendengar kata-kata Taeyong. Ia mengalihkan pandangannya pada Dita yang dari tadi diam dengan penuh amarah. Tanpa berkata-kata lagi ia pergi begitu saja.

"Taeyong-a apa dia baik-baik saja? Aku takut dia akan marah padaku dan membullyku lagi." akhirnya Dita bersuara.

"Tenang saja, dia tidak akan berani. Lagi pula aku akan selalu melindungimu." ucap Taeyong. Dita mengangguk pelan, hatinya masih ragu dan khawatir.

"Pulang yuk, sudah malam nanti kamu dicariin lagi."

"Yuk."

...

'Dita kemana sih dari tadi nggak pulang-pulang. Mana perginya sama Taeyong dan pake motor lagi.' batin Mila yang kini tengah menunggu Dita di depan rumah. Ia kembali menelpon ponsel Dita untuk kesekian kalinya, dan tetap saja tidak ada jawaban.

"Ngapain mondar-mandir di depan pintu begitu Mil." sebuah suara berbahasa asing membuyarkan fokusnya. Johnny rupanya. Mila diam saja, tidak mau terlalu berurusan dengan laki-laki jangkung itu.

"Ditanyain diem aja." ucapnya lagi.

"Apaan sih. Bukan urusan kamu."

"Santai. Eh Dita udah pulang belum? Aku lagi nyariin Taeyong, barang kali lagi disini." Johnny terlihat biasa saja dengan sikap ketus Mila.

"Belum, ini juga lagi nungguin. Main kemana aja sih sampe jam segini belum pulang." tanpa sadar perempuan tomboy itu mengoceh sendiri.

"Oh, santai aja Mila, Taeyong orang baik-baik kok. Dita bakal aman sama dia, percaya sama aku." ucapnya lagi. Mila menatapnya heran.

"Laki-laki nggak ada yang bisa di percaya. Baik itu Taeyong apa lagi kamu."

"Yakin, ayah kamu, om kamu?" timpal Johnny. Mila membelabakkan matanya merasa tertantang.

"Ck, nggak usah ngajak debat ga mutu." tak lama sinar lampu menyorot mereka berdua. Taeyong dan Dita sudah sampai rumah dan...

"Apa-apaan sih kalian? Ngapain pake peluk-peluk segala?" Mila segera menghampiri mereka dan menarik Dita turun dari motor.

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang