Laki-laki dengan stelan sarung yang mengikat di perut serta baju oblong hitam yang ia pakai tersadarkan karena alarm handphonenya berbunyi, ia pun memperbaiki duduknya di ujung ranjang dan mengucek matanya yang berat karena semalaman begadang perihal istrinya sakit. Perlahan laki-laki itu berjalan ke arah kamar mandi dan masuk ke dalam sana untuk mencuci tempelan tempelan yang singgah di wajahnya. Selesai mencuci wajahnya, ia beralih ke istrinya yang masih tertidur pulas. Yasmin masih berada di alam mimpinya, ntah Yasmin mimpi apa hingga tak sadarkan alarm milik sang suami.
Perlahan lahan Lukman menyentuh Yasmin yang masih terikat dengan selimut halus. "Yasmin, Bagun, yuk. Katanya mau solat subuh" tutur lembut Lukman yang membangunkan istrinya.
Tak dapat respon, Lukman kembli bersuara. Dan alhasil, Yasmin terbangun dari mimpinya yang indah. Sebenarnya, Yasmin masih ingin melanjutkan mimpi indahnya itu, tetapi ia sudah berjanji kepada suaminya untuk solat subuh bersama. Dulu saat si rumah ayah, Yasmin sangat susah untuk di bangunkan. Ayah, mamah, kak David dan juga kak Brian ketika sudah lelah hanya meninggalkan Yasmin yang masih tidur nyenyak. Dan saat pagi tiba, barulah Yasmin melakukan solat subuh nya.
Beralih ke Yasmin yang berjalan bat siput kearah kamar mandi, Lukman yang takut telat akan solat subuh menyusul sang istri yang masih berjalan lemah kearah kamar mandi. Setibanya Lukman di dekat Yasmin, Yasmin yang masih setengah sadar menyuruh Lukman menunggu di dalam kamar. Lukman pun mendengar perkataan sang istri, beberapa menit kemudian, Yasmin sudah tiba di dalam kamar dengan balutan mukena putih dan bekas air wudhu yang masih membasahi wajahnya. Perempuan itu mendekati suaminya dan sudah berdiri di atas sajadah, mereka berdua pun solat subuh berdua.
Saat sujud terakhir, Lukman yang tak bisa menahan lagi bendungan itu langsung menurunkan setetes demi setetes air matanya hingga membasahi sajadah tempat sujud nya. Itu bukanlah isakan sedih, melainkan isakan bahagia yang Lukman keluarkan. Baru pertama kalinya ia menjadi imam dan makmum nya perempuan, biasanya ia solat berjamaah hanya sebagai makmum saja. Jika bertanya soal Jessica, wanita paruh baya itu lebih memilih solat sendiri atau solat bersama di masjid kebanding solat bersama anaknya, mungkin karena malu jika anaknya mendengar doa-doanya.
'allahuakbar'
Bangkitlah Lukman dari sujud terakhir nya itu dan di ikuti oleh Yasmin, hingga ucapan salam terdengar lagi di mulut lelaki itu.
Yasmin yang langsung ingin berdiri tetapi tertunda, ia melihat lelakinya masih duduk di atas sajadah dengan khusyuk. Laki-laki itu mengangkat tangannya sejajar dadanya dan mulai berdoa kepada sang kuasa, Yasmin melihat itu dibuat meleleh hatinya. Ia melihat Lukman begitu khusyuk saat berdoa, Yasmin pun duduk kembali di atas sajadah dan mulai mengangkat tangannya sejajar dengan dada. Ia pun juga berdoa kepada sang pencipta alam semesta ini.
Selesai Lukman berdoa, dan Yasmin pun juga selesai, Lukman membalikkan badannya ke arah sang istri. Ia ingin punggung tangannya di cium oleh sang istri, baru saja Lukman membalikkan badannya, Yasmin lebih dulu meraih tangan kanan suaminya dan mencium punggung tangan kekar itu. Hanya senyum miring yang di ukir Lukman di wajahnya, tetapi dalam hanya sangatlah berbunga-bunga.
Selesai solat subuh, Lukman tidak mengizinkan sang istri tidur kembali. Yasmin yang sangat mengantuk meminta ke sang suami untuk membiarkannya tertidur, tetapi usahanya sia-sia, Lukman tidak mengizinkannya. Yasmin pun pasrah, ia keluar dari kamar dan berjalan arah pintu depan. Ia ingin melihat burung berterbangan, air air yang jatuh membasahi tanah karena bekas hujan semalam dan bunga yang mulai mekar. Suasana saat ini membuat Yasmin tak mau tidur lagi, itu karena angin pagi ini sangatlah dingin membuat tubuh mungil itu sedikit kedinginan. Lukman yang melihat Yasmin yang masih menggunakan mukena terkekeh geli, itu sebab mukena yang ia pakai bukan miliknya. Itu milik Tante Mer, Tante Mer sangat suka memakai mukena yang lumayan panjang, itu penyebab Lukman terkekeh karena jilbab dari mukena itu hampir menyapu semua debu-debu di lantai rumah.
Suami istri itu duduk bersampingan di atas kursi kayu buatan ayah, kursi itu sudah sangat lama hingga warna kursinya mulai usang. Yasmin menatap fajar yang mulai terbit dari arah timur. Dengan wajahnya yang polos, Yasmin berucap. "Kamu pilih apa? Fajar atau senja?" Tanyanya kepada Lukman yang dari tadi menatapnya tanpa ia sadari.
Semenit setelah itu, Lukman hanya tersenyum dan mengusap kepala Yasmin yang dibaluti mukena putih Tante Mer. Yasmin memasang wajah juteknya semakin membuat Lukman tersenyum, "Man" panggil Yasmin.
"Ada apa, sayang?" Ucapan Lukman membuat Yasmin salah tingkah sendiri, rasanya ia ingin pindah ke planet lain hanya untuk berteriak sekencang-kencangnya.
Dengan cepat Yasmin memperbaiki duduknya dan berucap singkat kepada Lukman, "engga apa-apa" ucapnya dengan gugup.
Mereka berdua duduk berduaan di kursi kayu ayah hingga jam enam lewat. Keduanya pun memutuskan untuk masuk ke dalam melihat judul drama apa yang akan di mainkan orang rumah. Setibanya di dalam, ternyata judulnya adalah David dan Brian di hukum. Mereka berdua di hukum karena ayah tahu, merekalah yang menghabiskan roti tawar dan coklat di atas meja makam. Jika bukan dia, siapa lagi? Hanya mereka berdua yang sangat suka makan roti tawar malam-malam, di rumah tak ada kucing maupun tikus, makanya ayah menuduh mereka berdua.
"Yah, nanti kalau istri kakak lihat bagaimana? Mau di taruh dimana muka kakak?" Protes David yang sedang mengangkat satu kakinya dan kedua tangannya di telinga, begitu juga dengan Brian.
"Biarin, biar di tau kalau suaminya suka curi-curi makan sebelum tidur!" Balas ayah yang memegang rotan di tangan kanannya.
Hingga kedua menantu ayah keluar dari kamar masing-masing, ia langsung melihat sang suami di hukum oleh sang ayah mertua. Mereka berdua tidak kasihan, hanya saja mereka berdua malah tertawa hingga melewati David dan Brian begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata. Yasmin mengikuti kedua kakak iparnya itu ke arah dapur dan Lukman menemani ayah yang menghukum kedua anaknya sampai mengucapkan kata 'maaf'.
Di dapur, ketiga perempuan itu sedang bertukar pembicaraan. Yang satu ingin memasak capcay, yang satu ingin memasak nasi goreng, dan Yasmin ingin membuat tumis tumis. Hingga mamah datang dan hanya menyetujui perkataan Yasmin, buka karena Yasmin anaknya, tetapi orang rumah lebih suka yang di tumis dari pada yang lain. Anak dan menantu mamah pun mulai memasak dengan menggunakan keterampilan. Hingga masakan itu jadi, semuanya sudah siap di atas lantai yang beralas karpet. Jika bertanya kenapa bukan makan di meja, kamar saja kurang, apalagi kursi makan.
Semuanya pun berkumpul bersama dan makan bersama dengan lauk seadanya saja, ayah dan mamah mengajarkan kepada ketiga anaknya untuk tidak memilih-milih makanan, makan yang ada saja, masih ada orang di luar saja yang ingin makan seperti ini. Itu kata ayah sama mamah.
Selesai makan bersama, Zahra menyuruh semua untuk cuci badan. Biar cuci piring dan beberes rumah adalah tanggung jawabnya, itu juga karena Zahra tidak ingin Yasmin banyak gerak, Yasmin masih terlihat sangat pucat karena semalaman tak enak badan.
Yasmin dan Lukman kembli ke rumah ayah saat sore kemarin, itu karena Yasmin masih tidak rela meninggalkan rumah masa kecilnya itu. Lukman pun mengiyakan apa yang istrinya mau, sesekali berbakti ke istrinya, cia.
°°🦋🦋🦋°°
Sepertinya rumah ayah sangatlah hangat, dengan keramaian seperti ini. Mungkin keramaian itu akan hilang jika ketiga anak ayah sudah memiliki rumah masing-masing, tetapi ketiga menantu ayah sangat suka tinggal di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketiga Anak Ayah (Ending)
Teen Fiction(Cerita ini menceritakan tentang keluarga) °°🦋🦋🦋°° "Ayah kita itu tegas tapi, penyayang. Jika kita bertiga sakit, pasti ayah yang sangat pusing. Tapi, jika kita sudah sembuh, sifat ayah kembali ke semula, tegas. Kita pernah berfikir, lebih baik s...