11

246 40 11
                                    

Kring kring kring.... ponsel Dita berdering memekakan telinga. Perempuat berwajah kecil itu menggeliat dari balik selimut lalu meraba-raba meja samping tempat tidurnya untuk mengambil ponsel itu.

"Yeoboseo." ucap Dita. Matanya masih terpejam.

'Dita, aku dengar kamu dibully ya di sekolah?!' pekik sebuah suara dari seberang. Dita segera menjauhkan ponselnya agar telinganya aman dan segera bangun mengingat seseorang dari seberang telepon berbahasa Indonesia.

"Kak Mila? Kakak tau dari siapa?" Dita menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ini sudah seminggu sejak kejadian pembullyan Garam terhadapnya. Sejak saat itu Garam tidak pernah lagi membullynya, walaupun ia sering mendapatkan tatapan kebencian dari mereka. Anehnya selama itu pesan kaleng tetap saja ia dapatkan. Setiap hari dan semua berupa surat kadang pesan singkat.

'Soodam cerita padaku waktu kami ngobrol di InsG.' kata Mila. 'Kamu sudah cerita dengan orang tuamu?'

"Belum kak, aku tidak akan cerita, aku nggak mau bunda khawatir. Lagian sekarang sudah tidak dibully lagi." jawab Dita.

'Tapi kan kaya gini ga boleh diem aja Dit. Mereka yang bully harus dihukum.'

"Tenang saja kak. Taeyong jagain aku kok." Dita mencoba membuat Mila tidak terlalu khawatir.

'Taeyong lah penyebab kamu dibully kan? Lebih baik kamu jauhi Taeyong. Kakak nggak mau kamu celaka gara-gara dia.' 

"Kok kak Mila bilang gitu sih? Taeyong selama ini jagain aku, dia pacarku, aku sayang dia. Aku nggak mungkin jauhin dia."

'Oke, kalau kamu nggak mau jauhin Taeyong. Tapi jangan larang kakak buat jagain kamu.' ucap Mila. Mila jadi berpikir apa maksud kakaknya untuk menjaganya.

"Iya kakakku sayang. Makasi ya sudah jagain aku." 

'Ya sudah aku akan tetap jaga rahasia ini ke tante tapi kalau sampai terjadi yang lebih parah. Kakak nggak akan tinggal diam.' ucap Mila.

"Iya kak."

'Kalau gitu kakak mau lanjut terapi dulu. See you soon.' tut... sambungan telepon terputus. Dita menautkan kedua alisnya. 

"See you soon?" Dita berbicara sendiri. Tak mau ambil pusing Dita segera turun dari ranjangnya. Lalu keluar dari kamarnya karena perutnya sudah meronta untuk diisi.

Ia begitu menikmati weekendnya kali ini. Hanya dirumah bahkan bisa tidur siang barang setengah jam sungguh nikmat.

Di dapur ia mendapati ibunya tengah makan sendirian. Ia mencomot udang goreng tepung yang ada di meja makan.

"Ish cuci tangan dulu Dita. Tanganmu bersih apa kotor kan nggak tau." tukas bunda. Dita nyengir kuda lalu berjalan menuju washtafel dan mencuci tangannya. Setelahnya ia segera mengambil piring dan bergabung dengan bundanya makan siang.

"Eh Dita, kamu sudah dikabari Mila kalau dia mau pindah ke Korea?" tanya bunda saat Dita hendak memasukkan suapan pertamanya. 

"Hah? Kak Mila mau pindah ke Korea bun? Kenapa?" Dita tiba-tiba kehilangan nafsu makannya.

"Kata Bude kakinya Mila butuh penanganan medis lebih ahli lalu tanya-tanya bunda kalau di Korea gimana. Setelah cerita-cerita banyak akhirnya Bude memutuskan Mila buat terapi disini setengah tahun sampai sembuh total baru nanti balik ke Indonesia." jelas bundanya panjang lebar. Dita lega karena alasan kakaknya pindah bukan karena kasus pembullyan itu.

"Oh gitu. Ya bagus kalau bisa sembuh total di rawat disini." Dita melanjutkan makan siangnya degan tenang.

...

Zuu dari tadi baca buku di kelas tapi sama sekali tidak dibalik. Bukunya dibuka tapi pikirannya menerawang jauh. Ia sedang dilanda kegalauan yang amat sangat seminggu belakangan ini. Tepatnya setelah ia mentraktir Haechan Burger Double Patty Double Cheese sesuai janji Zuu saat di Bali lalu.

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang